LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN IV
PEWARISAN KUANTITATIF
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
KAMIS, 14 MARET 2013
KELOMPOK :
I (SATU) B
ASISTEN :
PINKAN C. I. TUMANDUK
LABORATORIUM GENETIKA JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Biasanya kita beranggapan bahwa suatu kelas fenotip itu
selalu mudah dibedakan dari kelas fenotip yang lain. Akan tetapi bila
diperhatikan dengan baik, dalam kenyataannya kelas fenotip tadi tidak dapat
dibedakan semudah itu. Sebabnya karena seringkali masih dapat diketahui adanya
beberapa variasi di dalam suatu kelas fenotip. Misalnya saja kulit hitam pada
orang ada yang hitam sekali, hitam biasa, sawo matang (Suryo, 2005).
Pada tahun 1909, seorang ahli
genetika Swedia Nilson Ehle menganalisis hasil pewarisan warna biji gandum
terigu dan berhasil menyumbangkan suatu
konsep yang sangat penting dalam genetika. Arti penting dari hasil Nilson Ehle
terletak pada faktor bahwa sifat-sifat itu tidak selalu ditentukan oleh
pasangan gen yang berbeda yang berinteraksi menghasilkan suatu fenotip tertentu
(Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Pada kasus warna biji gandum,
interaksi itu bersifat kumulatif. Makin banyak suatu tanaman mewarisi gen
dominan, makin tua warnanya. Situasi semacam ini disebut pewarisan poligen dan
melibatkan pewarisan ciri-ciri kuantitatif. Sifat kuantitatif diatur pengaruh
gen-gen ganda (multiple gen atau poligen) dari masing-masing pengaruhnya
kecil. Pada aksi gen kumulatif ini setiap alel pada lokus tersebut akan
menambah atau mengurangi nilai fenotip. Mekanisme pewarisan ini sering juga
disebut pewarisan faktor majemuk (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Sifat-sifat dengan sebaran kontinyu
mempunyai nilai tertentu yang diperoleh melalui pengukuran kuantitatif.
Sebaliknya, sifat-sifat seperti warna biji, bentuk biji, warna bunga, dan
sebagainya, yang tidak memerlukan pengukuran untuk mendapatkan suatu nilai
disebut sifat kualitatif (Susanto, Agus Hery, 2011).
Pewarisan karakter kualitatif mudah
dibedakan karena masing-masing mempunyai populasi yang jauh berbeda. Di lain
pihak tertentu ada kelompok antara yang sukar dikategorikan. Kelompok ini
mewakili zona transisi diantara kedua sistem pewarisan karakter dan termasuk
bentuk antara yang diwariskan karena pengaruh interaksi lingkungan yang
memungkinkan adanya sejumlah genotip yang diekspresikan pada bentuk fenotipnya
(Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Berdasarkan hal diatas maka
dilakukanlah percobaan untuk mengetahui perbedaan genetika kuantitatif dan
genetika kualitatif melalui model pewarisan kuantitatif.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah
:
1.
Menjelaskan perbedaan
antara genetika kuantitatif dan genetika kualitatif.
2.
Mengetahui cara
mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data penelitian tentang pewarisan
kuantitatif.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret 2013 pukul 15.00-18.30 WITA.
Percobaan ini bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mendel mempelajari karakter-karakter yang bisa digolongkan
sebagai ini-atau-itu, misalnya warna bunga ungu versus putih. Akan tetapi,
untuk banyak karakter, misalnya warna kulit dan tinggi manusia, klasifikasi
ini-atau-itu mustahil karena karakter tersebut bervariasi dalam populasi
sepanjang suatu kontinum atau kesinambungan (bergradasi). Karakter semacam ini
disebut karakter kuantitatif (quantitatif
character). Variasi kuantitatif biasanya mengindikasikan pewarisan sifat
poligenik (polygenic inheritance),
efek aditif dari dua gen atau lebih pada satu fenotip (Campbell, dkk., 2008)
Pada
tahun 1909, seorang ahli genetika Swedia Nilson Ehle menganalisis hasil
pewarisan warna biji gandum terigu dan
berhasil menyumbangkan suatu konsep yang sangat penting dalam genetika. Arti
penting dari hasil Nilson Ehle terletak pada faktor bahwa sifat-sifat itu tidak
selalu ditentukan oleh pasangan gen yang berbeda yang berinteraksi menghasilkan
suatu fenotip tertentu (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Sebelumnya
pada tahun 1760 Kolreuter telah memperhatikan peristiwa tersebut dari
percobaannya dengan menggunakan tanaman tembakau (Nicotiana tabacum). Akan tetapi karena pada waktu itu hukum-hukum
keturunan keturunan dari Mendel belum ditemukan, maka Kolreuter tidak dapat
berbuat banyak (Suryo, 2005).
