LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN VII
GEN YANG DIPENGARUHI
OLEH JENIS KELAMIN
NAMA : RISKY NURHIKMAYANI
NIM : H41112311
HARI/TANGGAL : KAMIS/04 APRIL 2013
KELOMPOK : I (SATU) B
ASISTEN : PINKAN C. I. TUMANDUK
LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin adalah gen
autosomal yang membedakan antara laki-laki dan perempuan karena dipengaruhi
faktor lingkungan internal yakni perbedaan kadar hormon kelamin antara
laki-laki dan perempuan (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Apabila
gen itu terletak pada autosom, maka laki-laki dan perempuan dapat diharapkan
akan menerima gen itu dengan frekuensi sama, sehingga masing-masing seks
mempunyai peluang yang sama besar untuk menunjukkan diwariskannya gen tertentu.
Tetapi apabila gen itu terletak pada kromosom X, maka gen itu akan diwariskan
menurut pola bersilang. Artinya gen yang terletak pada kromosom X itu tidak
mungkin diwariskan oleh seorang ayah langsung kepada anak laki-lakinya (Suryo,
2005).
Ekspresi
dari beberapa gen yang diketahui terletak di autosom dapat dibatasi atau
dipengaruhi oleh seks dari seseorang yang memilikinya. Ada banyak contoh sifat
keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal yang ekspresinya dipengaruhi oleh
seks. Sifat itu tampak pada kedua macam seks, tetapi pada salah satu seks
ekspresinya lebih besar daripada untuk seks lainnya (Suryo, 2005).
Selain
gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, juga terdapat gen yang dibatasi oleh
jenis kelamin. Hypertrichosis yaitu tumbuhnya
rambut pada bagian-bagian tertentu di tepi daun telinga. Penyakit ini
diwariskan melalui kromosom seks yang terangkai pada kromosom Y. sifat
keturunan yang timbul karena pengaruh gen terangkai Y ini dinamakan holandrik
dan gennya disebut gen holandrik. Karena sifat ini diwariskan pada
kromosom Y, maka dapat disimpulkan bahwa sifat keturunan ini hanya diwariskan
dari seorang ayah kepada anak laki-laki saja. Jadi, anak-anak dari pasangan
suami hypertrichosis dan wanita normal, akan melahirkan anak-anak wanita normal
dan anak laki-laki yang menderita hypertrichosis. Penyakit hypertrichosis
sering dijumpai pada bangsa India dan Pakistan (Miyahara, 2011).
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah
untuk mengetahui fenotip dan genotip sifat munculnya bulu pada daun telinga.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 04 April
2013 pukul 14.30-17.30 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium Biologi
Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telah diketahui bahwa individu itu memiliki dua
macam kromosom, yaitu autosom dan seks kromosom. Oleh karena individu betina
dan jantan biasanya mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen pada autosom diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya
tanpa membedakan seks (Suryo, 2005).
Walaupun banyak perbedaan anatomis dan fisiologis
antara perempuan dan laki-laki, dasar kromosomal penentuan jenis kelamin cukup
sederhana. Pada manusia dan mamalia lain, ada dua macam kromosom seks,
disimbolkan X dan Y. Kromosom Y jauh lebih kecil daripada kromosom X. Seseorang
yang mewarisi dua kromosom X, satu dari masing-masing orang tua, biasanya
berkembang menjadi perempuan. Laki-laki berkembang dari zigot yang mengandung
kromosom X dan satu kromosom Y (Campbell, dkk., 2008).
