LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN I
IMITASI PERBANDINGAN GENETIS
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
KAMIS, 7 MARET 2013
KELOMPOK :
I (SATU) B
ASISTEN :
PINKAN C. I. TUMANDUK
LABORATORIUM GENETIKA JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam satu keluarga dapat dilihat
adanya kemiripan dan variasi antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga
yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor genetik pada setiap
individu dalam bentuk unit yang diturunkan kepada generasi berikutnya. Faktor
ini telah lama diteliti oleh para ilmuan namun baru pada tahun 1866 Mendel
mendokumentasikan mekanisme penurunan sifat tersebut melalui percobaan pada
tanaman kacang ercis Pisum sativum
(Campbell, dkk., 2008).
Dari hasil eksperimennya pada kacang
ercis, Mendel menarik kesimpulan bahwa dua alternatif yang berlawanan untuk
sifat tertentu seperti tinggi dan pendek. Konsep ini dikenal dengan dominan
resesif. Mengenai tinggi tanaman pada ercis, tinggi adalah dominan terhadap
pendek sedangkan mengenai warna polong, hijau dominan terhadap kuning. Mendel
melihat adanya konsistensi dalam jumlah tipe parental pada F2. Nampaknya selalu
ada rasio pada perbandingan 3:1. Sumbangan pikiran Mendel tidak berhenti pada
pengenalan rasio saja. Mendel mengadakan hipotesis bahwa sifat-sifat tersebut
ditentukan oleh sepasang unit, dan hanya sebuah unit diteruskan kepada keturunannya
oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan hukum Mendel I (Segregasi bebas) (Agus,
Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Mendel menyimpulkan hukum segregasi
dari percobaan-percobaan sifat tunggal. Selanjutnya Mendel Mendel mencoba
mengidentifikasi penurunan dua sifat secara bersamaan, misalnya warna biji dan
bentuk biji yang diamati sampai generasi F2. Prediksi awal Mendel dalam hal ini
akan menghasilkan rasio fenotipe generasi F2 adalah 3:1 seperti pada
persilangan monohibrid. Namun, ketika Mendel menggolongkan keturunan F2 hasil
yang diperoleh mendekati rasio 9:3:3:1 sesuai dengan hipotesis alternatif
Mendel dimana kedua pangan alel bersegregasi secara bebas satu sama lain dan
dapat membentuk kombinasi-kombinasi fenotip dengan rasio 9:3:3:1. Pengamatan
ini menghasilkan formulasi Hukum Mendel II (asortasi bebas) yang menyatakan
bahwa setiap pasangan alel bersegregasi secara bebas terhadap pasangan
alel-alel lain selama pembentukan gamet (Campbell, dkk., 2008).
Berdasarkan hal diatas maka
dilakukanlah percobaan untuk membuktikan teori Mendel dengan rasio fenotip F2
yang diperoleh 9:3:3:1 melalui imitasi perbandingan genetis.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah
untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan
akan bertemu secara acak.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari
Kamis, 7 Maret 2013 pukul 14.30-17.30 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium
Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penjelasan tentang hereditas paling
banyak dianut orang selama tahun1800-an adalah hipotesis ‘pencampuran’, gagasan
bahwa materi genetik yang disumbangkan oleh kedua orang tua bercampur seperti
cat biru dan kuning bercampur menjadi hijau. Akan tetapi, pengamatan
sehari-hari dan hasil perbiakan dengan hewan dan tumbuhan menentang prediksi
tersebut, misalnya sifat yang muncul kembali setelah melompati satu generasi.
Namun, seorang biarawan bernama Gregor Mendel berhasil mendokumentasikan mekanisme
partikulat untuk pewarisan sifat. Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar
tentang pewarisan sifat dengan cara membiakkan ercis kebun dalam
percobaan-percobaan yang dirancang secara berhati-hati. Mendel hanya melacak
karakter-karakter yang bervariasi diantara dua alternatif yang jelas berbeda.
Misalnya ia hanya menggunakan tanaman yang berbunga ungu atau berbunga putih,
tidak ada sifat antara (intermediet) pada kedua varietas tersebut. Seandainya
Mendel memusatkan perhatian pada sifat-sifat yang tersusun dalam kontinum diantara
individu-individu misalnya berat biji, ia tidak akan menemukan sifat pertikulat
pewarisan sifat (Campbell, dkk., 2008).
