Thursday, December 12, 2013

Rangkaian kelamin drosophila

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Yang Mahaesa atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang merupakan syarat mengikuti ujian genetika yang berjudul “Rangkaian Kelamin pada Drosophila”.
            Makalah ini menjelaskan tentang hubungan pautan seks dengan crossing over, rangkaian kelamin pada Drosophila dan pola penurunannya.
            Perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih kepada : Ibu Dosen Helmy Widyastuti S.Si., M.Si. mata kuliah Genetika atas tugas yang diberikan sehingga menambah wawasan kami akan kandungan mineral air laut dan kadar salinitas air laut, demikian pula kepada teman-teman yang turut memberi sumbang saran dalam penyelesaian makalah sebagaimana yang kami sajikan.
            Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu dari lubuk hati kami yang paling dalam memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dan mendorong membuka cakrawala pemahaman akan ilmu genetika terutama dalam hal yang menyengkut rangkaian kelamin pada Drosophila.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Makassar, 26 April 2013


Risky Nurhikmayani




BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

            Dalam sejarah biologi, telah banyak temuan-temuan penting yang diperoleh oleh orang-orang yang berwawasan cukup luas atau cukup beruntung memilih organisme percobaan yang cocok dengan masalah penelitian yang ditangani diantaranya Morgan yang memilih salah satu spesies lalat buah, Drosophila melanogaster. Drosophila melanogaster memiliki dua karakter untuk fenotip populasi almiah yang disebut wild type dan mutan. Wild type ditunjukkan dengan warna mata yang merah pada Drosophila. Sifat-sifat yang merupakan alternatif wild type, misalnya mata putih pada Drosophila, disebut fenotip mutan karena disebabkan oleh alel yang dianggap muncul sebagai perubaha, atau mutasi pada alel wild type.
            Morgan dan para mahasiswanya menciptakan notasi untuk menyimbolkan alel-alel pada Drosophila yang masih banyak digunakan untuk lalat buah. Morgan mengawinkan lalat bermata putih dengan betina bermata merah. Semua keturunan pertamanya bermata merah, menunjukkan bahwa alel wild type dominan. Ketika Morgan mengawinkan lalat keturunan pertama dengan sesamanya , ia mengamati rasio fenotip 3:1 klasik diantara keturunan kedua. Akan tetapi ada hasil tambahan yang mengejutkan dimana sifat mata putih hanya muncul pada jantan. Semua betina keturunan kedua bermata merah, sedangkan setengah dari jumlah jantan bermata merah dan setengahnya lagi bermata putih. Sehingga Morgan menyimpulkan bahwa warna mata lalat tertaut dengan jenis kelamin dengan asumsi bahwa jika gen warna mata tidak terkait dengan jenis kelamin dapat diduga bahwa setengah dari jumlah lalat bermata putih adalah jantan sedangkan setengahnya lagi adalah betina.
            Temuan Morgan tentang korelasi antara sifat tertentu jenis kelamin individu khususnya pada Drosophila melanogaster mendukung teori kromosom tentang pewarisan sifat, yaitu gen yang spesifik yang dikandung dalam suatu kromosom yang spesifik. Berdasarkan latar belakang tersebut  maka dibuatlah sebuah makalah mengenai rangkaian kelamin pada Drosophila.    
            Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah hubungan antara pautan (linkage) dengan pindah silang?
2.      Bagaimanakah rangkai kelamin pada Drosophila?
3.      Bagaimanakah pola penurunan sifat yang terangkai kelamin pada Drosophila?

            Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1.      Untuk mengetahui hubungan antara pautan (linkage) dengan pindah silang.
2.      Untuk mengetahui rangkai kelamin pada Drosophila.
3.      Untuk mengetahui pola penurunan sifat yang terangkai kelamin pada Drosophila.

            Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh adalah :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal rangkai kelamin pada Drosophila.
2.      Mahasiswa mampu memahami bahwa sifat tidak hanya diturunkan melalui kromosom autosom, namun juga dapat terangkai pada kromosom kelamin.