Penentuan seks pada makhluk hidup ditentukan oleh
kromosom seksnya. Terdapat beberapa macam cara yang digunakan untuk menentukan
jenis kelamin makhluk hidup berdasarkan kromosom seksnya. Contohnya, pada
belalang menggunakan sistem X-0 (22 + X Jantan; 22 + XX Betina), pada ayam
sistem Z-W (76 + ZZ Jantan; 76 + ZW Betina), dan pada lebah sistem
haplo-diploid (haploid Jantan, diploid Betina). Sedangkan pada manusia, sistem
yang digunakan adalah X-Y. Betina normal akan dihasilkan jika kromosom seksnya XX
dan jantan normal jika kromosom seksnya XY. Tanda-tanda jenis kelamin manusia
secara anatomi baru akan mulai terlihat pada umur embrio sekitar dua bulan,
karena sebelum waktu itu, bentuk gonadnya cenderung sama dan masih bisa berubah
menjadi ovarium atau testis, terkandung pada kondisi hormon di tubuh embrio
tersebut elain untuk menentukan jenis kelamin, kromosom seks pada manusia juga
memiliki banyak gen, khususnya pada kromosom X. Cara pewarisan sifatnya sama
dengan pewarisan yang lain. Namun perlu dicatat, bahwa alel terpaut seks dari
seorang ayah akan diwariskan kepada seluruh anak perempuannya, tetapi anak
laki-lakinya tidak akan memperoleh satupun dari alel tersebut. Berbeda sekali
dengan seorang ibu yang bisa mewariskan alel terpaut seksnya kepada anak
laki-laki dan perempuannya. Umumnya, penurunan sifat terpaut seks pada manusia
ditentukan oleh kromosom X, walaupun pada beberapa kasus terdapat juga pada
kromosom Y (Bohari, Mega, 2011).
Selain gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin
dikenal pula gen-gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin. Sifat akan tampak
dikedua jenis kelamin, tetapi salah satu jenis kelamin menampakkan ekspresi
yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. keadaan yang
demikian disebut dengan sex influence genes atau biasa disebut dengan gen
yang dipengaruhi jenis kelamin (Suryo, 2005).
Ekspresi
dari beberapa gen yang diketahui terletak di autosom dapat dibatasi atau
dipengaruhi oleh seks dari seseorang yang memilikinya. Ada banyak contoh sifat
keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal yang ekspresinya dipengaruhi oleh
seks. Sifat itu tampak pada kedua macam seks, tetapi pada salah satu seks
ekspresinya lebih besar daripada untuk seks lainnya (Suryo, 2005).
Semua jenis keturunan atau kejadian yang diterangkan di
muka ditentukan oleh gen yang terdapat pada autosom. Selain gen-gen dikenal
pula gen-gen yang demikian ini disebut gen-gen terangkai kelamin. Peristiwa
dinamakan rangkai kelamin atau dalam inggrisnya disebut Sex Lingkage. Biasanya
gen dominan memperlihatkan pengaruhnya pada individu laki-laki atau jantan
maupun perempuan atau betina. Baru dalam keadaan homozigot resesif pengaruh
dominan itu tidak akan menampakkan diri dalam fenotif. Apabila kita meletakkan
tangan kanan atau kanan kiri pada suatu alas yang terdapat suatu garis mendatar
sedemikian rupa sehingga ujung jari manis menyentuh garis tersebut, maka kita
dapat ketahui apakah jari telunjuk kita akan lebih panjang atau apakah lebih
pendek dari jari manis. Pada kebanyakan orang jari telunjuk tidak akan mencapai
garis tersebut yang mengidentifikasi bahwa suatu individu-individu mungkin mempunyai kandungan gen
absolute yang sama ketidakaktifan kromosom menciptakan sub populasi dengan membedakan kandungan gen aktif (Kimball, 2005).
Apakah sebenarnya yang diberikan pada anak-anak itu sehingga
merekapun mempunyai beberapa sifat seperti orang tuanya? Yang diwariska adalah
berupa gen, gen lah yang bertanggung jawab atas turunnnya sifat-sifat tersebut.
Gen-gen yang berhubungan langsung dengan kromosom ini bisa diturunkan melalui gen
autosom maupun gen gonosom (Nio,1990).
Pada pasangan yang menyumbangkan kromoson Y diam kepada
keturunannya yang laki-laki, jadi fenotif anak laki-lakinya akan secara
langsung mencerminkan konstitusi genetik salah satu dari dua kromosom X nya.
Penelitian mengenai pewarisan pautan seks pada manusia telah menunjukkkan
dengan melimpah bahwa pola transmisi gen pada manusia mengikuti pola-pola yang
pertama kali dikenal dengan lalat (Goodenough,1984).
