LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN V
ALEL GANDA
NAMA : RISKY NURHIKMAYANI
NIM : H41112311
HARI/TANGGAL : KAMIS/28 MARET 2013
KELOMPOK : I (SATU) B
ASISTEN : PINKAN C. I. TUMANDUK
LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Alel
merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus (tempat
tertentu). Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang
individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam
alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempatioleh sepasang (dua buah)
alel, yaitu AA, Aa, atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang bersangkutan
(Susanto, Agus Hery, 2011).
Namun,
kenyataannya yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus
tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua dua macam alel, sehingga
lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut
sebagai alel ganda (multiple alleles)
(Susanto, Agus Hery, 2011).
Pengaruh
alel ganda dapat dilihat salah satu contohnya pada sistem golongan darah ABO.
Darah terdiri dari dua komponen, yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan
leukosit) dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan
adanya dua antibodi alamiah di dalam darah dan dua antigen pada permukaan
eritrosit. Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (beraglutinasi) sel-sel
darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila bercampur dengan serum
dari beberapa orang (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Golongan
darah seseorang ditetapkan berdasarkan macam antigen dalam eritrosit yang
dimilikinya. Bermstein tahun 1925 menegaskan bahwa antigen-antigen itu diwariskan
oleh suatu seri alel ganda. Alel itu diberi simbol I (berasal dari kata
isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan sel eritrosit). Orang
yang mampu membentuk antigen A memiliki alel IA dalam kromosom, yang
mampu membentuk antigen B memiliki alel IB, yang memiliki alel IA
dan IB dapat membentuk antigen A dan antigen B, sedangkan yang tidak
mempu membentuk antigen sama sekali memiliki alel resesif i (Suryo, 2005).
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah
:
1.
Menetapkan golongan darah masing-masing individu dalam
populasi kelas.
2.
Memahami pola pewarisan alel ganda, khususnya golongan
darah manusia.
3.
Menghitung frekuensi alel IA, IB,
dan i dalam populasi kelas.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 28
Maret 2013 pukul 14.30-17.30 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium
Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian ) dan memiliki
pekerjaan yang hampir sama dalam kromosom homolog. Dilihat dari pengaruh gen
pada fenotipe, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam pengekspresian suatu sifat. Di dalam
suatu lokus, terdapat sepasang atau lebih alel. Bila terdapat sepasang alel
dalam suatu lokus, maka disebut alel tunggal. Bila terdapat lebih dari satu
pasang alel dalam satu lokus, maka disebut alel ganda atau multiple alelmorfi (Bintang, Galai, 2012).
Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen. tetapi gen yang bermutasi
tidak selalu menghasilkan varian yang
sama. Umpamanya, gen A bermutasi
menjadi a1 atau a2 atau a3, yang masing-masing menghasilkan fenotip yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A dapat menghasilkan 4 macam varian, sedangkan anggota alel-nya
bukan hanya 2 (dua), tetapi ada
4 (empat), yaitu: A, a1, a2 dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda (Anang, Asep, 2011).
Pada multiple alelmorfi, terjadi perbedaan
sifat pengekspresian suatu gen. Dua gen yang terdapat dalam lokus yang sama
akan dapat memunculkan ekspresi yang berbeda karena adanya interaksi antara
kedua gen tersebut. Interaksi tersebut dapat berupa pemnculan sifat yang
dominan pada satu gen (menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat
gen yang ada sehingga memunculkan sifat kombinasi antara gen-gen tersebut/
seimbang (Bintang, Galai, 2012).
Secara matematika hubungan antara banyaknya anggota alel
ganda dan banyaknya macam genotipe individu diploid dapat diformulasikan
sebagai berikut
(Susanto, Agus Hery, 2011) :
Banyaknya macam genotipe = ½ n (n + 1) atau
Banyaknya
macam genotipe
n
= banyaknya anggota alel ganda
Pengaruh peranan alel ganda dapat dilihat pada kelinci.
Beberapa warna dasar kulit kelinci disebabkan oleh suatu seri alel ganda, yaitu
(Suryo, 2005) :
1.
c+ adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu
bercampur kuning, cokelat dan dengan ujung rambut hitam. Kelinci ini merupakan
kelinci liar (normal).