Dari hasil penelitiannya tersebut
Mendel menemukan prinsip dasar genetika yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum
Mendel I disebut juga hukum segregasi menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet
kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum
ini berlaku untuk persilangan monohibrid dengan dominansi. Hukum Mendel II
dikenal dengan hukum Independent Assortment
menyatakan bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang
sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak tergantung
pada sifat pasangan yang lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid
(Ishahi, Putra Sang, 2010).
Hukum-hukum Mendel tentang segregasi
dan pemilahan bebas mencerminkan aturan-aturan probabilitas yang sama dengan
yang berlaku untuk melempar koin, menggulirkan dadu dan menarik kartu dari
tumpukan. Probabilitas berkisar dari 0 sampai 1. Peristiwa yang pasti terjadi
memiliki probabilitas 1, sedangkan peristiwa yang pasti tidak terjadi memiliki
probabilitas 0. Hasil setiap lemparan tidak dipengaruhi oleh apa yang terjadi
pada lemparan-lemparan sebelumnya. Setiap lemparan koin, baik dilakukan secara
berturut-turut dengan satu koin atau secara bersamaan dengan banyak koin, tidak
berkaitan dengan setiap lemparan. Seperti dua lemparan yang terpisah, alel-alel
suatu gen bersegregasi ke dalam gamet secara saling bebas secara saling bebas
dari alel-alel gen yang lain (Campbell, dkk., 2008).
Jika dalam suatu percobaan atau eksperimen
hanya memiliki dua hasil keluaran, seperti halnya pelemparan mata uang, maka
distribusi normal dapat digunakan untuk menentukan apakah frekuensi kedua hasil
tersebut cukup signifikan terhadap frekuensi yang diharapkan. Namun demikian,
jika lebih dari dua hasil yang muncul, katakanlah ada k- hasil, maka distribusi
normal tidak dapat digunakan untuk menguji perbedaan signifikan antara
frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melakukan
uji hipothesis dengan menggunakan hasil percobaan yang memiliki dua hasil, kita
menggunakan uji Chi Kuadrat (X2) (Wibirama, Sunu, 2010).
Chi Square
merupakan salah satu cara untuk menguji percobaan yang dilakukan menyimpang
atau tidak dari teori. Didalam percobaan biologis tidak mungkin didapatkan data
yang segera dapat didipertanggung jawabkan seperti halnya dengan matematika. Berhubung
dengan adanya penyimpangan (deviasi) antara hasil yang didapat dengan hasil
yang diharapkan secara teoritis harus dievaluasi, untuk itulah dilakukan tes chi square dengan rumus sebagai berikut (Suryo,
2005) :
d = deviasi/ penyimpangan (Inggrisnya= deviation) ialah selisih antara hasil
yang diperoleh (inggris=observed
disingkat o) dan hasil yang diramal.
e
= hasil yang diramal/ diharapkan (Inggris = expected).
Dalam
perhitungan nanti harus diperhatikan pula besarnya derajat kebebasan (Inggris =
degree of freedom), yang nilainya
sama dengan jumlah jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Jadi andaikan
perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandinganfenotip 3:1
(ada dominansi penuh), berarti ada dua kelas fenotip, sehingga derajat
kebebasan = 2-1 = 1. Jika terdapat sifat intermedier, keturunannya
memperlihatkan perbandingan 1:2:1. Berarti di sini ada 3 kelas fenotip,
sehingga derajat kebebasannya = 3-1 = 2. Pada perkawinan dihibrid didapatkan
keturunan dengan perbandingan 9:3:3:1.
Berarti ada 4 kelas fenotip, sehingga derajat kebebasannya = 4-1 = 3 (Suryo, 2005).
Untuk
melakukan uji statistika, kita membandingkan nilai X2 dari hasi
perhitungan dan nilai X2 dari tabel (disebut nilai kritis X2
). Nilai X2 dari tabel diperoleh dengan menggunakan derajat
kebebasan (dk) (degree of freedom, dilambangkan dengan dof atau
v) dan derajat signifikansi (significance level, dilambangkan
dengan A atau α). Secara grafis jika derajat bebas semakin besar maka grafik
distribusi chi-kuadrat akan mendekati bentuk distribusi normal (Wibirama, Sunu,
2010).