Roobert J. Brooker (2008) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Genetics : Analysis & Principles” menjelaskan :
In eukaryotic spesies, each linear chromosome contains a very long segment of DNA. A chromosome contains many individual function units called genes, that influence an organism’s traits. A typical chromosome is expected to contain many hundreds or perhaps a few thousand different genes. The term linkage has two related meaning. First, linkage refers to the phenomenom that two or more genes may be located on the same chromosome. The genes are physically linked to each other, because each eukaryotic chromosome contains a single, continuous, linear molecule of DNA. Second, genes that are close together on the same chromosome tend to be transmitted as a unit. This second meaning indicates that linkage has an influence on inheritance patterns
Hal ini berarti pada spesies eukariotik, setiap kromosom linear terdiri dari segmen DNA yang sangat panjang. Sebuah kromosom dapat terdiri dari banyak unit fungsi individual yang disebut gen, yang mempengaruhi sifat-sifat suatu organisme. Sebuah kromosom khas diperkirakan mengandung ratusan atau mungkin ribuan gen yang berbeda. Istilah linkage memiliki dua makna terkait. Pertama, linkage mengacu pada fenomena bahwa dua atau lebih gen mungkin terletak pada kromosom yang sama. Gen-gen secara fisik terhubung satu sama lain, karena masing-masing kromosom eukariotik mengandung tunggal, terus menerus, molekul DNA linier. Kedua, gen yang berdekatan pada kromosom yang sama cenderung ditransmisikan sebagai satu unit. Maksud dari makna kedua ini  bahwa pautan (linkage) memiliki pengaruh terhadap pola warisan.
Adanya dua gen atau lebih yang berada pada satu kromosom disebut sebagai pautan (linkage) kromosom. Gen tersebut bisa berada pada sesama kromosom autosom atau pada koromosom seks. Gen itu tidak mengalami hukum II Mendel mengenai pasangan secara bebas. Sebagai contoh adalah alel A dan a serta alel B dan b. Gen dari kedua alel itu tidak berpasangan secara bebas, misalnya membentuk pasangan Aa, AB, aB dan ab. Melainkan, hanya membentuk pasangan berdasarkan posisi masing-masing gen di tiap kromosom saja. Misalnya AB dan ab. Tidak terjadi pasangan Ab atau aB. Hanya ada dua macam fenotip pada generasi F2 . Dengan demikian pada percobaan persilangan, pada F2 tidak dihasilkan rasio fenotip 9:3:3:1, melainkan 3 : 1, karena hanya ada dua macam pasangan alel (AB dan ab saja). Peristiwa ini disebut pautan penuh. Selain peristiwa pautan penuh, terjadi juga peristiwa pautan sebagian (partial linkage). Dalam peristiwa ini, pada F2 dihasilkan empat macam fenotip, seperti pada persilangan pada umumnya. Rasio fenotip yang dihasilkan tidak berupa 9:3:3:1 melainkan bervariasi pada setiap pasangan alel.
Terjadinya pautan sebagian ini disebabkan karena adanya pertukaran sebagian segmen kromosom dari satu kromosom dengan kromosom pasangannya. Peristiwa pertukaran segmen kromosom ini disebut pindah silang (crossing over). Adapun cara mengetahui adanya pautan gen, pertama adalah dengan menghitung rasio F2. Bila rasio F2 tidak sesuai dengan perbandingan 9:3:3:1, berarti terjadi peristiwa pautan antara gen. Tidak sesuainya rasio F2 dengan teori berarti tidak terjadi peristiwa pemisahan bebas dan penggabungan bebas menurut hukum Mendel. Cara kedua adalah dengan melakukan testcross. Testcross dilakukan antara satu individu yang genotipenya tidak diketahui dengan individu homozigot resesif pada semua gen yang terlibat. Bila diadakan testcross bagi dua pasang alel, turunan yang dihasilkan dari testcross akan menunjukkan rasio 1:1:1:1 bagi keempat kemungkinan pasangan fenotip.

Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai kelamin (sex-linked genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen-gen ini disebut peristiwa rangkai kelamin (linkage). Adapun gen berangkai adalah gen-gen yang terletak pada kromosom selain kromosom kelamin, yaitu kromosom yang pada individu jantan dan betina sama strukturnya sehingga tidak dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini dinamakan autosom (Zaif, 2009).
Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak mengalami segregasi dan penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan melalui kombinasi gamet tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe dan genotipe yang menyimpang dari hukum Mendel. Selain itu, jika pada percobaan Mendel perkawinan resiprok (genotipe tetua jantan dan betina dipertukarkan) menghasilkan keturunan yang sama, tidak demikian halnya untuk sifat-sifat yang diatur oleh gen rangkai kelamin (Zaif, 2009).
Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas macam kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna (incompletely sex-linked genes). Pada bab ini akan dijelaskan cara pewarisan macam-macam gen rangkai kelamin tersebut serta beberapa sistem penentuan jenis kelamin pada berbagai spesies organisme (Zaif, 2009).
Peristiwa penting pada teori kromosom yang menemukan adanya enam pautan gen pada Drosophila melanogaster oleh Morgan tahun 1910 dan kondisi genetik dan sitological studi eksperimen yang disebabkan oleh Morgan, Bridges, dan lainnya. Hasil pembiakan yang mata berwarna merah dengan mata berwarna putih, Morgan menemukan secara individual   yang memiliki warna mata putih (Singh, 2008).
Adanya rangkai kelamin mula-mula dikemukakan oleh Morgan yang mulai penelitiannya di Columbia University kemudian dilanjutkan di Indtitut Teknologi Kalifornia. Ia menggunakan lalat Drosophila melanogaster dengan memperhatikan warna matanya. Lalat yang normal bermata merah, tetapi diantara sekian banyak lalat bermata merah terdapat pula lalat jantan bermata putih. Karena berbeda dari yang normal, maka lalat yang bermata putih disebut mutan (Suryo, 2005).
Keberadaan gen berangkai pada suatu organisme, yang meliputi urutan dan jaraknya satu sama lain, menghasilkan peta kromososm untuk spesies tersebut, misalnya peta kromosom untuk lalat buah yang terdiri dari empat kelompok gen. Gen- gen yang terletak pada kromosom. Kromosom kelamin dibedakan atas kromosom X dan kromosom Y. Drosophila melanogaster betina memiliki kromosom X sebanyak dua buah dengan bentuk batang lurus. Kromosom Y hanya dimiliki oleh Drosophila melanogaster jantan dengan bentuk sedikit bengkok pada salah satu ujungnya dan lebih pendek dari kromosom X. Drosophila melanogaster jantan memiliki satu buah kromosom X dan satu buah kromosom Y. Oleh karena itu, formula kromosom untuk Drosophila melanogaster betina adalah 3AA + XX (dengan 3 pasang autosom + 1 pasang kromosom X), sedangkan untuk Drosophila melanogaster jantan adalah 3AA + XY (3 pasang autosom + sebuah kromosom X + sebuah kromosom Y) (Suryo, 2005). Lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan mahupun betina dewasa yang telah matang dapat dilihat perbedaannya walaupun dengan kasat mata. Perbedaan tersebut diantaranya sebagai berikut.
1.      Drosophila melanogaster betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan Drosophila melanogaster jantan.
2.      Bagian abdomen (perut) Drosophila melanogaster betina terdapat garis-garis hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen. Bagian abdomen Drosophila melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam yang tebal di sepanjang abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hiam di bagian ujung abdomennya berfusi.
3.      Bagian ujung abdomen Drosophila melanogaster betina lancip, kecuali ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung abdomen Drosophila melanogaster jantan membulat dan tumpul.
4.      Khusus Drosophila melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap yang terletak di tarsal pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophila melanogaster jantan. Sex comb dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin lalat buah pada dua jam pertama setelah lalat tersebut menetas, ketika bentuk dan pigmentasi lalat tersebut belum berkembang sempurna (Jones & Rickards, 1991).
5.      Bristle adalah rambut-rambut halus yang terletak pada ujung posterior dari toraks bagian dorsal yang berfungsi untuk sensor mekanik. Halter merupakan sepasang sayap yang tereduksi dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat terbang (Jones & Rickards, 1991).
Ciri-ciri Drosophila melanogaster ¬normal (wild type) adalah sebagai berikut:
1.      Drosophila melanogaster tipe liar (wild type) memiliki mata bulat lonjong dengan warna merah cerah. Warna pigmen mata pada Drosophila melanogaster berasal dari pigmen pteridin dan ommochrome (Klug & Curmings, 1994).
2.      Lalat tipe liar memiliki warna tubuh cokelat keabu-abuan dengan panjang ukuran sayap normal (Campbell, dkk, 2008).