2.
cch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu
perak, tanpa warna kuning. Kelinci yang mempunyai fenotip ini disebut
“chinchilla”.
3.
ch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut putih,
kecuali telinga, hidung, kaki, dan ekor berwarna hitam. Kelinci ini dinamakan
kelinci Himalaya.
4.
c adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berwarna putih.
Berbagai percobaan perkawinan pada bermacam-macam kelinci
itu memberi petunjuk bahwa dominansi alel-alel tersebut ialah: c+
> cch > ch > c. Perkawinan antara kelinci normal
dengan chincilla menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berupa kelinci normal.
Tetapi keturunan F2 memperlihatkan perbandingan fenotip = 3 normal : 1
chincilla. Ini memberikan pengertian bahwa gen yang menyebabkan warna abu-abu
dan chinchilla merupakan alel (Suryo, 2005).
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi
sebenarnya hadir dalam lebih dari dua bentukan alel. Golongan darah ABO pada
manusia, misalnya, ditentukan oleh tiga alel pada satu gen tunggal : IA,
IB, dan i. Golongan darah seseorang (fenotipe) mungkin salah satu
dari empat tipe : A, B, AB, atau O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua
karbohidrat A dan B yang bisa ditemukan di permukaan sel darah merah. Sel darah
seseorang mungkin memiliki karbohidrat A (golongan darah A), karbohidrat B
(golongan darah B), keduanya (golongan darah AB), dan tidak keduanya (golongan
darah O) (Campbell, dkk., 2008).
Hal ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner
bahwa sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan menggumpal
(beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan mata
telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak
dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit
tadi adalah adanya reaksi antigen antibodi. Apabila suatu substansi asing
(disebut antigen) disuntikkan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan akan
mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen
(Suryo, 2005).
Mengikuti penemuan Karl Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan
pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya
memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan
dua antigen pada permukaan eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau
kedua antibodi itu atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan
antigennya. Dua antigen itu disebut antigen A dan antigen B, sedangkan dua
antibodi itu disebut anti A (atau a) dan anti B (atau b).
Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya.
Berdasarkan sifat kimianya, antigen A dan B merupakan mukopolisakarida, terdiri
dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi
bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen antibodi (Suryo, 2005).
Dalam tubuh
seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang
dimilikinya sendiri. Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya
reaksi antigen-antibodi yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan)
eritrosit tersebut sangat perlu untuk diperhatikan agar dapat dihindari (Selma,
Risni, 2011).
Kompatibilitas
golongan darah sistem ABO pada transfusi darah (Selma, Risni, 2011)
Golongan Darah
|
Antigen dalam eritrosit
|
Antibodi dalam serum
|
Eritrosit yang digumpalkan
|
Golongan darah donor
|
A
|
A
|
Anti B
|
B, AB
|
A, O
|
B
|
B
|
Anti A
|
A, AB
|
B, O
|
AB
|
A dan B
|
-
|
-
|
A, B, AB, O
|
O
|
-
|
Anti A dan Anti B
|
A, B, AB, O
|
-
|
Golongan darah O, A, B, dan AB mempunyai arti sangat
penting untuk keperluan transfusi darah, karena adanya interaksi antara antigen
dan antibodi pemberi darah (donor) dengan penerima darah (resipien) dapat
menimbulkan penggumpalan darah 9agglutinasi), yaitu bila antigen A bertemu
dengan anti A atau antigen B bertemu dengan anti B. Setelah mempelajari daftar
transfusi darah, maka dalam ilmu Kedokteran modern predikat pemberi umum (“universal donor”) untuk mereka dengan
golongan darah O dan penerima umum (“universal
recipient”) untuk mereka yang bergolongan darah AB tidak berlaku lagi
(Suryo, 2005).
