Saturday, February 15, 2014

BIOKIMIA : PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO
NAMA                          : RISKY NURHIKMAYANI
NIM                               : H 411 12 311
KELOMPOK                : III (TIGA)
ASISTEN                      : S. RAHAYU
HARI/TANGGAL        : SENIN/11 NOVEMBER 2013




LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, ada empat perkembangan besar yaitu kromatografi pertukaran ion diakhir tahun 1930-an, kromatografi partisi di tahun 1941, kromatografi gas di tahun 1952 dan kromatografi filtrasi-gel di tahun 1959. Disamping berbagai kemajuan besar tersebut, yang memberikan mekanisme tambahan terhadap adsorpsi untuk penyebaran zat terlarut antara fasa-fasa diam dan bergerak, telah ada juga modifikasi dalam geometri system kromatografi, seperti dalam kromatografi kertas dan lapis tipis.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhir-akhir ini, maka penelitian-penelitian di bidangnya masing-masing pun ikut berkembang. Demikian pula dalam ilmu pengetahuan alam, salah satu terobosan yang telah dilakukan dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan adalah metode identifikasi dan pemisahan komponen – komponen penyusun dari suatu senyawa dengan menggunakan teknik kromatografi. Teknik kromatografi adalah suatu teknik pemisahan yang pada umumnya telah dilakukan bertahun-tahun yang lalu dan telah mengalami perkembangan yang luar biasa dan merupakan salah satu cara yang paling banyak dipakai, karena kemampuan dan akurasinya yang tinggi.
Pemisahan asam amino dengan metode ini didasari oleh kemampuan suatu jenis asam amino yang terlarut dalam suatu campuran pelarut tertentu pada fasa stasioner atau lazim disebut sebagai fasa diam, dimana bila suatu zat terlarut yang terdistribusi dalam dua pelarut dengan volume yang sama dan tidak saling bercampur sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut di dalam kedua pelarut seimbang.
Pada kromatografi lapis tipis, yang digunakan sebagai fasa stasioner adalah suatu lembaran tipis silika gel. Untuk memperoleh pemisahan asam amino yang baik, dapat digunakan dua fase pelarut, dimana setiap jenis asam amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu. Perbandingan kecepatan pemindahan komponen dengan permukaan fasa mobile merupakan dasar untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang dipisahkan. Oleh karena itu melalui percobaan ini akan dilakukan pemisahan dan identifikasi asam amino dengan menggunakan kromatografi lapis tipis.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pemisahan dan identifikasi asam amino dalam suatu sampel dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis.

1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu:
1.      Menghitung nilai Rf dari asam amino Arginin, histidin, lisin, dan sampel x.
2.      Mengidentifikasi asam amino dari larutan sampel melalui metode kromatografi lapis tipis.

1.3 Prinsip Percobaan
Pemisahan asam amino secara kromatografi menggunakan lapis tipis atau plat kromatografi lapis tipis yang fase gerakannya dengan menggunakan eluen yang terdiri atas campuran n-butanol, asam asetat dan air. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan setelah penyemprotan dengan ninhidrin serta membandingkan nilai Rf dari asam amino.

