BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di
dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks. Ekologi
merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif,
yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis
dari fenomena-fenomena ekologis (Campbell,2000).
Ekologi
mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan abiotik. Lingkungan
meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan nutrient. Yang juga
penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik yakni semua
organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell, 2000).
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen komponen tersebut
terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi, dan produktivitas
(Sativani, 2010).
Satuan
makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas.
Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci,seekor serigala,
atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada
tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : dipadang rumput hidup
sekelompok kelinci dan sekelompok srigala. Jumlah anggota populasi dapat mengalami
perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi ( emigrasi dan
imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu
seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu dan diantara
satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu padang rumput terjadi
saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan populasi serigala.
Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat hidup tertentu yang
disebut habitat (Andri, 2011).
Ekosistem
tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara faktor
biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah
satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses
alamiah atau karena campur tangan manusia (Andri, 2011).
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka dilakukanlah percobaan populasi, komunitas dan
ekosistem.
1.2 Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan percobaan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah untuk mengetahui
pertumbuhan suatu populasi, mengetahui komponen biotic dan abiotik di Canopy
serta hubungan antar sesama komponen biotic dan menentukan komponen biotic yang
berperan penting dalam ekosistem di Canopy.
1.3 Waktu
dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari
Senin, 15 Oktober 2012 pukul 14.00-17.30 WITA. Percobaan ini bertempat di
Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam studi ekologi
digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang
berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat
populasi, komunitas, dan ekosistem (Bohari,2011).
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada
suatu daerah dan waktu tertentu. Contoh populasi dari komunitas sungai dapat
berupa populasi rumput, populasi ikan, populasi kepiting, popuasi kerang,
populasi sumpil, dan lain-lain. Contoh populasi dari komunitas sawah dapat berupa
populasi padi, populasi tikus, populasi ular, dan lain-lain. Antara populasi
yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antarpopulasi adalah
sebagai berikut (Sativani, 2010):
1. Alelopati
Merupakan
interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut
(juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat
yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai
anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
2. Kompetisi
Merupakan
interaksi antarpopulasi, bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh,
persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup
yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang
sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau
individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di
sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat
dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut
(Sativan,2010):
a. Netral
Hubungan
tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat
tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral.
Contohnya : antara capung dan sapi.
b. Predasi
Predasi
adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga
berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya,
yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
c. Parasitisme
Parasitisme
adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga
bersifat merugikan inangnya.
d. Komensalisme
Komensalisme
merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan
dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang
ditumpanginya.
e. Mutualisme
Mutualisme
adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup
pada bintil akar kacang-kacangan.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem
dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya
keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini
tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem
untuk mencapai keseimbangan baru. Adanya perubahan-perubahan pada populasi
mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi
menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah
terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem.
Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat
berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya
keseimbangan baru (Sativani,2010).
Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati
suatu daerah tertentu; komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang
berlainan. Pertanyaan pada tingkat analisis ini meliputi cara berinteraksi di
antara organism seperti predasi, kompetisi dan penyakit, yang mempengaruhi
struktur dan organisasi komunitas (Campbell, 2000).
Ekosistem adalah suatu
komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang
dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu unit yang
fungsional. Manusia merupakan bagian yang terintegrasi dalam ekosistem.
Ekosistem sangat bervariasi dalam hal ukuran, dapat berupa genangan air pada
suatu lubang pohon hingga ke samudera luas (Caudill,2005).
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua
macam (Anonim,2012):
·
Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami
tanpa campur tangan manusia. Contoh : padang rumput, gurun,laut.
·
Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang terjadi karena buatan
manusia.
Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun.
Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun.
Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu
mengalami perubahan. Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan
interaksi, hal inilah yang merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan
suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan
manusia (Anonim, 2012).
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air
tawar dan ekosistem air Laut (Anonim,2012).
1.
Ekosistem Darat : Ekosistem darat ialah ekosistem yang
lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis
lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai
berikut.
2.
Bioma gurun :Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika
(sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma
gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari
tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam
hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil.
Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri
contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai
jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia,
ular, kadal, katak, dan kalajengking.
3.
Bioma padang rumput : Bioma ini terdapat di daerah yang
terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan
kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas
(peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri
atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada
kelembapan.
4.
Bioma Hutan Basah : Bioma Hutan Basah terdapat di daerah
tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun.
Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang
lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m,
cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).
Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat
di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi
suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan
basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan
anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan,
harimau, dan burung hantu.
5.
Bioma hutan gugur : Bioma hutan gugur terdapat di daerah
beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun.
Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur).
Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain
rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
6.
Bioma taiga : Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah
utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin
rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti
konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali.
Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang
bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
7.
Bioma tundra : Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah
utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung
tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang
dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang
pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan
yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang
datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan
insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
8.
Ekosistem Air Tawar : Ciri-ciri ekosistem air tawar antara
lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh
iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Pertumbuhan populasi dibatasi oleh faktor-faktor yang
bergantung dan tidak bergantung pada kepadatan yang keutamaan relatifnya
bervariasi sesuai dengan spesies dan keadaan. Faktor bergantung pada kepadatan
akan semakin intensif ketika kepadatan populasi meningkat dan akhirnya dapat
menstabilkan populasi didekat daya tampungnya. Beberapa factor yang bergantung
kepadatan adalah kompetisi intraspesies untuk sumber daya yang terbatas, peningkatan
pemangsaan, cekaman akibat kepadatan, atau penumpukan toksin dapat menyebabkan laju
pertumbuhan populasi menurun pada kepadatan populasi yang tinggi
(Campbell,2000).
Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, seperti
kejadian-kejadian karena iklim dan kebakaran, menuurunkan ukuran populasi pada
fraksi tertentu. Populasi yang secara umum bersifat stabil kemungkinan
mendekati suatu daya tampung yang ditentukan oleh batas-batas yang bergantung
pada kepadatan, akan tetapi fluktuasi jangka pendeknya tidak bergantung
kepadatan (Campbell,2000).
Kedua kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan populasi,
yaitu angka kelahiran dan angka kematian, dapat diukur dan digunakan untuk
memprediksi bagaimana ukuran populasi akan berubah menurut waktu. Terdapat dua model
pertumbuhan yaitu model eksponensial dan model logistic (Campbell,2000).
Model eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan suatu
populasi ideal dalam lingkungan yang tidak terbatas. Model ini memprediksi
bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi itu akan tumbuh
(Campbell,2000).
Model logistic pertumbuhan populasi menyertakan konsep daya
tampung. Pertumbuhan eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas dalam
populasi apapun. Suatu model yang lebih nyata (realistis) membatasi pertumbuhan
dengan menyertakan daya tampung (Campbell,2000).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kalkulator,
penggaris, pensil, dan penghapus.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang
diperlukan untuk percobaan ini adalah kertas grafik A3 serta komponen biotic
yang ada di Canopy diantaranya Pandan Pandanus
rectanus, Nangka Arthocarpus integra,
Alamanda Alamanda katacita, Bunga
kertas Bougainvillea sp, Sirsak Annora
muricata, Belimbing wuluh Averrhoea
bilimbi, Mangga Mangifera indica,
Lalat buah Drosophila melanogaster, Semut Monomorium sp, Belalang Valanga
sp, Capung Diplacodes trivialis, Siput
Lymnaea sp.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Mengamati Ekosistem di
Canopy
Adapun langkah-langkah kerja yang
dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Memilih daerah penelitian dalam hal
ini daerah yang dipilih adalah Canopy yang terletak di samping Laboratorium
Biologi Dasar Universitas Hasanuddin, Makassar.
2. Menentukan data yang akan dikumpulkan
atau diteliti. Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah komponen biotic dan
abiotik.
3. Melakukan survey tempat.
4. Memeberikan batasan daerah
penelitian.
5. Mengumpulkan data. Menyiapkan sebuah
buku lapangan atau lebih praktis bila kertas untuk mencatat, dapat dijepit pada
suatu alat tulis.
6. Mengidentifikasi organism yang akan
diteliti dan menentukan namanya.