Selain tipe
ABO, K. Landsteiner, bersama-sama dengan P.Levine, pada tahun 1927 berhasil
mengklasifikasi golongan darah manusia dengan sistem MN. Sama halnya dengan
sistem ABO, pengelompokan pada sistem MN ini dilakukan berdasarkan atas reaksi
antigen – antibodi. Namun, kontrol gen pada golongan darah sistem MN tidak
berupa alel ganda, tetapi dalam hal ini hanya ada sepasang alel, yaitu IM
dan IN , yang bersifat kodominan. Dengan demikian, terdapat tiga
macam fenotipe yang dimunculkan oleh tiga macam genotipe, masing-masing
golongan darah M (IMIM), golongan darah MN (IMIN),
dan golongan darah N (ININ) (Selma, Risni, 2011).
Selain pada
manusia dan hewan, alel ganda juga terdapat pada tumbuhan. Contoh umum alel
ganda pada tanaman ialah alel s, yang berperan dalam mempengaruhi sterilitas.
Ada dua macam sterilitas yang dapat disebabkan oleh alel s, yaitu sterilitas
sendiri (self sterility) dan
sterilitas silang (cross sterility).
Mekanisme terjadinya sterilitas oleh alel s pada garis besar berupa kegagalan
pembentukan saluran serbuk sari (pollen
tube) akibat adanya semacam reaksi antigen antibodi antara saluran tersebut
dan dinding pistil (Susanto, Agus Hery, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
autoclick, jarum lancet, dan kaca preparat.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini
adalah darah manusia, kapas beralkohol, serum A dan B.
III.3 Metode Kerja
Adapun
langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.
Masukkan lancet ke dalam autoclick kemudian atur pada kedalaman
nomor tiga.
2.
Mengoleskan alcohol pads pada permukaan tangan yang akan
diambil darahnya.
3.
Meletakkan autoclick berisi lanset diatas tangan yang
sudah dioleskan alcohol pads lalu tekan autoclikc-nya.
4.
Menekan-nekan tangan yang sudah ditusuk agar darahnya
keluar lalu darah tersebut diletakkan di atas kaca preparat.
5.
Kemudiam menguji darah tersebut dengan cara meneteskan
serum anti A dan anti B.
6.
Amati perubahan yang terjadi lalu catat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Tabel Golongan
Darah Peserta Laboratorium Genetika
No.
|
Nama
|
Anti A
|
Anti B
|
Golongan Darah
|
|||
A
|
B
|
AB
|
O
|
||||
1.
|
Suci Alfiah
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
2.
|
Nur Rahma
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
3.
|
Ira Rabiah
|
+
|
+
|
|
|
Ö
|
|
4.
|
Selviani
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
5.
|
Nur Sakinah
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
6.
|
Rita Tosang
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
7.
|
Purnama Sari
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
8.
|
Sri Nur Rahmi
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
9.
|
Nurul Elfiani
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
10.
|
Risky Nurhikmayani
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
11.
|
Jum Eka Rahayu
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
12.
|
Reski Mandasari
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
13.
|
Annisa Nurul Ilmi
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
14.
|
Nurfaidah
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
15.
|
Wa Ode Umrawati
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
16.
|
Indo Tenri Ampa
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
17.
|
Nur Sehang
|
+
|
+
|
|
|
Ö
|
|
18.
|
Akbar Yuanda
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
19.
|
Nurlina
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
20.
|
A. Ida Widyasari
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
21.
|
Suci Muslimah
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
22.
|
Rusli
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
23.
|
Sri Ervina
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
24.
|
Lilis Dya Nengsih
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
25.
|
Daud
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
26.
|
Viny Frisilia
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
27.
|
Susi Wijayani
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
28.
|
Ade Ayu Sartika
|
+
|
+
|
|
|
Ö
|
|
29.
|
Lili Nur Enda
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
30.
|
Jumrawati
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
31.
|
Nur Indah Hasanah
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
32.
|
Andre
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
33.
|
Sadly Sastrawan
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
34.
|
Novi Lamban
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
35.
|
Santi Sangaji
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
36.
|
Asriyani Sahrina
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
37.
|
Mila Karmila
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
38.
|
Andi Iin Fadliah
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
39.
|
Luqman S
|
+
|
+
|
|
|
Ö
|
|
40.
|
Rosiyantuti
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
41.
|
Ummawati
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
42.
|
Fidzah Apriska
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
43.