Selain gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin,
juga terdapat gen yang dibatasi oleh jenis kelamin. Hypertrichosis yaitu tumbuhnya rambut pada bagian-bagian tertentu di tepi
daun telinga. Penyakit ini diwariskan melalui kromosom seks yang terangkai pada
kromosom Y. sifat keturunan yang timbul karena pengaruh gen terangkai Y ini
dinamakan holandrik dan gennya disebut gen holandrik. Karena
sifat ini diwariskan pada kromosom Y, maka dapat disimpulkan bahwa sifat
keturunan ini hanya diwariskan dari seorang ayah kepada anak laki-laki saja.
Jadi, anak-anak dari pasangan suami hypertrichosis dan wanita normal, akan
melahirkan anak-anak wanita normal dan anak laki-laki yang menderita
hypertrichosis. Penyakit hypertrichosis sering dijumpai pada bangsa India dan
Pakistan (Miyahara, 2011).
Hypertrichosis adalah kondisi medis yang menyebabkan
pertumbuhan eksesif rambut di area dimana rambut tidak biasanya tumbuh. Ini
mungkin hadir di seluruh tubuh atau Anda bisa memilikinya hanya dalam satu atau
lebih daerah. Beberapa individu akan lahir dengan kondisi dan orang lain akan
mengembangkannya di kemudian hari dalam kehidupan. Hypertrichosis bawaan sangat
jarang. Pada kenyataannya itu sangat jarang bahwa hanya ada kasus diverifikasi
sejak Abad Pertengahan. Hal ini terjadi karena cacat selama kehamilan. Janin ditutupi
dengan lanugo yang merupakan lapisan yang sangat halus rambut yang jatuh selama
bulan kedelapan. Dalam kasus ini itu tidak jatuh namun terus berkembang. Dalam
kasus melayani dikenal sebagai terminalis Hypertrichosis bawaan rambut menjadi
berwarna juga dan tetap ada setelah lahir (Anonim, 2012).
Meskipun tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan itu banyak
yang percaya kondisi menjadi gangguan genetik. Hal ini dapat dianggap warisan
atau telah diketahui hanya terjadi karena mutasi gen. Beberapa kanker terkait
yang terjadi setelah individu memiliki kanker. Beberapa orang percaya bahwa hal
itu dapat disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan metabolisme juga (Anonim,
2012).
Hypertrichosis
juga disebut Sindrom Ambras adalah jumlah yang abnormal dari pertumbuhan rambut
pada tubuh. Kasus ekstensif Hypertrichosis telah informal setelah disebut
Sindrom Werewolf. Ada dua jenis Hypertrichosis (Anonim, 2010) :
- Hypertrichosis umum(terjadi di seluruh tubuh)
- Hypertrichosis(terbatas pada wilayah tertentu)
Gen resesif h
yang menyebabkan Hypertricosis, yaitu tumbuhnya rambut pada bagian-bagian
tertentu ditepi daun telinga. Alel dominannya H tidak menyebabkan Hypertricosis.
Oleh karena gennya terdapat kromosom Y sedangkan yang memiliki kromosom Y
hanyalah laki-laki saja, maka sifat keturunan ini hanya diwariskan kepada
keturunan laki-laki saja. Hypertricosis lebih sering dijumpai pada bangsa India
dan Pakistan (Suryo, 2005).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
alat tulis menulis dan kalkulator.
III.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah data
Guru SMAN 1 Parangloe tahun 2012.
III.3 Metode Kerja
Adapun
langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.
Melakukan observasi dan identifikasi terhadap populasi
yang terdapat peristiwa munculnya bulu pada daun telinga (hypertricosis).
2.
Mengumpulkan data dalam satu populasi yang terdapat
individu dengan kelainan hypertricosis. Data yang diambil berupa nama, usia,
jenis kelamin, dan terdapat atau tidaknya kelainan hypertricosis.
3.
