Indonesia Memiliki areal
Terumbu Karang yang luas, diperkirakan sekitar 14% dari luasan terumbu karang
di dunia atau diperkirakan seluas 51% dari terumbu karang yang ada di Asia
Tenggara. Kondisi tersebut mengakibatkan penduduk Indonesia bergantung
sepenuhnya pada ekosistem terumbu karang sebagai sumber pencaharian.
Ekosistem terumbu karang
adalah ekosistem yang mengandung sumber daya alam yang dapat memberi manfaat
besar bagi manusia. Untuk itu diperlukan kearifan manusia untuk mengelolanya,
yang bisa menjadikan sumber daya alam ini menjamin kesejahteraan manusia
sepanjang zaman. Pengelolaan terumbu karang harus berbasis pada keterlibatan
masyarakat, sebagai pengguna langsung sumber daya laut ini. Keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya terumbu karang sangat penting mulai
dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan sampai pada tahap evaluasi
dari suatu cara pengeloaan.
Gambaran umum tentang
keadaan negara Indonesia memiliki kesamaan dengan salah satu provinsi di
Sulawesi Selatan yakni Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan (Pangkep) adalah salah satu kabupaten yang terletak di utara kota
Makassar, dicirikan dengan wilayah perairannya lebih luas dibandingkan
daratannya dengan perbandingan 1 berbanding 17. Kabupaten Pangkep memiliki 117
pulau dan hanya kurang lebih 90 diantara yang berpenghuni dengan jumlah
penduduk 51.496 jiwa, terbagi dalam 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tuppabiring,
Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangayya dan 7 kecamatan wilayah pesisir.
Luas laut Kabupaten Pangkep 71.100 km2 dengan luas terumbu karang 36.000 km2
dengan mayoritas pekerjaan masyarakat adalah sebagai nelayan.
Salah satu pulau di
Kabupaten Pangkep adalah Pulau Saugi yang termasuk dalam wilayah administrasi
Desa Mattiro Baji Kecamatan Liukang Tupabbiring. Penduduk di Pulau ini
sepenuhnya menggantungkan hidup pada sumber daya yang ada di laut. Kondisi perairannya
termasuk dalam zona pinggir sehingga massa air lebih banyak dipengaruhi oleh
daratan utama, terutama sedimentasi dan salinitas. Pada musim penghujan, peristiwa
sedimentasi dan kekeruhan yang tinggi terjadi sehingga mempengaruhi kehidupan
terumbu karang. Terumbu karang sangat mudah
terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitarnya baik secara fisik juga biologis.
Akan tetapi, tekanan terhadap keberadaan terumbu karang paling banyak diakibatkan
oleh kegiatan manusia. Dengan demikian diperlukan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya keberadaan terumbu karang yang ada di pulau tersebut.