III.3.2 Menghitung Populasi Burung
Hantu Beluk Ketupa Ketupa ketupu.
Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan
ini sebagai berikut:
1. Mempersiapkan model.
2. Model I : Kita umpamakan disuatu
pulau pada tahun 2010 dihuni oleh 10 burung hantu beluk ketupa Ketupa ketupu ( 5 pasang jantan dan
betina).
Asumsi I: Setiap Musim bertelur, setiap pasang burung gereja
menghasilkan 10 keturunan (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi II: Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan
betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III: Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada
musim bertelur berikutnya. Dalam keadaan sebenarnyabeberapa tetua akan hidup
dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan
suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model
yang dibuat dengan keadaan yang sebenarnya.
Asumsi IV: Selama pengamatan tidak ada burung yang
meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
3. Berdasarkan cara diatas, hitunglah
populasi burung hantu beluk ketupa Ketupa
ketupu pada tahun 2010 sampai tahun 2014.
4. Model II: Mengubah asumsi II sebagai
berikut, setiap tahun 2/5 dari tetua jantan dan betina yang sama jumlahnya
masih dapat mempunyai keturunan untuk ke-2 kalinya. Baru kemudian mati. Asumsi
lain tidak mengalami perubahan.
5. Model III: Mengubah Asumsi III sebagai
berikut, setiap tahun 2/5 dari keturunan (jantan dan betina) sama jumlahnya,
mati sebelum musim bertelur. Asumsi lain tidak berubah.
6. Model IV: Mengubah asumsi IV sebagai
berikut, Setiap tahun 50 burung jantan dan betina sama jumlahnya dating ke pulau
tersebut dari pulau lain dan tidak seekorpun yang pergi. Asumsi lain tidak
berubah.
7. Membuat grafik berdasarkan tiap
model yang telah dibuat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Mengamati Ekosistem di Canopy
Biotik (Hewan
dan Tumbuhan).
Tumbuhan :
1. Pandan Pandanus rectanus
2. Nangka Arthocarpus integra
3. Alamanda Alamanda katacita
4. Bunga kertas Bougainvillea sp
5. Sirsak Annora
muricata
6. Belimbing wuluh Averrhoea bilimbi
7. Mangga Mangifera indica
Hewan :
1. Lalat buah Drosophila melanogaster
2. Semut Monomorium sp
3. Belalang Valanga sp
4. Capung Diplacodes trivialis
5. Siput Lymnaea sp
Abiotik :
1. Tanah
2. Air
3. Udara
4. Cahaya
5. Nutrient
Gambar Jaring-jaring
Makanan
IV.1.2 Menghitung Populasi Burung Hantu Beluk Ketupa Ketupa ketupu.
Grafik
Pertumbuhan Populasi Burung Hantu Beluk Ketupa Ketupa Ketupu
Model I
IV.2 Pembahasan
Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari
tentang lingkungan beserta komponen biotiknya temasuk didalamnya populasi,
komunitas, dan ekosistem. Berbicara tentang ekologi tidak pernah lepas dari
komponen biotic dan abiotik yang menjadi objek kajiannya. Antara komponen
biotic dan abiotik ini terjadi hubungan timbal balik yang disebut ekosistem.
IV.2.1 Mengamati Ekosistem di Canopy
Adapun hasil yang diperoleh setelah
melakukan pengamatan di Canopy, diperoleh data komponen biotic serta abiotik di
Canopy. Adanya komponen biotic dan abiotik ini menunjukkan ekosistem di Canopy
yang terdiri dari beberapa tumbuhan, hewan berupa serangga dan gastropoda serta
komponen abiotik.
Terlebih dahulu yang akan dibahas
adalah komponen biotic hal ini menyangkut komunitas yang ada di Canopy.
Tumbuhan dalam hal ini berperan sebagai produsen di dalam komunitas, sebagai
sumber makanan bagi tingkat trofik diatasnya. Semua tumbuhan yang ditemukan hampir
memiliki konstribusi jumlah yang sama dalam ekosistem sehingga semua produsen
mempunyai konstribusi yang sama dalam menyediakan makanan bagi konsumen.