3.      Indikasi sayap normal adalah sayap yang panjangnya lebih panjang melebihi panjang tubuhnya (Campbell, dkk, 2008).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan terhadap Drosophila melanogaster adalah jenis kelamin, keadaan mata, keadaan sayap, dan warna tubuh. Mutasi yang terjadi pada mata Drosophila melanogaster diantaranya adalah:
1.      White (w) merupakan mutan dengan warna mata putih karena tidak memiliki pigmen pteridin dan ommochrome. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 1,5.
2.      Vermilion (v) merupakan mutan dengan warna mata merah yang sangat terang (warna vermilion). Mutasi teradi pada kromosom nomor 1, lokus 33.
3.      Bar (B) merupakan mutan dengan bentuk mata yang sipit. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 57.
4.      Carnation (car) merupakan mutan dengan warna mata seperti anyelir. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 62,5.
5.      Purple (pr) merupakan mutan dengan mata warna ungu. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 54,5.
6.      Brown (bw) merupakan mutan dengan mata warna cokelat. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 104.
7.      Lobe (L) merupakan mutan dengan mata yang tereduksi, sehingga mata terlihat sangat kecil dan tidak berbentuk bulat lonjong. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 72,0.
8.      Cinnabar (cn) merupakan mutan dengan mata berwarna merah sedikit agak orange. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 57,5.
9.      Star (S) merupakan mutan dengan mata kasar dan kecil. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 1,3.
10.  Sepia (se) merupakan mutan dengan mata warna cokelat tua agak kehitaman, hal tersebut karena mutan kelebihan pigmen sepiapterin. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 26.
11.  Scarlet (st) merupakan mutan dengan mata warna merah tua. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 44.
12.  Rough (ro) merupakan mutan dengan permukaan mata yang agak kasar dan faset abnormal. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,1.
13.  Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,7.
14.  Eyemissing (eym) merupakan mutan yang tidak mempunyai organ mata. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 4, lokus 2,0.
Mutasi yang terjadi pada sayap Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:
1.      Cut wings (ct) merupakan mutan dengan sayap yang terpotong. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 20.
2.      Miniature (m) merupakan mutan dengan panjang sayapnya sama dengan panjang tubuhnya. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 36,1.
3.      Dumpy (dp) merupakan mutan dengan bentuk sayap yang terbelah sehingga panjang sayap tampak hanya dua per tiga dari panjang sayap normal.
4.      Vestigial (vg) merupakan mutan dengan sayap yang tereduksi yang berarti panjang sayap mutan jauh lebih pendek dibanding panjang sayap Drosophila melanogaster normal, akibatnya Drosophila melanogaster dengan bentuk sayap tersebut tidak dapat terbang. Mereka hanya mengandalkan bristle sebagai alat sensor mekaniknya.
5.      Curly (Cy) merupakan mutan dengan sayap melengkung ke atas, baik pada saat terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 50,0.
6.      Taxi (tx) merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0.
Mutasi pada warna tubuh Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:
1.      Yellow (y) merupakan mutan dengan warna tubuh kuning. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 0,0.
2.      Black (b) merupakan mutan dengan warna tubuh hitam pekat. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 48,5.
3.      Ebony (e) merupakan mutan dengan warna tubuh gelap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 70,7 (Russell, 1994).
Untuk menandai Drosophila melanogaster alel tipe normal dari gen beberapa lokus sering digunakan tanda +. Alel mutan diberi simbol dengan menggunakan huruf pertama atau dua huruf pertama dari kata yang mendeskripsikan mutasi tersebut. Misalnya bw adalah simbol untuk alel mata cokelat, vg untuk alel sayap vestigial, dan w untuk alel mata putih. Alel tipe liar yang cocok dapat diberikan tanda +, atau bisa juga dibedakan dengan cara menuliskannya bw+, vg+, dan w+. Alel mutan resesif dituliskan dengan huruf kecil (misalnya vg), sementara alel mutan dominan dituliskan dengan huruf kapital (misalnya B untuk alel mata Bar, atau B+ untuk alel mata normal) (Jones & Rickards, 1991). Cara penulisan suatu individu mutan Drosophila melanogaster adalah dengan mengurutkan mulai dari seks, keadaan mata, keadaan sayap, dan warna tubuh. Contahnya adalah sebagai berikut:
1.      Drosophila melanogaster jantan normal, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♂ w+ w+ m+ m+ e+ e+.
2.      Drosophila melanogaster betina dengan sayap tereduksi, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♀ w+ w+ vg vg e+ e+.
3.      Drosophila melanogaster betina dengan mata putih dan tubuh berwarna kuning, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♀ w w m+ m+ y y.
4.      Drosophila melanogaster jantan dengan warna tubuh hitam dan sayapnya melengkung ke atas, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♂ w+ w+ cy cy b b.
5.      Drosophila melanogaster jantan dengan warna tubuh gelap dan memiliki mata sipit, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♂ B B m+ m+ se se.