Mencatat data tersebut lalu menghitung jumlah frekuensi
fenotip dan genotip kelainan hypertricosis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Tabel Data Guru SMAN 1 Parangloe Tahun 2012
No.
|
Nama
|
Jenis
Kelamin
|
Usia
|
Hypertricosis
|
1.
|
Khusnul
Khatimah
|
P
|
29
|
-
|
2.
|
Nur Syamsi
|
P
|
35
|
-
|
3.
|
Radiyatul
Adawiah
|
P
|
42
|
-
|
4.
|
Nurzakiah
|
P
|
33
|
-
|
5.
|
Ryan
Ambarwati
|
P
|
45
|
-
|
6.
|
Jumrawati
|
P
|
43
|
-
|
7.
|
Sumardi
|
L
|
46
|
-
|
8.
|
Irman Arsyad
|
L
|
40
|
-
|
9.
|
Riska Rusli
|
P
|
39
|
-
|
10.
|
Nursyamsi B.
|
P
|
47
|
-
|
11.
|
Hardiayanti
|
P
|
49
|
-
|
12.
|
Rismayanti
Arifin
|
P
|
36
|
-
|
13.
|
Riski Amelia
|
P
|
35
|
-
|
14.
|
Irham Arsyad
|
L
|
29
|
-
|
15.
|
Hendra
Titasia
|
L
|
31
|
-
|
16.
|
Amran
Anugerah
|
L
|
30
|
-
|
17.
|
Fatmawati
|
P
|
44
|
-
|
18.
|
Ahmad L.
|
L
|
49
|
-
|
19.
|
Ridwan
|
L
|
32
|
-
|
20.
|
Mutiara Ulfa
Mardal
|
P
|
38
|
-
|
21.
|
Lia
Fadhillah
|
P
|
33
|
-
|
22.
|
Kurnia
Suardi
|
P
|
35
|
-
|
23.
|
Ahmad
Riswanto
|
L
|
38
|
-
|
24.
|
Zul Rifqah
Rofiqa
|
L
|
43
|
-
|
25.
|
Adi Wijaya
|
L
|
41
|
-
|
26.
|
Abdul Jabbar
|
L
|
36
|
--
|
27.
|
Abdul Wahid
|
L
|
48
|
-
|
28.
|
Risma
Andriani
|
P
|
28
|
-
|
29.
|
Afifa
Fitriani Yusuf
|
P
|
44
|
-
|
30.
|
Arni
Alimuddin
|
P
|
42
|
-
|
31.
|
Muh. Arif
|
L
|
46
|
Ö
|
|
Total
|
|
|
1 Orang
|
IV.1.2 Analisis Data
Diketahui :
Perempuan = 18
Laki-Laki = 13
·
Normal = 12
·
Hypertrichosis= 1
Ditanyakan :
Frekuensi fenotip
dan genotip hypertrichosis
Rumus
Hardy-Weinberg : p + q = 1
Misalkan p = XYH
q = XYh
Distribusi
penyebaran gen melalui perempuan diabaikan karena gen tertaut kromosom Y
Frekuensi genotip
penderita hypertrichocis XYh
= 1/31 = 0,03
Frekuensi genotip
normal = p + q =1
p + 0,03 = 1
p = 0,97
Frekuensi laki-laki
normal = 12/31 = 0,39
IV. 2. Pembahasan
Hypertrichosis adalah suatu keadaan abnormal pertumbuhan
rambut pada tubuh, kasus hypertricosis yang parah, bukan hanya menyebabkan
timbulnya rambut pada daun telinga namun pada sekujur tubuh yang mana penderita
biasanya dijuluki ‘werewolf syndrom’
hal ini disebabkan karena penampilan mereka secara entimologi mirip manusia
serigala. Adapun hypertrichosis yang dimaksud dalam percobaan ini adalah
hypertrrichosis yang menyebabkan tumbuhnya rambut pada daun telinga.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data Guru SMAN 1
Parangloe, diperoleh adanya satu orang yang menderita hypertricosis, yaitu
tumbuhnya rambut pada daun telinga. Data ini diperoleh melalui hasil wawancara
salah seorang alumni SMAN 1 Parangloe, sehingga data diatas menunjukkan
populasi Guru SMAN 1 Parangloe pada tahun 2012, namun usia yang dicantumkan
adalah merupakan perkiraan dari usia masing-masing individu dalam populasi
tersebut saat ini.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kelainan
hypertrichosis ini terjadi hanya pada laki-laki dan tidak terjadi pada
perempuan, hal ini disebabkan karena kelainan hypertrichosis merupakan kelainan
yang disebabkan oleh gen terpaut kromosom Y sehingga hanya dapat dialami oleh
laki-laki karena perempuan tidak memiliki kromosom Y. Kelainan ini disebabkan
oleh gen resesif h yang menyebabkan hypertrichosis, yaitu tumbuhnya rambut pada
bagian-bagian tertentu di tepi daun telinga. Alel dominannya adalah H tidak
menyebabkan hypertrichosis. Oleh karena gennya terdapat dalam kromosom Y
sedangkan yang memiliki kromososm Y adalah laki-laki saja, maka sifat keturunan
ini hanya diwariskan kepada keturunan laki-laki saja. Sifat keturunan yang
timbul karena pengaruh gen terangkai Y dinamakan holandrik (berasal dari kata
Yunani holo = sama; andro = laki-laki).