Tabel Chi-kuadrat (X2) (Suryo, 2005) :
dk
|
Kemungkinan
|
||||||||
0,99
|
0,90
|
0,70
|
0,50
|
0,30
|
0,10
|
0,05
|
0,01
|
0,001
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
0,0002
0,02
0,12
0,30
0,55
0,87
1,24
1,65
2,09
2,56
|
0,016
0,21
0,58
1,06
1,61
2,20
2,83
3,49
4,17
4,87
|
0,15
0,71
1,42
2,20
3,00
3,83
4,67
5,53
6,39
7,27
|
0,46
1,39
2,37
3,36
4,35
5,35
6,35
7,34
8,34
9,34
|
1,07
2,41
3,67
4,88
6,06
7,23
8,38
9,52
10,66
11,78
|
2,71
4,61
6,25
7,78
9,24
10,65
12,02
13,36
14,68
15,99
|
3,84
5,99
7,82
9,49
11,07
12,59
14,07
15,51
16,92
18,31
|
6,64
9,21
11,35
13,28
15,09
16,81
18,48
20,09
21,67
23,21
|
10,83
13,82
16,27
18,47
20,52
22,46
24,32
26,13
27,88
29,59
|
Menurut
para ahli statistik, apabila nilai X2 yang didapat dibawah kolom
nilai kemungkinan 0,05 apabila nilai X2 yang didapat dibawah kolom
nilai kemungkinan 0,05, itu berarti bahwa data yang diperoleh dari percobaan
itu buruk. Ini disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan ada faktor
lain diluar faktor kemungkinan yang berperan disitu. Kalau nilai X2
yang didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,01 berarti data yang
diperoleh dari percobaan buruk sekali. Nilai X2 itu disebut sangat
berarti (“highly significant”). Ini
disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan faktor di luar faktor
kemungkinan besar perannya. Data hasil percobaan dapat dianggap baik apabila
nilai X2 yang didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,05 atau di dalam kolom sebelah kirinya
(Suryo, 2005).
Tes chi
square digunakan sebagai berikut. Bila suatu tanaman heterozigotik (Tt)
menyerbuk sendiri dan menghasilkan keturunan yang misalnya terdiri dari 40
tanaman berbatang tinggi dan 20 tanaman berbatang pendek. Menurut Mendel, suatu
monohibrid (Tt) yang menyerbuk sendiri seharusnya menghasilkan keturunan dengan
perbandingan fenotip 3 Tinggi : 1 Pendek. Jadi secara teoritis seharusnya
didapatkan 45 tanaman berbatang tinggi dan 15 tanaman berbatang pendek (Suryo,
2005).
|
Tinggi
|
Pendek
|
Jumlah
|
Diperoleh
(o)
|
40
|
20
|
60
|
Diramal (e)
|
45
|
15
|
60
|
Deviasi (d)
|
-5
|
+5
|
|
d2/e
|
0,555
|
1,666
|
|
Dari
perhitungan telah didapatkan X2 = 2,221. Oleh karena ada dua kelas
fenotip (yaitu kelas batang tinggi dan pendek), berarti ada derajat kebebasan
2-1= 1. Kita ikuti nilai-nilai X2 dari kiri ke kanan pada baris
teratas dalam tabel. Angka 2,221 tidak tercantum, tetapi angka itu terletak
antara angka 1,07 dan 2,71. Nilai kemungkinannya terletak antara 0,10 dan 0,30.
Karena nilai kemungkinan itu lebih besar daripada 0,05 (batas signifikan) maka
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil percobaan itu bagus (memenuhi perbandingan
3:1 menurut hukum Mendel) (Suryo, 2005).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat
tulis menulis, kalkulator, kantong, dan penggaris.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah
biji genetik berbagai warna.
III.3 Metode Kerja
Adapun langkah-langkah
kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.
Setiap kelompok menerima 20 biji genetik terdiri dari 5 kuning hijau, 5
kuning hitam, 5 merah hijau, 5 merah hitam dan secara acak dimasukkan pada 2
kantong, masing-masing kantong berisi 10 biji genetik.
2.
Mengambil satu biji genetik dari kantong kanan dengan tangan kanan dan satu
biji genetik dari kantong kiri dengan tangan kiri pada waktu bersamaan dan akan
menghasilkan sebuah kombinasi genetik.
3.
Mencatat hasil yang diperoleh dengan ketentuan warna kuning disimbolkan K,
warna merah k, warna hijau B, dan warna hitam b.
4.
Mengembalikan kombinasi biji genetik itu ke kantong asalnya, dan mengocok
kantong supaya biji genetik tercampur kembali.
5.