Adapun konsumen yang terdapat pada komunitas ini berupa
serangga dan gastropoda. Serangga terdiri dari Lalat buah Drosophila melanogaster, Semut Monomorium sp, Belalang Valanga
sp dan Capung Diplacodes trivialis serta
gastropoda Siput Lymnaea sp. Konsumen
yang terdapat pada Canopy ini sebagian besar merupakan konsumen tingkat pertama
atau herbivore diantaranya Lalat buah Drosophila melanogaster, Semut Monomorium sp, Belalang Valanga
sp dan Capung Diplacodes trivialis serta
gastropoda Siput Lymnaea sp. Walaupun
semut menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat pertama namun tingkat trofik
semut bisa meningkat menjadi konsumen tingkat ke-2. Karena apabila salah saru
dari keempat hewan lainnya mati, maka semut akan memakannya. Hal ini bisa kita
buktikan melalui pengamatan sehari-hari dimana ketika ada bangkai hewan maka
dalam sekejap bangkai itu akan di kerumuni oleh semut. Hubungan ini
menggambarkan jaring-jaring makanan.
Setelah membahas
komponen biotic, lebih luas lagi akan dibahas komponen abiotik yang terdapat di
Canopy. Komponen abiotik yang terdapat secara umum di golongkan dalam udara,
air, tanah, cahaya dan nutrient. Jika komponen biotic dan abiotik ini di
gabungkan maka akan membentuk komunitas di Canopy.
IV.2.2 Menghitung Populasi Burung
Hantu Beluk Ketupa Ketupa ketupu.
Adapun hasil yang diperoleh setelah menghitung populasi
burung hantu beluk ketupa Ketupa ketupu
melalui model yang telah dibuat, diperoleh grafik yang menunjukkan model
pertumbuhan eksponensial pada tiap model walaupun jumlah keturunan yang
dihasilkan tiap tahunnya pada tiap model berbeda namun grafik tersebut
sama-sama menunjukkan model pertumbuhan eksponensial.
Melalui model yang dibuat ini menunjukkan kondisi dimana
tidak ada batasan kemampuan individu untuk mengambil energy, tumbuh dan
bereproduksi. Populasi tersebut meningkat ukurannya dengan terjadinya setiap
kelahiran dan imigrasi individu atau populasi lain, sedangkan populasi menurun
ukurannya dengan terjadinya setiap kematian dan emigrasi individu dari populasi
itu.
Ukuran suatu populasi yang tumbuh secara eksponensial meningkat
secara cepat, seperti yang dapat dilihat pada gambar grafik pertumbuhan
populasi burung hantu beluk ketupa pada tiap modenya menghasilkan kurva
berbentuk J ketika ukuran populasi di plot terhadap waktu.
Meskipun laju pertumbuhan intrinsic bersifat konstan ketika
populasi tumbuh, namun sesungguhnya populasi tersebut mengakumulasikan lebih
banyakindividu baru persatuan waktu jika ukuran populasinya besar dibandingkan
dengan jika ukuran populasi sedikit. Bandingkan antara grafik model IV dan
lainnya dimana grafik model IV menunjukkan pertumbuhan populasi yang sangat tinggi
dibandingkan dengan grafik model lainnya.
Selain itu, untuk suatu populasi juga dipengaruhi umur pada
permulaan reproduksi, jumlah anak yang dihasilkan dan seberapa baik anak
tersebut dapat bertahan hidup. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara
tiap model yang mana model 2 dipengaruhi oleh kemampuan bertahan hidup tetua
serta bereproduksi sehingga populasi yang dihasilkan lebih banyak daripada
model yang pertama, sedangkan model yang ketiga memunjukkan kurangnya ketahanan
hidup anakan sehingga populasi yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan
dengan model-model yang lainnya.
Kurva pertumbuhan eksponensial ini bisa terjadi karena
populasi ini berada di lingkungan baru, namun bila populasi ini berada di
lingkungan yang memiliki banyak populasi dari spesies lain ataupun spesies yang
sama maka secara realistis akan berlaku factor pembatas yang menyebabkan model
pertumbuhan berubah menjadi model pertumbuhan logistic.