Berdasarkan data diatas dari 31 individu dalam 1 populasi
hanya ada 1 orang penderita hypertricosis dan tidak terdapat pada perempuan
tapi terdapat pada laki-laki namun hanya
diderita oleh satu orang yang berarti bahwa peluang untuk terjadinya peristiwa
ini sangatlah kecil. Sehingga diperoleh frekuensi genotip dan fenotip penderita
kelainan hypertrichosis adalah sebesar 0,03 atau 3% sedangkan perbandingan
fenotip dan genotip untuk orang normal laki-laki pada tabel diatas adalah 0,39
atau 39% dari total frekuensi indivisu normal dalam populasi yaitu 0,97 atau
97%. Peristiwa hypertrichosis ini menunjukkan sifat yang dibatasi jenis kelamin
karena tertaut pada kromosom Y sehingga sifatnya hanya dapat dirunkan pada
keturunan berjenis kelamin laki-laki dan tidak mungkin diwariskan kepada anak
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa penampakan sifat dari kelainan
hypertrichosis dibatasi oleh jenis kelamin.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
pewarisan sifat hypertrichosis disimpulkan bahwa sifat hypertrichosis ini
disebabkan oleh gen terpaut Y sehingga sifat ini hanya diwariskan kepada
keturunan laki-laki (gen dibatasi jenis kelamin). Adapun frekuensi genotip
maupun fenotip penderita kelainan ini didalam populai tersebut (frekuensi
perempuan diabaikan karena sifat diturunkan melalui kromosom Y) adalah 0,03 dan
frekuensi gen normal pada laki-laki yaitu 0,39 dari keseluruhan frekuensi gen
normal sebesar 0,97.
V.2 Saran
Adapun saran mengenai
percobaan ini sebaiknya digunakan data populasi yang lebih besar agar
keakuratan dari perhitungan frekuensinya mendekati kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Anonim. 2010.
Hypertrichosis. http://diseases-missjay.blogspot.com. Diakses 4 April 2013 pukul 22.37 WITA.
Anonim.
2012. Apa Hypertrichosis? Werewolf Syndrome Manusia Dijelaskan. http://memenuhipermintaankwalitaspelangan.wordpress.com. Diakses 4 April 2013
pukul 22.34 WITA.
Bohari, Mega. 2011. Peranan
Gen yang Dipengaruhi Seks. http://megabohari. blogspot.com. Diakses 4 April 2013
pukul 22.27 WITA.
Campbell, Neil A., dkk., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Goodenough, Ursula.1988. Genetika. Erlangga. Jakarta.
Kimball, W.
John. 2005. Biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta
Mirahaya. 2011. Jenis-Jenis
Kecacatan dan Penyakit yang Sifatnya Herediter (Keturunan). http://miyaharachan.blogspot.com. Diakses 4 April 2013
pukul 22.21 WITA.
Nio,Tjan
Kwiauw. 1990. Genetika
Dasar. ITB Press. Bandung.
Suryo. 2005. Genetika
Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.