Lalu mengulangi pengambilan (biji genetik), sampai 16 kali pengambilan dan
membuat tabel dari hasil percobaan yang dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Tabel Data Kelompok
Perc. Ke-
|
K_B_
|
K_bb
|
kkB_
|
kkbb
|
1
|
Ö
|
|
|
|
2
|
Ö
|
|
|
|
3
|
|
|
Ö
|
|
4
|
|
|
Ö
|
|
5
|
Ö
|
|
|
|
6
|
Ö
|
|
|
|
7
|
|
|
Ö
|
|
8
|
Ö
|
|
|
|
9
|
|
|
|
Ö
|
10
|
|
|
Ö
|
|
11
|
Ö
|
|
|
|
12
|
Ö
|
|
|
|
13
|
|
|
|
Ö
|
14
|
Ö
|
|
|
|
15
|
|
|
Ö
|
|
16
|
Ö
|
|
|
|
å
|
9
|
0
|
5
|
2
|
Ket :
·
K_B_ = Kuning bernas
·
K_bb = Kuning kisut
·
kkB_ = Putih bernas
·
kkbb = Putih kisut
IV.1.2 Tabel Data Kelas
Kelompok
|
K_B_
|
K_bb
|
kkB_
|
kkbb
|
1
|
9
|
0
|
5
|
2
|
2
|
8
|
3
|
4
|
1
|
3
|
8
|
5
|
2
|
1
|
4
|
11
|
3
|
1
|
1
|
5
|
9
|
0
|
5
|
2
|
6
|
8
|
2
|
3
|
3
|
7
|
11
|
2
|
2
|
1
|
å
|
64
|
15
|
22
|
11
|
Ket :
å total
keseluruhan : 64 + 15 + 22 + 11 = 112
·
K_B_ = Kuning bernas
·
K_bb = Kuning kisut
·
kkB_ = Putih bernas
·
kkbb = Putih kisut
IV.1.3 Tabel Chi Square
|
K_B_
|
K_bb
|
kkB_
|
kkbb
|
o
|
64
|
15
|
22
|
11
|
e
|
63
|
21
|
21
|
7
|
d
|
1
|
-6
|
1
|
4
|
d2/e
|
0,01587
|
1,71428
|
0,04761
|
2,28571
|
X2
|
4,06347
|
Ket :
·
o (observed) = hasil yang diperoleh
·
e (expected) = hasil yang
diramal/diharapkan
·
d (deviation) = penyimpangan antara
hasil yang diperoleh dengan hasil yang diramal.
·
Ada 4 kelas fenotip, derajat kebebasan = 3
·
K (3) = antara 0,10 dan 0,30
IV. 2. Pembahasan
Dari percobaan diperoleh 64 K_B_ (Kuning bernas), 15 K_bb
(Kuning kisut), 22 kkB_ (Putih bernas), dan 11 kkbb (Putih kisut). Jika menurut
teori Mendel karena bersifat dihibrid (K_B_) maka perbandingan fenotipnya
9:3:3:1. Maka ekspektasi yang sesuai dengan teori Mendel dihasilkan 63 K_B_
(Kuning bernas), 21 K_bb (Kuning kisut), 21 kkB_ (Putih bernas), dan 7 kkbb
(Putih kisut). Hasil ekspektasi ini diperoleh dari perbandingan teori Mendel
dikali dengan jumlah total keseluruhan percobaan yaitu 112. Pada K_B_, menurut
teori Mendel dihasilkan 9/16 X 112 = 63 yang bersifat kuning bernas, namun dari
percobaan diperoleh 64 berarti terdapat deviasi sebesar 1, dimana deviasi ini
diperoleh dari hasil yang diperoleh dikurangi dengan ekspektasi. Pada K_bb dan
kkB_, menurut teori Mendel dihasilkan 3/16 X 112 = 21 yang bersifat kuning
kisut dan putih bernas, namun dari percobaan diperoleh 15 kuning kisut dan 22
putih bernas berarti terdapat deviasi sebesar -6 pada kuning kisut dan 1 pada
putih bernas. Dan pada kkbb, menurut teori Mendel dihasilkan 1/16 X 112 = 7
yang bersifat putih kisut, namun dari percobaan diperoleh 11 berarti terdapat
deviasi sebesar 4.
Dari data-data tersebut hasil dari total deviasi pangkat
dua dibagi dengan total ekspektasi maka diperoleh nilai X2 (chi-square) total sebesar 4,06347.