C. Pola Penurunan Sifat yang Terangkai Kelamin pada Drosophila

            Percobaan yang pertama kali mengungkapkan adanya peristiwa mengungkapkan peristiwa rangkai kelamin dilakukan oleh Morgan. Dia menyilangkan lalat D. Melanogaster jantan bermata putih dengan betina bermata merah. Lalat bermata merah lazim dianggap sebagai lalat normal atau tipe alami (wild type), sedangkan gen pengatur tipe alami, misalnya pengatur warna mata merah ini, dapat dilambangkan dengan tanda +. Biasanya, meskipun tidak selalu, gen tipe alami bersifat dominan terhadap alel mutannya (Susanto, Agus Hery, 2011).
            Hasil persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi F1, ternyata berbeda jika tetua jantan yang digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua betinanya bermata putih. Dengan perkataan lain, perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang berbeda. Persilangan resiprok dengan hasil yang berbeda ini memberikan petunjuk bahwa pewarisan warna mata pada Drosophila ada hubungannya dengan jenis kelamin, dan ternyata kemudian memang diketahui bahwa gen yang mengatur warna mata pada Drosophila terletak pada kromosom kelamin, dalam hal ini kromosom X. Oleh karena itu, gen pengatur warna mata ini dikatakan sebagai gen rangkai X. Pada Drosophila, dan juga beberapa spesies organisme lainnya, individu betina membawa dua buah kromosom X, yang dengan sendirinya homolog, sehingga gamet-gamet yang dihasilkannya akan mempunyai susunan gen yang sama. Oleh karena itu, individu betina ini dikatakan bersifat homogametik. Sebaliknya, individu jantan yang hanya membawa sebuah kromosom X akan menghasilkan dua macam gamet yang berbeda, yaitu gamet yang membawa kromosom X dan gamet yang membawa kromosom Y. Individu jantan ini dikatakan bersifat heterogametik(Susanto, Agus Hery, 2011).


BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

            Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka disimpulkan sebagai berikut :
1.      Terjadinya pautan (linkage) sebagian ini disebabkan karena adanya pertukaran (crossing over) sebagian segmen kromosom dari satu kromosom dengan kromosom pasangannya.
2.      Gen berangkai pada Drosophila melanogaster terkait pada kromosom kelaminnya yaitu pada kromososm X sehingga disebut rangkai kelamin pada Drosophila.
3.      Gen yag terangkai pada kromosom kelamin memperlihatkan pola penurunan yang unik, lalat D. Melanogaster jantan bermata putih dengan betina bermata merah. Hasil persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi F1, ternyata berbeda jika tetua jantan yang digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua betinanya bermata putih.

B. Saran

            Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh maka penulis menyarankan kepada mahaiswa agar menghayati dan memahami materi ini karena dapat membantu menambah wawasan kita akan gen-gen yang terangkai kelamin khususnya pada Drosophila.
  


DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Robert J., 2008. Genetics : Analysis & Principles Third Edition. Hill International Edition. Canada.

Campbell, Neil A., dkk., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Jones, R.N., G.K. Rickards. 1991. Practical Genetics. Open University Press. Milton Keynes

Klug, W.S & M.R. Cummings. 1994. Concepts of genetics. 4th ed. Prentice hall, New Jersey

Russell, P.J. 1994. Foundamental of Genetics. Harper Collins College Publishers. New York.  

Singh, B.S. and M.P. Singh, 2008. Cytogenetics. Satish Serial Publishing House. New Delhi.

Suryo. 2005. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


Zaif. 2009. Rangkai Kelamin dan Penentuan Jenis Kelamin. http://zaifbio. wordpress.com. Diakses tanggal 25 April 2013 pukul 23.22 WITA.

Review Hadalabo Gokujyun Ultimate Moisturizing Lotion

Kali ini saya mau review hadalabo gokujyun ultimate moisturizing lotion untuk kulit kering dan normal. Hasil review ini setelah pemakaian 2 ...