Situasi
yang diamati Nilson Ehle dan Kolreuter disebut pewarisan poligen dan melibatkan
pewarisan ciri-ciri kuantitatif. Sifat kuantitatif diatur oleh gen-gen ganda (multiple gen atau poligen) dari masing-masing pengaruhnya kecil. Pada aksi gen
kumulatif ini setiap alel pada lokus tersebut akan menambah atau mengurangi
nilai fenotip. Mekanisme pewarisan ini sering juga disebut pewarisan faktor
majemuk (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Genetika
kuantitatif menerapkan hukum pewarisan Mendel untuk gen dengan pengaruh yang kecil/lemah (minor gene). Selain itu,
diasumsikan pula bahwa tidak hanya sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat
melainkan banyak gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering dasamakan dengan
sifat poligenik. Pewarisan genetik (Inggris genetic inheritance) adalah
aspek pertama yang dipelajari orang dalam genetika karena berkaitan langsung
dengan fenotipe. Sebagai contoh, Gregor Johann Mendel mempelajari peawarisan tujuh sifat pada tanaman kapri, atau Karl Pearson
(salah satu pelopor genetika kuantitatif)
mempelajari pewarisan ukuran tubuh orang tua dan anaknya (Kusumah, Darmawan
Asta, 2012).
Gambar : Tabel poligen warna
kulit manusia (Cahyono, Fransisca, 2010)
Contoh poligen misalnya pada
kasus penurunan warna kulit manusia. Misalkan perkawinan pria dan wanita pada gambar
diatas menghasilkan keturunan sesuai dengan tabel tersebut. Sesuai dengan
arsiran warna, dihasilkan 1 warna kulit hitam (4 gen dominan), 4 warna kulit
cokelat tua (3 gen dominan), 6 warna kulit cokelat muda (2 gen dominan), 4 warna
kulit krem (1 gen dominan) dan 1 warna kulit putih (tidak ada gen dominan).
Jika mereka menginginkan anak dengan warna kulit krem, maka kemungkinan genotipenya
dapat dihitung menggunakan kombinasi sebagai berikut (Cahyono, Fransisca, 2010):
Total gen dominan : 4
Banyak gen dominan pada genotip
krem : 1
Susunan genotip krem :
cara
Peluang anak yang dilahirkan
memiliki kulit berwarna krem :
Banyak anggota ruang sampel (s)
= 4 x 4 = 16 cara
Davenport dan Davenport
mengemukakan pengaruh poligen pada pigmentasi kulit manusia yang memperlihatkan
variasi kuantitatif antara warna muda sampai hitam arang. Mereka membedakan 5
derajat warna yaitu dari 0 sampai 4. Sejumlah perkawinan antara orang kulit
putih dengan orang negro menghasilkan F1 yang mempunyai warna kulit diantara
warna kulit dari kedua orang tua mereka. Warna kulit jelas diwariskan secara
genetik. Pada individu F2 dapat dibedakan 5 derajat warna kulit, yaitu hitam
arang, hitam biasa, sawo matang (lazim disebut mulatto), hampir putih, dan
putih. Pigmentasi kulit itu ditentukan oleh 2 pasang gen yang dominan terhadap
masing-masing alelnya (Suryo, 2005).