Nilai chi square ini dicari untuk membuktikan
data hasil percobaan yang dilakukan dalam laboratorium sudah sesuai dengan
teori yang ada supaya percobaan yang dilakukan juga bisa dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Dari nilai chi square
yang diperoleh dikonversi ke dalam tabel chi
square dengan memperhatikan derajat kebebasannya. Karena didalam percobaan
ini diperoleh 4 fenotip yaitu kuning bernas, kuning kisut, putih bernas, dan
putih kisut, maka derajat kebebasannya 4-1 = 3. Sehingga yang diperhatikan
dalam tabel adalah nilai pada baris ke-3 karena menunjukkan kemungkinan pada
derajat kebebasan 3. Jika kita memperhatikan nilai-nilai X2 dari
kiri ke kanan pada baris ke-3 dalam tabel, angka 4,06347 tidak tercantum namun
berada diantara angka 3,67 dan 6,25. Nilai kemungkinannya terletak antara 0,10
dan 0,30.
Menurut
para ahli statistik, apabila nilai X2 yang didapat dibawah kolom
nilai kemungkinan 0,05 apabila nilai X2 yang didapat dibawah kolom
nilai kemungkinan 0,05, itu berarti bahwa data yang diperoleh dari percobaan
itu buruk. Ini disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan ada faktor
lain diluar faktor kemungkinan yang berperan disitu. Kalau nilai X2
yang didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,01 berarti data yang
diperoleh dari percobaan buruk sekali. Nilai X2 itu disebut sangat
berarti (“highly significant”). Ini
disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan faktor di luar faktor
kemungkinan besar perannya. Data hasil percobaan dapat dianggap baik apabila
nilai X2 yang didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,05 atau di dalam kolom sebelah kirinya
Dari hasil percobaan diperoleh nilai kemungkinan diantara
0,10 dan 0,30 yang berarti lebih besar daripada 0,05. Sesuai yang dipaparkan
sebelumnya didalam kolom nilai kemungkinan 0,05 atau di dalam kolom sebelah
kirinya dalam hal ini nilainya lebih besar dari 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa data yang diperoleh dari hasil percobaan sudah signifikan atau
sesuai dengan teori yang ada. Berarti bahwa setelah 10-30 kali dari 100 kali
percobaan yang dilakukan akan menjumpai deviasi semacam itu. Deviasi yang ada
itu terjadi secara kebetulan saja dan kurang berari berhubung data percobaan
biji genetik tersebut dinyatakan dengan baik, artinya memenuhi perbandingan
9:3:3:1.
Jadi, dari hasil percobaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan teori Mendel tentang pemilahan bebas dimana gen-gen yang dibawa oleh
gamet-gamet tertentu akan bertemu secara acak, pertemuan ini dimisalkan dengan
biji genetis kuning hijau (KB), kuning hitam (Kb), merah hijau (kB), dan merah
hitam (kb). Yang menunjukkan bahwa gen-gen tersebut bertemu secara acak
sehingga menghasilkan kombinasi-kombinasi yang menghasilkan K_B_, K_bb, kkB_,
dan kkbb atau fenotip kuning bernas, kuning keriput, putih bernas dan putih
keriput. Sehingga ketika dilakukan penggolongan hasil yang diperoleh mendekati
rasio fenotip 9:3:3:1 sesuai dengan Hukum Mendel, hal ini diperkuat dari hasil
yang diperoleh dari tes chi square sehingga percobaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan Hukum Mendel.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan biji genetis sebagai
imitasi perbandingan genetis diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa gen-gen
yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu akan bertemu secara acak atau random
membentuk kombinasi-kombinasi yang menghasilkan fenotip dengan rasio mendekati
perbandingan 9:3:3:1, sesuai dengan Hukum Mendel II dimana gen-gen yang
menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang
lain dan akan terjadi pilihan acak pada keturunannya.
V.2 Saran
Adapun saran mengenai
percobaan ini sebaiknya jumlah biji genetis yang dipakai diperbanyak agar bisa
terdistribusi secara merata ke kantong, apabila bijinya hanya 5 yang dibagi ke
kedua kantong maka salah satu kantong memiliki 3 biji yang satunya lagi 2 biji
sehingga distribusi bijinya tidak merata.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafaraenan.2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Campbell, Neil A., dkk.2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.Penerbit Erlangga. Jakarta
Ishahi, Putra Sang.
2010. Genetika : Hukum Mendel. http://biologimedia centre.com. Diakses 9 Maret 2013 pukul 20.10
WITA.
Suryo.2005. Genetika
Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Wibirama, Sunu. 2010. Distribusi
Chi Kuadrat (Chi-square). http://te.ugm.ac.id. Diakses 9 Maret 2013
pukul 19.54 WITA.