Berikut jawaban mimin beserta referensinya, semoga membantu
Asam mikolat pada umumnya berperan pada patogenitas khususnya pada genus Corynebacterium dan Mycobacterium (kelompok Actinomycetes) karena fungsinya ekuivalen dengan membrane luar bakteri gram negative LPS (lipopolisakarida) dan menjadi komponen penting dalam interaksi pathogen ke host (Burkovski, 2013). Tingginya asam mikolat pada bakteri pathogen hewan disebabkan karena adanya perbedaan dalam system penginfeksian dan system pertahanan. Pada umumnya pada sel hewan dalam mempertahankan diri dari patogenitas, sel imun akan menghasilkan makrofag. Makrofag merupakan salah satu komponen penting pada sistem imun alamiah. Makrofag mampu mengenali, menginternalisasi, dan menghancurkan senyawa endogen berbahaya ataupun substansi asing dan juga bertindak sebagai pengurai. Makrofag juga mampu mengikat patogen secara langsung ataupun mengenali patogen sebagai senyawa asing setelah patogen tersebut mengalami proses komplemen maupun pelapisan oleh antibodi (Elomaa et al., 1998).
Dalam hal patogenitas, asam mikolat ini akan mempengaruhi fungsi daripada makrofag. Pada penelitian dengan menggunakan M. tuberculosis dimana pada bakteri ini ditemukan adanya asam mikolat (trehasole dimycolate) yang berfungsi menghambat terjadinya fusi makrofag pada sel inang dan diwaktu yang bersamaan juga mengaktivasi makrofag. Untuk Corynebacteria data yang tersedia masih terbatas, penelitian dengan menggunakan mencit (murine) dan caprine (sejenis kambing jantan) menunjukkan terjadinya kematian akibat C. pseudotuberculosis yang dikarenakan efek dari membran luar bakteri tersebut (dalam hal ini membrane luar bakteri Corynebacterium pathogen sel hewan mengandung asam mikolat) (Burkovski, 2013). Yang perlu digaris bawahi bahwa makrofag hanya ditemukan pada sel hewan karena makrofag diproduksi di sumsum tulang belakang. Untuk menginfeksi hewan fungsi asam mikolat sangat penting dalam melawan sel makrofag pada sel inang sehingga kelompok bakteri actynomycetes yang memiliki asam mikolat yang tinggi merupakan pathogen pada sel hewan hal ini merupakan bentuk resistensinya dari sel imun inang.
Pada sel tanaman dalam mempertahankan diri dari patogenitas umumnya menggunakan pertahanan mekanik dari struktur selnya yang memiliki dinding sel, lapisan kutikula, ataupun mengeluarkan sel-sel beracun, senyawa metabolit, enzim inhibitor dan sejenisnya sehingga untuk menghadapi system imun daripada tanaman diperlukan mekanisme yang berbeda pada sel hewan. Kelompok actinomycetes yang menginfeksi tumbuhan berada pada genus Corynebacterium. Corynebacterium digolongkan jadi dua ada yang dapat menginfeksi hewan dan adapula yang menginfeksi tanaman. Pada golongan Corynebacterium yang menginfeksi sel hewan (contohnya C. diptheriae) pada umunya memiliki asam mikolat pada lipidnya utamanya jenis arabinogalaktan sehingga pada dinding selnya membentuk arabinogalactose-meso-DAP, seperti dijelaskan sebelumnya keberadaan asam mikolat sangat mempengaruhi daya survival bakteri dalam penginfeksian sel hewan. Sedangkan untuk jenis Corynebacterium pathogen tanaman (contohnya C. fascians) pada membran luarnya tidak mengandung arabinogalaktan (sejenis asam mikolat) yang biasa ditemui pada membran luar Corynebacterium pathogen sel hewan (Leary, 2000). Hal ini disebabkan pada sel tumbuhan tidak terdapat mekanisme pertahanan diri dengan makrofag sehingga sel bakteri pathogen pada tanaman tidak perlu mengembangkan keberadaan asam mikolat untuk mempertahankan diri dari serangan sel makrofag sehingga pada bakteri patogen tanaman memiliki asam mikolat yang rendah.
Untuk pertahanan diri tumbuhan selain yang telah disebutkan pada paragraph sebelumnya, terdapat system resistensi basal atau innate immune yang menyebabkan tanaman mengenali mikroba dari molekul MAMPs (microbe-associated molecular patterns) termasuk protein spesifik, LPS (lipopolisakarida) dan komponen dinding (Newman et al., 2013). Sehingga dengan keberadaan asam mikolat yang tinggi hal ini justru akan mempermudah sel tanaman mengenali bakteri tersebut dikarenakan innate immune mengenalimolekul spesifik salah satunya LPS yang mana asam mikolat pada bakteri hampir serupa dengan keberadaan LPS.
Jadi, tingginya kandungan asam mikolat pada bakteri patogen hewan dibandingkan kandungan asam mikolat bakteri patogen tanaman disebabkan masalah mekanisme pertahanan bakteri tersebut dari sel inang. Selain itu, perbedaan ini akan mempermudah untuk pengelompokan karena bila asam mikolat tinggi menyebabkan bakteri menjadi gram negative akibat pewarna yang tidak melekat dikarenakan adanya lapisan asam mikolat (serupa dengan kasus keberadaan LPS) selain itu menurut Willey et al. (2008) asam mikolat juga dapat dideteksi dengan pewarnaan tahan asam.
Referensi :
Burkovski, A. 2013. Cell Envelope of Corynebacteria : Structure and Influence on Pathogenecity. ISRN Mycrobiology. 2013:11.
Elomaa, O., M. Sankala, T. Pikkarainen, U. Bergmann, A. Tuuttila, A.R. Raatikainen, H. Sariola, and K. Tryggvason. 1998. Structure of the Human Macrophage MACRO Receptor and Characterization of Its Bacteria Binding Region. J. Biol. Chem. 273:4530-4538.
Newman, M.A., T. Sundelin, J.T. Nielsen, and G. Erbs. 2013. MAMP (Microbe-Associated Molecular Pattern) Triggered Imunity in Plants. Front Plant Sci. 4(139):1-14.
Willey, J.M., L.M. Sherwood, and C.J. Woolverton, 2008. Dyes and Simple Staining. Prescott, Harley, and Klein’s Microbiology 7th edition. McGraw-Hill. New York. pp.26