Akan tetapi penelitian oleh
Curt Stern dan kawan-kawan menyatakan bahwa dua pasang gen itu terlalu sedikit
untuk menentukan perbedaan warna kulit pada manusia. Mereka berpendapat bahwa
empat pasang gen adalah lebih sesuai. Jika dengan menggunakan pedoman adanya
dua pasang gen yang mempengaruhi perbedaan warna kulit, maka dalam keturunan
dari dua yang mulatto akan didapatkan 5 kelas fenotip. Dengan menggunakan
pedoman adanya 4 pasang gen maka dalam keturunan maka akan didapatkan sembilan
kelas fenotip (Suryo, 2005).
Ada tiga kelompok sifat yang
pewarisannya langsung sebagai sifat kuantitatif, masing-masing adalah (Susanto,
Agus Hery, 2011) :
1.
Sifat kontinyu,
yaitu sifat yang bervariasi diantara kedua ekstrim tanpa ada pemisahan tegas
dari satu fenotip ke fenotip berikutnya. Contohnya antara lain produksi susu
sapi, produksi padi, laju tumbuh tanaman, serta tekanan darah pada manusia,
dapat dipahami bahwa pada sifat kontinyu banyaknya fenotip yang mungkin muncul
di antara kedua ekstrim menjadi tidak terbatas.
2.
Sifat meristik,
yaitu sifat kuantitatif yang fenotipnya ditentukan melalui perhitungan. Karena
penentuannya dilakukan dengan perhitungan, maka sifat meristik mempunyai sifat
sebaran fenotip yang tidak kontinyu. Akan tetapi dilihat dari cara
pewarisannya, sifat ini termasuk sifat kuantitatif. Jumlah telur yang
dihasilkan oleh seekor ayam betina, jumlah bulir padi tiap malai, jumlah biji
kedelai tiap polong merupakan contoh sifat meristik.
3.
Sifat ambang (threshold character), yaitu sifat yang
hanya mempunyai dua atau beberapa kelas fenotip, tetapi pewarisannya ditentukan
oleh banyak gen dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti halnya sifat
kuantitatif pada umumnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan berbagai kelainan
bawaan pada manusia. Dalam hal ini kita mungkin hanya mengenal individu yang
normal dan abnormal. Namun, sebenarnya tiap individu memiliki resiko dasar
menuju kondisi abnormal tersebut. Jika besar resikonya berada di bawah nilai
ambang, maka individu yang bersangkutan akan memiliki fenotip normal.
Sebaliknya, jika besarnya resiko berada di atas nilai ambang, muncullah kondisi
itu.
Data mengenai sifat kuantitatif
dapat disajikan dalam bentuk sebaran frekuensi, baik menggunakan tabel maupun
grafik. Biasanya kita cukup menampilkan nilai-nilai tertentu yang mengambarkan
sebaran frekuensi untuk suatu sifat kuantitatif. Nilai yang dimaksudkan ini
adalah nilai statistik. Ada dua nilai statistik yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan sebaran frekuensi untuk suatu sifat kuantitatif, yaitu
(Susanto, Agus Hery, 2011) :
1.
Nilai tengah (mean)
atau rata-rata (average). Nilai ini merupakan pusat sebaran frekuensi. Besarnya
nilai tengah suatu populasi (µ) ditaksir atas dasar nilai tengah sampel
individu yang diambil dari populasi tersebut. Rumus untuk menghitung nilai
tengah sampel adalah sebagai berikut.
X = å fiXi / å fi atau
X = å Xi / n
X = nilai tengah atau rata-rata sampel
Xi = nilai (rata-rata) X yang ke i
fi = frekuensi nilai X yang ke i
2.
Ragam atau varian
(variance). Nilai ini merupakan ukuran sebaran data disekitar nilai rata-rata.
Data yang sangat tersebar akan menghasilkan nilai ragam yang tinggi, dan
sebaliknya, data yang cenderung mengelompok akan memberikan nilai ragam yang
rendah. Seperti halnya nilai rata-rata, besarnya nilai ragam populasi (s2) ditaksir
atas dasar ragam sampel individu yang diambil dari populasi tersebut. Nilai
ragam sampel dihitungkan menggunakan rumus :
s2 = å fi (Xi – X)2 / (å fi – 1) atau
s2 = å (Xi – X)2 / n – 1
s2 = nilai ragam sampel
Dari rumus nilai ragam tersebut dapat dilihat bahwa nilai
ragam akan selalu positif karena berupa angka kuadrat.