BAB V
PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum maka
disimpulkan bahwa populasi dapat tumbuh berdasarkan dua model pertumbuhan yaitu
eksponensial dan logisistik. Dari model pertumbuhan populasi yang dibuat
menggambarkan model pertumbuhan eksponensial dimana ukuran populasi meningkat
dengan cepat mengikuti kuva berbentuk J.
Dari pengamatan yang dilakukan di
Canopy diperoleh data hubungan interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya
serta hubungan antar sesame komponen biotic yang saling makan memakan dimana
komponen biotic yang terpenting ada dalam ekosistem di Canopy adalah tumbuhan
karena sebagai sumber makanan bagi makhluk lainnya.
IV. 2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini,
untuk memperoleh data yang lebih lengkap seputar komunitas dan ekosistem
dibutuhkan waktu yang lama agar data yang diperoleh akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Andri.2011.Laporan Tetap Ekologi Pertanian. http://andriecaale.blogspot.com/
2011/06/laporan-tetap-ekologi-pertanian.html 28 Oktober 2012 pukul
06.20 WITA.
Anonim.2012.Pengaruh Faktor Biotik Ekosistem. http://novyjuli.blogspot.com
/ 2012/02/laporan-praktikum-ekologi.html. 28
Oktober 2012 pukul 05.30 WITA
Bonari,Mega.2011.Keragaman Komunitas. http://megabohari.blogspot.com/
2011/ 12/laporan-ekwan-keragaman-komunitas.html 28
Oktober 2012 pukul 05.44 WITA.
Campbell,
Neil A. dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima
Jilid 3. Jakarta.Penerbit Erlangga.
Caudill,
Herb.2005.Ekosistem dan Kesejahteraan
Manusia:Suatu Kerangka Pikir untuk Penilaian.Jakarta. Millennium Ecosystem Assessment.
Sativani,
Risa.2010.Ekologi Populasi. http://oryza-sativa135rsh.
blogspot.com/ 2010/01 /ekologi-populasi.html 28
Oktober 2012 pukul 06.37 WITA.
LAMPIRAN
Model I
Tahun 2010
Asumsi I :
Tetua = 10 ekor (5 pasang), Anakan = 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang). Total= 50+10=
60 ekor (30 pasang).
Asumsi II
: Tetua mati = 60 – 10 = 50 ekor (25 pasang).
Asumsi III
: 50 ekor (25 pasang).
Asumsi IV:
50 ekor (25 pasang).
Tahun 2011
Asumsi I :
Tetua = 50 ekor (25 pasang), Anakan = 25 x 10 = 250 ekor (125 pasang). Total= 250+50=
300 ekor (150 pasang).
Asumsi II
: Tetua mati = 300 – 50 = 250 ekor (125 pasang).
Asumsi III
: 250 ekor (125 pasang).
Asumsi IV:
250 ekor (125 pasang).
Tahun 2012
Asumsi I :
Tetua = 250 ekor (125 pasang), Anakan = 125 x 10 = 1250 ekor (625 pasang).
Total= 1250+250= 1500 ekor (750 pasang).
Asumsi II
: Tetua mati = 1500 – 250 = 1250 ekor (625 pasang).
Asumsi III
: 1250 ekor (625 pasang).
Asumsi IV:
1250 ekor (625 pasang).
Tahun 2013
Asumsi I :
Tetua = 1250 ekor (625 pasang), Anakan = 625 x 10 = 6250 ekor (3125 pasang).
Total= 6250+1250= 7500 ekor (3750 pasang).
Asumsi II
: Tetua mati = 7500 – 1250 = 6250 ekor (3125 pasang).
Asumsi III
: 6250 ekor (3125 pasang).
Asumsi IV:
6250 ekor (3125 pasang).
Tahun 2014
Asumsi I :
Tetua = 6250 ekor (3125 pasang), Anakan = 3125 x 10 = 31250 ekor (15625
pasang). Total= 31250+6250= 37500 ekor (18750 pasang).
Asumsi II
: Tetua mati = 37500 – 6250 = 31250 ekor (15625 pasang).