|
Rahmat Nugraha
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
44.
|
Wahyuni
|
-
|
-
|
|
|
|
Ö
|
45.
|
Firman Syahputra
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
46.
|
A. Rismayani
|
-
|
+
|
|
Ö
|
|
|
47.
|
Nindi Eka Wati
|
+
|
-
|
Ö
|
|
|
|
|
Total
|
|
|
11
|
16
|
4
|
16
|
IV. 2 Analisis Data Frekuensi Alel IA, IB,
dan i
Rumus Hardy Weinberg
Dik :
Orang golongan darah O = 16
Orang golongan darah A = 11
Orang golongan darah B = 16
Orang golongan darah AB = 4
Dit :
A. Frekuensi alel IA,
IB, dan i
B. Persentasi genotip
darah
A. Frekuensi alel IA, IB, dan i
Misalkan Alel IA = p, Alel IB = q,
dan Alel i = r
(p + q + r) = 1
r2 = frekuensi golongan O = 16/47 = 0,34
(p + r)2 = frekuensi golongan A + golongan O
Oleh karena (p + q + r) = 1
Maka q = 1 – ( p + r ) = 1 – (0,17 + 0,58) = 0,25
Jadi, frekuensi alel IA = p = 0,17
frekuensi alel IB
= q = 0,25
frekuensi alel i = O =
0,58
B. Presentasi Genotip
% Alel ii = r2 = (0,58)2 = 0,34 =
34 %
% Alel IA IA = p2 = (0,17)2
= 0,02 = 2%
% Alel IAi = 2pr = 2 x 0,17 x 0,58 = 0,20 =
20%
% Alel IB IB = q2 = (0,25)2
= 0,06 = 6%
% Alel IBi = 2qr = 2 x 0,25 x 0,58 = 0,29 =
29%
% Alel IAIB = 2 x p x q = 0,085 = 8,5%
IV. 3 Pembahasan
Pada percobaan ini golongan darah masing-masing individu
dalam populasi Laboratorium Genetika dicari dengan cara melakukan tes golongan
darah dengan uji serum. Apabila darah mengalami penggumpalan ketika ditetesi
serum A berarti di dalam darahnya mengandung antigen A dengan kata lain orang
tersebut bergolongan darah A. Apabila darah mengalami penggumpalan ketika
ditetesi serum B berarti golongan darah orang tersebut adalah B, apabila
menggumpal ketika di tetesi serum A dan B maka golongan darah orang tersebut
adalah AB, sedangkan apabila tidak terjadi penggumpalan sama sekali maka
golongan darah orang tersebut adalah O.
Dari
hasil pemeriksaan yang dilakukan pada individu dalam populasi Laboratorium
Genetika, diperoleh data dimana individu bergolongan darah A berjumlah 11
orang, individu bergolongan darah B sebanyak 16 orang, individu bergolongan
darah AB hanya 4 orang dan individu bergolongan darah O sebanyak 16 orang.
Data-data ini kemudian dianalisis dengan menggunakan hukum Hardy Weinberg
dimana frekuensi alel IA dilambangkan dengan p, alel IB
dilambangkan dengan q, dan alel i dilambangkan dengan r. Sehingga diperoleh
frekuensi alel IA sebesar 0,17, alel IB 0,25 dan alel i
sebesar 0,58. Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa frekuensi alel i
lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi alel-alel lainnya hal ini juga yang
menyebabkan jumlah individu yang bergolongan darah O secara umum lebih banyak
daripada individu dengan golongan darah lainnya. Hal ini karena dalam golongan
darah A-pun, tidak serta merta hanya alel IA yang terdapat dalam
darahnya namun bisa juga heterozigot sehingga dalam golongan darah A tersebut
juga terdapat i. Dan apabila terjadi perkawinan antara heterozigot maka
anakannya memiliki kemungkinan darah O. Sedangkan untuk frekuensi golongan
darah AB sangat kecil, seperti yang terjadi dalam pengambilan data kelas dimana
hanya diperoleh 4 orang yang bergolongan darah AB, hal ini disebabkan karena
dari perkawinan maka golongan darah AB kemungkinan hanya lahir dari pasangan
bergolongan darah A homozigot dengan B homozigot, golongan darah AB dengan AB,
Golongan darah A heterozigot dengan B heterozigot, sehingga sangat kecil
kemungkinan untuk dihasilkan golongan darah AB dari kemungkinan-kemungkinan
perkawinan yang terjadi.