Apabila
data sifat kuantitatif menyebar simetris atau mendekati simetris, maka sebaran
sifat tersebut digambarkan sebagai kurva lekung yang halus. Kurva semacam itu
disebut kurva normal. Oleh karena kurva normal bersifat simetris, maka separuh
bagian daerah dibawahnya ditempati oleh data yang mempunyai nilai lebih besar
daripada nilai tengah dan separuh bagian lainnya terdiri atas data yang
nilainya lebih kecil daripada nilai tengah (Susanto, Agus Hery, 2011).
Dalam
genetika kuantitatif, Ilmu ini banyak
menggunakan matematika dan statistika dalam menjelaskan prinsip-prinsip yang
dipakai maupun dalam metodologinya. Namun demikian, penerapan ilmu ini dalam
ilmu pemuliaan sangat bermanfaat dalam bidang pertanian (Anonim, 2012).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat
tulis menulis, kuas, wadah cat air, dan koin.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah
cat air, air dan kertas.
III.3 Metode Kerja
Adapun langkah-langkah
kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.
Masing-masing
praktikan membuat lingkaran di atas kertas sebanyak 9 buah.
2.
Membuat campuran
cat warna sedemikian rupa yang kemudian dicat di atas lingkaran yang telah
dibuat dengan ketentuan dari kiri ke kanan semakin gelap.
3.
Pada lingkaran
nomor 1 diberi cat warna putih, sedangkan pada lingkaran nomor 9 diberi cat
warna hitam. Lingkaran nomor 5 merupakan hasil campuran warna pada lingkaran
nomor 1 dan 9. Lingkaran nomor 3 merupakan hasil pencampuran warna pada
lingkaran nomor 1 dan 5. Lingkaran nomor 7 merupakan hasil pencampuran warna pada
lingkaran nomor 5 dan 9. Lingkaran nomor 2 merupakan hasil pencampuran warna
pada lingkaran nomor 1 dan 3. Lingkaran nomor 4 merupakan hasil pencampuran
warna pada lingkaran nomor 3 dan 5. Lingkaran nomor 6 merupakan hasil
pencampuran warna pada lingkaran nomor 5 dan 7. Lingkaran nomor 8 merupakan
hasil pencampuran warna pada lingkaran nomor 7 dan 9.
4.
Masing-masing
praktikan membuat kemungkinan genotip dari masing-masing warna yang ada dengan
menggunakan simbol gen ganda (G1G1G2G2G3G3G4G4) beserta grafiknya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
P : g1g1g2g2g3g3g4g4
(putih) X G1G1G2G2G3G3G4G4
(hitam)
F1 : G1g1G2g2G3g3G4g4
(abu-abu)
F1 X F1 :
G1g1G2g2G3g3G4g4
(abu-abu) X G1g1G2g2G3g3G4g4
(abu-abu)
= 1 G1G1G2G2G3G3G4G4 (8 G)
|
1 G4G4
|
= 1 G1G1g2g2g3g3g4g4 (2 G)
|
= 2 G1G1g2g2g3g3G4g4 (3 G)
|
= 1 G1G1g2g2g3g3G4G4 (4 G)
|
= 2 G1G1g2g2G3g3g4g4 (3 G)
|
= 4 G1G1g2g2G3g3G4g4 (4 G)
|
= 2 G1G1g2g2G3g3G4G4 (5 G)
|
= 1 G1G1g2g2G3G3g4g4 (4 G)
|
= 2 G1G1g2g2G3G3G4g4 (5 G)
|