Asumsi III
: 31250 ekor (15625 pasang).
Asumsi IV:
31250 ekor (15625 pasang).
Model II
Tahun 2010
Asumsi I :
Tetua = 10 ekor (5 pasang), Anakan = 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang). Total=
50+10= 60 ekor (30 pasang).
Asumsi II
: 54 ekor (27 pasang)
Asumsi III
: 54 ekor (27 pasang)
Asumsi IV:
54 ekor (27 pasang)
Tahun 2011
Asumsi I :
320 ekor (160 pasang).
Asumsi II
: 290 ekor (145 pasang).
Asumsi III
: 290 ekor (145 pasang).
Asumsi IV:
290 ekor (145 pasang).
Tahun 2012
Asumsi I :
1720 ekor (860 pasang).
Asumsi II
: 1558 ekor (779 pasang).
Asumsi III
: 1558 ekor (779 pasang).
Asumsi IV:
1558 ekor (779 pasang).
Tahun 2013
Asumsi I :
9240 ekor (4620 pasang).
Asumsi II
: 8370 ekor (4185 pasang).
Asumsi III
: 8370 ekor (4185 pasang).
Asumsi IV:
8370 ekor (4185 pasang).
Tahun 2014
Asumsi I :
49640 ekor (24820 pasang).
Asumsi II
: 44966 ekor (22483 pasang).
Asumsi III
: 44966 ekor (22483 pasang).
Asumsi IV:
44966 ekor (22483 pasang).
Model III
Tahun 2010
Asumsi I :
Tetua = 10 ekor (5 pasang), Anakan = 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang). Total=
50+10= 60 ekor (30 pasang).
Asumsi II
: 50 ekor (25 pasang)
Asumsi III
: 30 ekor (15 pasang)
Asumsi IV:
30 ekor (15 pasang)
Tahun 2011
Asumsi I :
180 ekor (90 pasang).
Asumsi II
: 150 ekor (75 pasang).
Asumsi III
: 90 ekor (45 pasang).
Asumsi IV:
90 ekor (45 pasang).
Tahun 2012
Asumsi I :
540 ekor (270 pasang).
Asumsi II
: 450 ekor (225 pasang).
Asumsi III
: 270 ekor (135 pasang).
Asumsi IV:
270 ekor (135 pasang).
Tahun 2013
Asumsi I :
1620 ekor (810 pasang).
Asumsi II
: 1350 ekor (675 pasang).
Asumsi III
: 810 ekor (405 pasang).
Asumsi IV:
810 ekor (405 pasang).
Tahun 2014
Asumsi I :
4860 ekor (2430 pasang).
Asumsi II
: 4050 ekor (2025 pasang).
Asumsi III
: 2430 ekor (1215 pasang).
Asumsi IV:
2430 ekor (1215 pasang).
Model IV
Tahun 2010
Asumsi I :
Tetua = 10 ekor (5 pasang), Anakan = 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang). Total=
50+10= 60 ekor (30 pasang).
Asumsi II
: 50 ekor (25 pasang)
Asumsi III
: 50 ekor (25 pasang)
Asumsi IV:
100 ekor (50 pasang)
Tahun 2011
Asumsi I :
600 ekor (300 pasang).
Asumsi II
: 500 ekor (250 pasang).
Asumsi III
: 500 ekor (250 pasang).
Asumsi IV:
550 ekor (275 pasang).
Tahun 2012
Asumsi I :
3300 ekor (1650 pasang).
Asumsi II
: 2750 ekor (1375 pasang).
Asumsi III
: 2750 ekor (1375 pasang).
Asumsi IV:
2800 ekor (1400 pasang).
Tahun 2013
Asumsi I :
16800 ekor (8400 pasang).
Asumsi II
: 14000 ekor (7000 pasang).
Asumsi III
: 14000 ekor (7000 pasang).
Asumsi IV:
14050 ekor (7025 pasang).
Tahun 2014
Asumsi I :
84300 ekor (42150 pasang).
Asumsi II
: 70250 ekor (35125 pasang).
Asumsi III
: 70250 ekor (35125 pasang).
Asumsi IV:
70300 ekor (35150 pasang).