Adapun
presentasi genotip yang diperoleh untuk alel ii sebesar 34%, alel IA
IA sebesar 2%, alel IA i sebesar 20%, alel IB IB
sebesar 6%, alel IB i sebesar 29%, dan alel IAIB
sebesar 8%. Dari presentasi ini juga dapat dilihat dimana presentasi genotip golongan
darah AB hanya 8% yang merupakan angka yang lebih kecil dibandingkan angka
presentasi golongan darah yang lain.
Dari
presentasi genotip tersebut dapat dilihat bahwa alel ii untuk golongan darah O
yang memiliki presentase yang paling besar. Banyaknya orang-orang bergolongan
darah O seperti yang telah dibahas sebelumnya diakibatkan karena kemungkinan
munculnya genotip untuk golongan darah O paling besar. Misalkan saja seorang
bergolongan darah A heterozigot dan B heterozigot menikah, maka salah satu
kemungkinan atau 25% kemungkinan anaknya bergolongan darah O. Perkawinan antara
golongan darah A heterozigot dan A heterozigot juga demikian. Karena dari
banyaknya kemungkinan perkawinan yang bisa menghasilkan keturunan bergolongan
darah O maka orang dengan golongan darah O lebih banyak dibandingkan golongan
darah yang lain. Banyaknya golongan darah O ini juga disebabkan karena dalam
darah O tidak terdapat antigen. Dari data di seluruh dunia antigen A lebih
banyak daripada antigen B, untuk darah AB memerlukan kedua antigen ini
sedangkan O tidak. Sehingga golongan darah O sangat banyak karena tidak perlu
mendapatkan antigen A maupun antigen B.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan yang dilakukan maka disimpulkan sebagai berikut :
1.
Golongan darah masing-masing individu dapat ditetapkan
dengan cara melakukan pengujian terhadap darah individu tersebut dengan
meneteskan serum pada darah untuk melihat terjadinya penggumpalan darah atau
tidak, dan berdasarkan percobaan yang dilakukan di Laboratorium Genetika
diperoleh yang bergolongan darah A sebanyak 11 orang, golongan darah B sebanyak
16 orang, golongan darah AB hanya 4 orang, dan golongan darah O sebanyak 16
orang.
2.
Pola pewarisan alel ganda khususnya pada golongan darah
manusia ditentukan oleh seri alel yang terdapat dalam kromosom, alel-alel
tersebut adalah IA, IB, dan i. Interaksi antara alel-alel
IA, IB, dan i akan menyebabkan terjadinya 4 fenotip
golongan darah A, B, AB, dan O.
3.
Frekuensi alel dalam populasi Laboratorium Genetika
diperoleh ferekuensi alel IA sebesar 0,17, alel IB
sebesar 0,25, dan alel i sebesar 0,58.
V.2 Saran
Adapun saran mengenai percobaan ini sebaiknya pinset yang
digunakan untuk menggosok-gosok darah untuk melihat terjadinya penggumpalan
harus dibersihkan dengan baik karena apabila tidak demikian maka bisa saja
kemungkinannya dimana terjadi pencampuran antara darah yang satu dengan yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Anang, Asep. 2011. Alel Ganda dan Gen Ganda. http://kelasfapetc2010.files. wordpress.com. Diakses pada
29 Maret 2013 pukul 21.17 WITA.
Bintang, Galai. 2012. Alel Ganda. http://teloanyar.blogspot.com. Diakses pada 29 Maret 2013 pukul
21.15 WITA.
Campbell, Neil A., dkk., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Selma, Risni. 2011. Genetika : Alel Ganda. http://risniselma.wordpress.com. Diakses pada 29 Maret 2013 pukul
21.45 WITA.
Suryo. 2005. Genetika Manusia. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Susanto, Agus Hery.
2011. Genetika. Graha ilmu.
Yogyakarta.