= 1 G1G1g2g2G3G3G4G4 (6 G)
|
= 2 G1G1G2g2g3g3g4g4 (3 G)
|
= 4 G1G1G2g2g3g3G4g4 (4 G)
|
= 2 G1G1G2g2g3g3G4G4 (5 G)
|
= 4 G1G1G2g2G3g3g4g4 (4 G)
|
= 8 G1G1G2g2G3g3G4g4 (5 G)
|
= 4 G1G1G2g2G3g3G4G4 (6 G)
|
= 2 G1G1G2g2G3G3g4g4 (5 G)
|
= 4 G1G1G2g2G3G3G4g4 (6 G)
|
= 2 G1G1G2g2G3G3G4G4 (7 G)
|
= 1 G1G1G2G2g3g3g4g4 (4 G)
|
= 2 G1G1G2G2g3g3G4g4 (5 G)
|
= 1 G1G1G2G2g3g3G4G4 (6 G)
|
= 2 G1G1G2G2G3g3g4g4 (5 G)
|
= 4 G1G1G2G2G3g3G4g4 (6 G)
|
= 2 G1G1G2G2G3g3G4G4 (7 G)
|
= 1 G1G1G2G2G3G3g4g4 (6 G)
|
= 2 G1G1G2G2G3G3G4g4 (7 G)
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
1 G4G4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
2 G3g3
|
1 G3G3
|
1 g3g3
|
2 G3g3
|
1 G3G3
|
1 g3g3
|
2 G3g3
|
1 g3g3
|
1 G3G3
|
1 g2g2
|
1 G2G2
|
2 G2g2
|
1 G1G1
|
2 G1g1
|
1 G2G2
|
2 G2g2
|
1 g2g2
|
1 G3G3
|
1 g3g3
|
2 G3g3
|
1 G3G3
|
1 G3G3
|
2 G3g3
|
2 G3g3
|
1 g3g3
|
1 g3g3
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
2 G4g4
|
2 G4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 g4g4
|
1 g4g4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
= 2 G1g1G2G2G3G3G4G4 (7 G)
|
= 4 G1g1G2G2G3G3G4g4 (6 G)
|
= 2 G1g1G2G2G3G3g4g4 (5 G)
|
= 4 G1g1G2G2G3g3G4G4 (6 G)
|
= 8 G1g1G2G2G3g3G4g4 (5 G)
|
= 4 G1g1G2G2G3g3g4g4 (4 G)
|
= 4 G1g1G2g2G3G3G4G4 (6 G)
|
= 2 G1g1G2G2g3g3G4G4 (5 G)
|
= 4 G1g1G2G2g3g3G4g4 (4 G)
|
= 2 G1g1G2G2g3g3g4g4 (3 G)
|
= 8 G1g1G2g2G3G3G4g4 (5 G)
|
= 4 G1g1G2g2G3G3g4g4 (4 G)
|
= 8 G1g1G2g2G3g3G4G4 (5 G)
|
= 16 G1g1G2g2G3g3G4g4 (4 G)
|
= 8 G1g1G2g2G3g3g4g4 (3 G)
|
= 4 G1g1G2g2g3g3G4G4 (4 G)
|
= 8 G1g1G2g2g3g3G4g4 (3 G)
|
= 4 G1g1G2g2g3g3g4g4 (2 G)
|
= 2 G1g1g2g2G3G3G4G4 (5 G)
|
= 4 G1g1g2g2G3G3G4g4 (4 G)
|
= 2 G1g1g2g2G3G3g4g4 (3 G)
|
= 8 G1g1g2g2G3g3G4g4 (3 G)
|
= 4 G1g1g2g2G3g3G4G4 (4 G)
|
= 4 G1g1g2g2G3g3g4g4 (2 G)
|
= 2 G1g1g2g2g3g3G4G4 (3 G)
|
= 2 G1g1g2g2g3g3g4g4 (1 G)
|
= 4 G1g1g2g2g3g3G4g4 (2 G)
|
1 g1g1
|
1 G2G2
|
2 G2g2
|
1 g2g2
|
1 G3G3
|
1 g3g3
|
2 G3g3
|
1 G3G3
|
1 G3G3
|
2 G3g3
|
2 G3g3
|
1 g3g3
|
1 g3g3
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
1 G4G4
|
2 G4g4
|
2 G4g4
|
2 G4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
1 g4g4
|
1 g4g4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
2 G4g4
|
1 g4g4
|
= 1 g1g1G2G2G3G3G4G4 (6 G)
|
= 2 g1g1G2G2G3G3G4g4 (5 G)
|
= 1 g1g1G2G2G3G3g4g4 (4 G)
|
= 2 g1g1G2G2G3g3G4G4 (5 G)
|
= 4 g1g1G2G2G3g3G4g4 (4 G)
|
= 2 g1g1G2G2G3g3g4g4 (3 G)
|
= 2 g1g1G2g2G3G3G4G4 (5 G)
|
= 1 g1g1G2G2g3g3G4G4 (4 G)
|
= 2 g1g1G2G2g3g3g4g4 (3 G)
|
= 1 g1g1G2G2g3g3g4g4 (2 G)
|
= 4 g1g1G2g2G3G3G4g4 (4 G)
|
= 2 g1g1G2g2G3G3g4g4 (3 G)
|
= 4 g1g1G2g2G3g3G4G4 (4 G)
|