1.4. Manfaat Percobaan
            Manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami mengenai pemisahan asam amino yang baik dengan menggunakan metode kromatografi partisi dimana metode tersebut sangat berguna bagi kehidupan makhluk hidup misalnya dalam hal analisis bahan makanan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein yang ditemukan kadang-kadang berkonjugasi dengan makromolekul atau mikromolekul seperti lipid, polisakarida dan mungkin fosfat. Protein terkonjugasi yang dikenal antara lain nukleoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, lipoprotein, flavoprotein dan glikoprotein. Protein yang diperlukan organisme dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama, ialah pertama; protein sederhana, yaitu protein yang apabila terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino, dan kedua protein terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolisis tidak hanya menghasilkan asam amino, tetapi menghasilkan juga komponen organik ataupun komponen anorganik yang disebut “gugus prosthetic”   (Sumarno, dkk., 2002).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein. Struktur asam amino adalah sebagai berikut    (Poedijaji & Supryanti, 2009 ).
Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetric, kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis. Salah satu metode yang banyak memperoleh pengembangan ialah metode kromatografi. Macam-macam kromatografi ialah kromatografi kertas, krometografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion (Poedjiadi, 1994).
Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan-perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan meliputi kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri dari fase diam (fase stasioner) dan fase gerak (fase mobile). Fase gerak membawa komponen suatu campuran melalui fase diam, dan fse diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan afinitas yang berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan bergantung pada perbedaan jenis fase, namun semua jenis kromatografi tersebut berdasar pada asas yang sama (Bresnick, 2004).
Pemisahan asam amino dengan metode kromatografi ini didasari oleh kemampuan suatu jenis asam amino terlarut dalam suatu campuran larutan tertentu pada fase stasioner. Untuk memperoleh pemisahan asam amino yang baik dapat digunakan dua fase pelarut, misalnya pasangan fenol- air, n-Butanol- air, atau dengan tiga fase pelarut tersebut dimana setiap jenis asam amino mempunyai koefisien partisi, kertas digunakan sebagai pendukung air. Campuran komponen yang akan dipisahkan ditempatkan pada fasa stasioner (zat padat), kemudian dihubungkan dengan fase cair, maka fasse cair akan melalui fase stasioner  sambil membawa komponen tersebut, dimana perbandingan kecepatan perpindahan komponen dengan kecepatan permukaan fasa mobile(cair) merupakan dasar untuk mengidentifikasikan komponen yang dipisahkan. Perbandingan kecepatan ini disingkat dengan Rf (Rate Of Front) (Tim Dosen, 2013).
Menurut Akbar (2011), Macam-macam kromatografi :
1.     Kromatografi Lapis Tipis  yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
2.     Kromatografi Penukar Ion merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarangdan asam amino.
3.     Kromatografi Penyaringan Gel merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut (Akbar, 2011) :
Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebig tinggi, dan dapat dilaksanakan denga lebih cepat. Banyak pemisahan yang memakan waktu berjam-jam bila dikerjakan dengan kromatografi kertas, tetapi dapat dilaksanakan hanya beberapa menit saja bila dikerjakan dengan TLC (Adnan, 1997).
Kelebihan dari kromatografi lapis tipis yang lain ialah pemakaian pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit, kemungkinan penotolan cuplikan berganda (saling membandingkan langsung cuplikan praktis) dan tersedianya beberapa metode (Gritter, 1991).
Pemurnian FRY dan reaksinya, hasil ari FAOD diletakkan di RP-18 plat KLT yang terdiri dari n-butanol, asam asetat dan air (4 : 1 : 5). Pemurnian FRY dideteksi oleh ninhidrin (noda ungu). Dugaan bahwa FRY terdiri dari gula dan amina termasuk asam amino. Pada substrat FAOD, valin menunjukkan karakter yang sama pada KLT. Ketika permunian dalam inkubator dengan FAOD, noda ungu muncul (Akbar, 2011).
Uji Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka akan terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat ditentukan secara kuntitatif dengan jalan menggunakan intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Pada reaksi ini dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Prolin dan hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang berbeda warnanya dengan asam amino lainnya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan ammonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino. Hasil uji positif pada uji ninhidrin diberikan pada asam amino yang mengandung asam α-amino dan peptida yang memiliki gugus α-amino yang bebas (.





BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah  Eluen (n-butanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v, larutan penyemprot ninhidrin  2%, aseton, dan larutan asam amino (arginin, glisin, histidin, dan sampel x yaitu campuran dari arginin, glisin dan alanin).

3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah palat kromatografi lapis tipis (KLT), chamber, botol semprot, pipa kapiler, pipet skala, oven, penggaris, pensil, dan  pinset.

3.3 Prosedur kerja
            Larutan eulen disiapkan dengan cara mencampurkan n-butanol, asam asetat, air dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v yang kemudian dimasukkan ke dalam chamber. Chamber yang telah diisi dengan larutan eulen kemudian ditutup rapat dengan plaster bening. Sementara chamber dibiarkan sampai jenuh dengan eulen, kertas kromatografi disiapkan, digunting sesuai dengan keperluan. Kertas kromatografi diberi garis dengan menggunakan pensil dengan jarak 1 cm dari atas dan bawah garis, kemudian pada garis bagian bawah, dibuat titik sebanyak 4. Setelah itu, kertas kromatografi dimasukkan ke dalam oven.
            Kertas yang telah dipanaskan kemudian diberi totolan larutan asam amino (arginin, lisin, histidin, dan sampel x). Pentotolan dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler yang dicelupkan ke dalam larutan asam amino kemudian ditandai pada bagian yang telah diberi titik, setelah itu pipa kapiler tersebut dicuci dengan menggunakan larutan aseton untuk kemudian digunakan kembali. Setelah semua titik telah di totol dengan asam amino, kertas kromatografi dimasukkan ke dalam chamber yang sudah jenuh dengan eulen. Totolan contoh tidak boleh tercelup dalam eulen. Elusi dihentikan setelah eulen menempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan pensil. Kemudian plat dikeluarkan dan dikeringkan pada suhu kamar. Setelah itu, dengan hati-hati kertas disemprot dengan larutan ninhidrin, kemudian kertas dikeringkan dengan dimasukkan ke dalam oven. Setelah kering akan muncul noda dan pada noda yang timbul diberi lingkaran pensil lalu diukur jaraknya dengan menggunakan penggaris.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Noda
Jarak eluen (cm)
Jarak noda (cm)
Rf (cm)
Arginin
4,7 cm
1 cm
0,21 cm
Glisin
4,7 cm
0,8 cm
0,17 cm
Histidin
4,7 cm
1,3 cm
0,27 cm
Sampel X
4,7 cm
1,8 cm
0,38 cm