= 8 g1g1G2g2G3g3G4g4 (3 G)
|
= 4 g1g1G2g2G3g3g4g4 (2 G)
|
= 2 g1g1G2g2g3g3G4G4 (3 G)
|
= 4 g1g1G2g2g3g3G4g4 (2 G)
|
= 2 g1g1G2g2g3g3g4g4 (1 G)
|
= 1 g1g1g2g2G3G3G4G4 (4 G)
|
= 2 g1g1g2g2G3G3G4g4 (3 G)
|
= 1 g1g1g2g2G3G3g4g4 (2 G)
|
= 4 g1g1g2g2G3g3G4g4 (2 G)
|
= 2 g1g1g2g2G3g3G4G4 (3G)
|
= 2 g1g1g2g2G3g3g4g4 (1 G)
|
= 1 g1g1g2g2g3g3G4G4 (2 G)
|
= 1 g1g1g2g2g3g3g4g4 (0 G)
|
= 2 g1g1g2g2g3g3G4g4 (1 G)
|
Keterangan :
Perbandingan
Genotip :
8G
: 7G : 6G : 5G : 4G : 3G : 2G : 1G : 0G
1 : 8
: 28 : 56 : 70 :
56 : 28 : 8 : 1
Total
= 256
IV. 2. Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan digunakan empat pasang gen (G1,
G2, G3, dan G4) yang berpengaruh di dalamnya
sehingga dihasilkan 9 kelas fenotip dan genotip yang berbeda. Dari persilangan
P yang putih = 0 G dengan hitam = 8 G diperoleh anakan berwarna abu-abu (dalam
hal ini disimbolkan = 4G). Kemudian F1 disilangkan dengan sesamanya maka akan
diperoleh hasil berupa 9 genotip yang masing-masing berpengaruh terhadap
penampakan fenotipnya. Kesembilan fenotip beserta jumlah rasio anakannya
diperoleh sebagai berikut :
Genotip
|
Jumlah
|
8 G
|
1
|
7 G
|
8
|
6 G
|
28
|
5 G
|
56
|
4 G
|
70
|
3 G
|
56
|
2 G
|
28
|
1 G
|
8
|
0 G
|
1
|
å
|
256
|
Jika data yang diperoleh dikonversi ke dalam bentuk kurva
maka akan diperoleh kurva normal. Oleh
karena data yang diperoleh maka hasilnya kurva normal bersifat simetris, maka
separuh bagian daerah dibawahnya ditempati oleh data yang mempunyai nilai lebih
besar daripada nilai tengah dan separuh bagian lainnya terdiri atas data yang
nilainya lebih kecil daripada nilai tengah.
Dari kurva diatas dapat dilihat bahwa terjadinya variasi
dimana anakan yang diperoleh dalam bentuk variasi yang lain selain galur murninya
lebih banyak dan beraneka ragam. Dari hasil yang diperoleh didapatkan
perbandingan genotip 1 : 8 : 28 : 56 : 70 : 56 : 28 : 8 : 1. Hasil ini
menunjukkan hasil yang berbeda dengan teori Mendel yang apabila dilakukan
persilangan satu beda sifat seperti yang dilakukan dalam percobaan, yakni sifat
putih dan hitam, dimana hitam merupakan sifat dominan maka seharusnya diperoleh
F1 yang semuanya memiliki sifat dominan, sedangkan dalam F2 terdapat keturunan
yang memisah dengan perbandingan 3 :1. Namun dalam percobaan walaupun dengan
memperhatikan satu beda sifat yaitu putih dan hitam akan tetapi hasil yang
diperoleh berbeda dengan teori Mendel. F1 yang diperoleh semuanya intermediet
dalam hal ini bergenotip abu-abu (4 G), apabila F1 disilangkan dengan sesamanya
maka diperoleh F2 yang memperlihatkan banyak variasi antara kedua induknya.
Variasi ini timbul akibat adanya gen-gen berpasangan yang
saling berinteraksi menghasilkan suatu fenotip tertentu yang diakibatkan karena
adanya gen-gen ganda yang bersifat kumulatif. Pada aksi gen kumulatif ini
setiap alel pada lokus tersebut akan menambah atau mengurangi nilai fenotip.
Seperti halnya yang ditunjukkan pada kasus dalam percobaan yang dilakukan
dimana gen dominan G mempengaruhi perubahan warna dan menimbulkan adanya
variasi. Semakin banyak gen G yang diwarisi maka semakin tua warnanya karenanya
diperoleh F2 dalam 9 kelas fenotip maupun genotip dan menunjukkan adanya
gradasi warna dari individu 0 G ke 8 G.
Jadi, jelaslah perbedaan antara hasil percobaan yang dilakukan
dengan teori Mendel. Sifat ketutunan berdasarkan hasil percobaan ditinjau
secara kuantitatif, artinya sifat keturunan tampak berderajat berdasarkan
intensitas dari ekspresi sifat itu. Sedangkan Mendel meninjau sifat keturunan
secara kualitatif artinya sifat keturunan itu tampak atau tidak.
Kasus seperti ini terjadi dalam kasus pewarisan warna
kulit manusia. Jika seorang negro menikah dengan seorang berkulit putih maka
100% anak mereka berkulit sawo matang (mulatto). Apabila anaknya menikah dengan
sesamanya maka sesuai penelitian Curl Sern diperoleh sembilan kelas fenotip,
hal ini diasumsikan jika pedoman penurunan sifat warna kulit ini mempunyai
empat pasang gen. Jadi, jumlah kelas fenotip yang dapat diharapkan di dalam
keturunan lebih banyak daripada banyaknya gen yang ikut mengambil peranan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan cat air sebagai model dari pewarisan yang bersifat kuantitatif dapat disimpulkan :
1.
Dalam genetika
kuantitatif suatu sifat dikendalikan oleh banyak gen (poligen) sehingga sifat keturunan tampak berderajat berdasarkan intensitas dari ekspresi
sifat itu sedangkan dalam genetika kualitatif satu sifat diatur oleh sebuah gen
(single genic) sehingga setiap sifat
mudah dibedakan karena masing-masing mempunyai pola populasi yang jauh berbeda.
2.
Cara mengumpulkan
data tentang pewarisan kuantitatif adalah dengan mengidentifikasi sifat-sifat
dengan sebaran kontinyu yang mempunyai nilai tertentu kemudian data tersebut
dikelompokkan menjadi beberapa sehingga diperoleh perbandingan genotipnya dan
dibuat ke dalam bentuk kurva agar mudah ditafsirkan, penafsiran ini dilakukan
dengan cara memperhatikan jumlah kelas fenotip yang muncul.
V.2 Saran
Adapun saran mengenai percobaan ini sebaiknya cat yang digunakan adalah cat
poster mengingat cat air apabila kering warnanya akan berubah sehingga gradasi
warna yang dihasilkan saat cat air kering juga berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafaraenan.2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Anonim.2012.Ilmu
Genetika Kuantitatif. http://www.sepertiga.com. Diakses 17
Maret 2013 pukul 08.03 WITA.
Cahyono, Fransisca. 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. http://stei.itb.ac.id. Diakses 17 Maret
2013 pukul 07.13 WITA.
Campbell, Neil A., dkk.2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kusumah, Darmawan Asta.2012. Pewarisan
Karakter Kuantitatif. http://sukateliti.multiply.com. Diakses 16 Maret 2013 pukul
09.45 WITA.
Suryo.2005. Genetika Manusia. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Susanto, Agus
Heri.2011. Genetika. Graha ilmu.
Yogyakarta.