4.1  Reaksi
1.   Reaksi Ninhidrin
                    O                                                                                        O
                          ll                                                                                         ll
                          C                 OH                                            H                  C
              
            C                + R–CH–COOH                       C
  C                  OH            l                           OH                  C
                          ll                                   NH2                                                                     ll
                          O                                                                                       O
                      Ninhydrin                                                                     Hydrindantin   
 
                                                             O                                        O
                                                             ll                                         ll
                                                             C            OH        H           C
+ R– C + NH3+ + CO2                  
         ll                                                         C             +           C                       + NH3
         O                                                 C            OH      OH           C
                                                             ll                                         ll        
                                                             O                   
                                                       Ninhydrin                         Hydrindantin     

                                                                 O                               O
                                                                 ll                                ll                          
                                                                 C                               C                                  
                                                                                                        
                                                                           C – N  =  C                      +    +  3 H2O
                                                                                                
                                                                  C                              C                           
                                                                   l                               ll
                                                                  OH                           O
                                                        Diketohydrindylenedyketohydrindamine

2.   Glisin
                                                      O
                                                            ||
                                       C                 OH
CH2CO2H   +                                       C
 |                                               C                 OH
NH2                                          ||
                                                        O  

3.   Alanin

                                                        O
                                                         ||
                                                         C                 OH
   CH3 – CH – COOH  +                          C
         |                                        C                 OH
       NH2                                     ||
                                                  O                    
4.    Arginin    
                                                                             O
                                                                                    ||
            NH                                                                   C
            ||                                                                                          OH
    H2NCNHCH2CH2CH2CHCO2H    +                               C
                                         |                                         C                  OH
                                      NH2                                                          
                                                        

4.3 Pembahasan
            Percobaan yang dilakukan untuk menghitung nilai Rf dari larutan asam amino dan mengidentifikasi asam amino dari larutan sampel melalui metode kromatografi lapis tipis. Identifikasi yang dilakukan menggunakan teknik kromatografi lapis tipis dengan cara memberi 4 buah totolan larutan asam amino pada kertas kromatografi yang dimasukkan ke dalam chamber yang jenuh dengan eulen. Eulen dibuat dengan campuran n-butanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v. Digunakan larutan eulen karena untuk memperoleh pemisahan asam amino yang baik, dapat digunakan dua fasa pelarut, misalnya pasangan fenol-air, dalam percobaan ini digunakan tiga fasa pelarut yaitu n-butanol, asam asetat, air, dimana setiap jenis asam amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu.
            Setelah eulen menempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya, kertas dikeluarkan lalu dikeringkan dalam suhu kamar. Selanjutnya disemprotkan dengan ninhidrin dan kemudian dimasukkan ke dalam oven. Penyemprotan ninhidrin dilakukan karena ninhidrin yang dipanaskan bersama asam amino maka akan terbentuk kompleks berwarna. Hasil penyemprotan dengan ninhidrin akan menyebabkan timbulnya warna/noda pada kertas klromatografi. Noda yang timbul diberi lingkaran unruk diukur Rf nya.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh jarak larutan dari titik kegaris atas 4,7 cm. Jarak titik ke noda pada arginin sebesar 1 cm, glisin 0,8 cm, histidin 1,3 cm, dan sampel x 1,8 cm.  
Dari pengukuran ini maka akan diperoleh nilai Rf dari masing-masing asam amino dengan persamaan
Rf  =
Nilai Rf untuk arginin sebesar 0,21 cm, glisin 0,17 cm, histidin 0,27 cm dan sampel x 0,38 cm. Dari nilai Rf yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai Rf sampel x mendekati nilai Rf hiatidin sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel x mengandung asam amino histidin. Hal ini membuktikan bahwa pada sampel 4 terjadi pemisahan asam amino yang didasari oleh asam amino yang terlarut dalam larutan Ninhidrin yang terdistribusi dalam fasa stasioner yang tidak saling bercampur sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut didalam kedua pelarut seimbang antara sampel x dengan larutan ninhidrin.



BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai Rf untuk arginin sebesar 0,21 cm, glisin 0,17 cm, histidin 0,27 cm dan sampel x 0,38 cm. Untuk mengidentifikasi asam amino pada plat KLT digunakan metode kromatografi  partisi agar pemisahan asam  amino yang terlarut dalam suatu larutan  terdistribusi, dari hasil yang diperoleh sampel x menunjukkan bahwa dalam sampel x terkandung asam amino histidin.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
            Untuk laboratorium sudah baik baik alat-alat dan bahan sudah lengkap, Saran untuk laboratorium agar kedepannya fasilitasnya bisa lebih baik lagi.

5.2.2 Saran untuk Asisten
            Untuk asisten biokim sudah cukup baik, dimana asisten maupun praktikan sama-sama disiplin memakai baju lab di laboratorium, serta sebelum melakukan praktikum diberikan penjelasan terkait hal yang akan di percobakan.




DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M., 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Andi, Yogyakarta.

Akbar, Y., 2011, Pemisahan dan Identifikasi Asam Amino (online), (http:// akbarbanjar.wordpress.com/2011/03/17/laporan-biokimia/), diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 01.38 WITA.

Alimuddin, R., 2011, Identifikasi Asam Amino (online), (http://duniaraa 13.blogspot.com), diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 01.40 WITA

Bresnick, S., 2004, Intisari Kimia Organik, Hipokrates, Jakarta.

Gritter, A., 1991, Biokimia 1, PT. Gramedia, Jakarta.

Poedjiadi A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.

Poedjiadi, A. dan F. M. T. Supriyanti., 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta,          Penerbit Universitas Indonesia.

Sumarto, S., 2002, Evaluasi Jaminan Sosial Program Lanjut Usia, P3KS, Jakarta.

Tim Dosen, 2013, Penuntun dan Laporan Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.


LEMBAR PENGESAHAN














Makassar, 11  November 2013

      Asisten                                                                 Praktikan




S. RAHAYU                                                              RISKY NURHIKMAYANI


LAMPIRAN I
Bagan Kerja
Plat KLT
 


§  Digunting dan diberi tanda
§  Dikeringkan dalam inkubator untuk mengaktifkan lapisan tipis
§  Ditotolkan larutan contoh dan sampel
§  Dikeringkan
§  Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen (n-butanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v) yang telah jenuh.
§  Dielusi sampai tanda batas yang telah ditentukan
§  Dikeluarkan dari chember dan dikeringkan
§  Disemprot dengan larutan ninhidrin 2 %
§  Dikeringkan dalam inkubator selama beberapa menit pada suhu 60 oC.
Noda
 



-          Ditandai dengan diberi lingkaran dengan menggunakan pensil
-          Diukur jarak noda dari tempat penotolan
-          Diukur jarak tempuh eluen
-         
Data
Dihitung nilai Rf-nya





LAMPIRAN II

Tabel pengamatan perhitungan Rf

Noda
Jarak eluen (cm)
Jarak noda (cm)
Rf (cm)
Arginin
4,7 cm
1 cm
0,21 cm
Glisin
4,7 cm
0,8 cm
0,17 cm
Histidin
4,7 cm
1,3 cm
0,27 cm
Sampel X
4,7 cm
1,8 cm
0,38 cm

Perhitungan dengan menggunakan rumus perbandingan kecepatan :
Rf =
1.      Rf  =  = 0,21 cm
Jadi, jarak antara eulen dengan jarak noda sebesar 0,21 cm.
2.      Rf  =  = 0,17 cm
Jadi, jarak antara eulen dengan jarak noda sebesar 0,17 cm
3.      Rf =  = 0,27 cm
jadi, jarak antara eulen dengan jarak noda sebesar 0,27 cm
4.      Rf =  = 0,38 cm
jadi, jarak antara eulen dengan jarak noda sebesar 0,38 cm


LAMPIRAN III


LARUTAN ASAM AMINO YANG DIGUNAKAN


KERTAS KROMATOGRAFI


CHAMBER

HASIL PENTOTOLAN YANG TELAH DI SEMPROT NINHIDRIN


LAMPIRAN IV
Tabel Rf 20 Asam Amino




Review Hadalabo Gokujyun Ultimate Moisturizing Lotion

Kali ini saya mau review hadalabo gokujyun ultimate moisturizing lotion untuk kulit kering dan normal. Hasil review ini setelah pemakaian 2 ...