Sunday, February 9, 2014

EKOLOGI UMUM : PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN IV
PENGARUH POLUSI DOMESTIK
TERHADAP KUALITAS AIR
NAMA                          : RISKY NURHIKMAYANI
NIM                               : H41112311
HARI/TANGGAL      : KAMIS/ 9 MEI 2013
KELOMPOK               : 5 (LIMA) B
ASISTEN                     : ANWAR
: YULIANI



LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lentingnya ( Umar, 2013 ).
            Kegiatan manusia mengubah lingkungan dilakukan karena adanya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini akan menjadi semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Upaya pemenuhan kebutuhan menusia dipengaruhi oleh perkembangan budaya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil perkembangan budaya digunakan untuk mengembangkan berbagai industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia (Whardana, 1995).
            Meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume limbah rumah tangga meningkat 5 juta m3 pertahun, dengan peningkatan kandungan rata-rata 50% . Konsekuensinya adalah beban badan air yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan (Yusuf, 2008).
            Polusi domestik atau pencemaran akibat aktivitas rumah tangga berupa sampah sisa makanan, sabun, deterjen dan tinja, bahan-bahan ini merupakan bahan yang mudah diuraikan oleh mikroba dalam air. Ada bermacam-macam cara untuk menentukan adanya polusi air, misalnya dengan mengukur tingkat kejernihan, suhu, pH, kandungan oksigen oleh mikroba dan proses kimia lainnya untuk  menguraikan bahan organik dalam air tadi. Yang terakhir biasanya BOD karena semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik maka makin cepat kandungan oksigen dalam air habis (Supriyanti, 2007).
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh polusi domestik terhadap kualitas air, maka dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda dengan menggunakan indikator metil merah.

I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan methylen merah..
2.      Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 Mei 2013, praktikum pukul 10.30 - 12.30 WITA, bertempat di Canopy, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air (Whardana, 1995).
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air (Salmin, 2005).
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air (Suryani, 2011).
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto, 1987).
Menurut Setiawan (2011), pada dasarnya bahan pencemar air dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula  tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh­-tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampah­sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
2.      Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakityaitu bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
3.      Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam  berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
4.      Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
5.      Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam air.
Menurut Yusuf (2008), sumber pencemaran air dapat meliputi sebagai berikut:
1.      Limbah pertanian berupa obat insektisida, bisa mematikan biota air, pupuk yang menyebabkan eutrofikasi, yakni suatu kondisi yang mengakibatkan kurangnya oksigen dan mendorong terjadinya kehidupan organisme anaerob.
2.      Limbah rumah tangga yaitu bahan organik, menyebabkan biota air mati, bahan anorganik, menyebabkan banjir, bahan biologis, menyebabkan timbulnya penyakit.
3.      Limbah Industri meliputi bahan organik dan bahan anorganik.
4.      Penangkapan ikan dengan menggunakan racun seperti potasium.
Pada berbagai tempat di tanah air, limbah cair rumah tangga belum terjangkau oleh teknologi pengolahan limbah. Selain biaya yang mahal dan penerapan yang sulit, masih kuatnya pemikiran dan anggapan sebagian besar masyarakat bahwa pembuangan limbah rumah tangga secara langsung ke lingkungan tidak akan menimbulkan dampak yang serius. Dalam kondisi demikian, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah rumah tangga yang selain murah dan mudah diterapkan, juga dapat memberi hasil yang optimal dalam mengolah dan mengendalikan limbah rumah tangga sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat dikurangi (Yusuf, 2008).
Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen, dan bahan tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan bermacam-macam cara, misalnya berdasarkan: kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand), dan proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air (Umar, 2013).
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Soendjojo, 1990).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan dan proses metabolisme. Dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi den reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen diperairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses fotosintesis. Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, parameter oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) memegang peranan penting. Prinsip penentuannya bisa dilakukan dengan cara titrasi iodometri atau langsung dengan alat DO meter. Suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikatagorikan sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen terlarutnya (DO) > 5 ppm dan kadar oksigen biokimianya (BOD) berkisar 0 - 10 ppm (Salmin, 2005).
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati (Sugiharto, 1987).





BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, pipet tetes, plastik elastis, dan karet gelang.

III.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah metil merah, air laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi, air selokan, air sungai, air kolam, air sumur, air PAM, dan air danau UNHAS .

III.3 Metode Kerja
            Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.      Botol sampel disiapkan sebanyak 8 buah diberi label A, B, C, D, E, F, G, dan H.
2.      Kemudian masing-masing botol diisi dengan urutan secara hati-hati dengan urutan A diisi air laut jam 12 malam, B diisi air laut jam 6 pagi, C diisi air selokan, D diisi air sungai, E diisi air kolam, F diisi air sumur, G diisi air PAM, dan H diisi air danau UNHAS. Botol diisi air secara hati-hati, jangan sampai terkocok ataupun ada gelembung.
3.      Sebelum ditutup, ke dalam botol A, B, C, D, E, F, G, dan H masing-masing ditambahkan dengan metil merah dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 50 tetes.
4.      Kemudian botol tersebut ditutup dengan menggunakan plastik elastis, usahakan jangan ada gelembung udara dalam botol.
5.      Botol-botol tersebut kemudian diletakkan di tempat terbuka selama 5 hari dan diamati setiap 24 jam.
6.      Data hasil pengamatan dicatat dan dibuat laporan hasil pengamatan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
Tabel Pengamatan terhadap Beberapa Jenis Air yang Berbeda
Hari ke-
Air Laut malam (A)
Air Laut  pagi (B)
Air selokan (C)
Air Sungai (D)
Air Kolam (E)
Air Sumur (F)
Air PAM (G)
Air Danau (H)
1
-
-
-
-
-
-
-
-
2
+
+
-
-
-
-
-
-
3
+
+
-
+
+
-
+
+
4
+
++
- -
++
++
-
+
+
5
+
++
- -
++
+++
-
+
+
Keterangan :
1.      - -         = Merah
2.      -           = Kuning
3.      +          = Jernih kekuningan
4.      ++        = Jernih
5.      +++     = Jernih sekali

IV.2 Pembahasan     
Pada percobaan ini digunakan 8 jenis air yang berbeda yakni air laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi, air selokan, air sungai, air kolam, air sumur, air PAM, dan air danau yang diuji dengan metiten merah. Metilen merah merupakan indikator asam basa dengan warna merah pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning diatas 6,2. Semakin merah air berarti semakin asam airnya yang menunjukkan bahwa semakin tercemar air tersebut karena tingginya kadar asam disebabkan oleh tingginya kadar CO2, sedangkan bila airnya berwarna kuning berarti kandungan CO2-nya kurang.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 5 hari diperoleh hasil dimana air laut jam 12 malam berwarna jernih kekuningan, air laut jam 6 pagi tidak berwarna atau jernih, air selokan berwarna merah, air sungai tidak berwarna atau jernih, air kolam jernih sekali, air sumur berwarna kuning, air PAM berwarna jernih kekuningan, dan air danau berwarna jernih kekuningan namun agak keruh.
Berdasarkan hasil yang diperoleh kita dapat menggolongkan tingkat pencemaran air tersebut, dengan tingkat pencemaran yang tinggi (tercemar berat) adalah air selokan dibuktikan dengan berubahnya metilen merah dari yang semula berwarna kuning menjadi berwarna merah, hal ini berarti kandungan CO2 dalam air tersebut sangat tinggi karena diakibatkan banyaknya polusi dalam air tersebut baik berupa yang organik maupun yang bukan, polusi dalam air tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang mana dalam proses penguraiannya itu akan menghasilkan CO2 sehingga kadar CO2 dalam air meningkat.
Lalu golongan tercemar sedang yakni air sumur, dimana hasil yang diperoleh warna kuning dari metilen merah tidak mengalami perubahan warna hal ini berarti bahwa air tersebut tergolong agak asam disebabkan karena warna airnya tidak berubah jadi jernih berarti kandungan CO2 dalam air tersebut masih cukup tinggi. Golongan kurang tercemar adalah air laut malam, air PAM dan air danau, dimana airnya berubah menjadi berwarna jernih agak kekuningan berarti kandungan CO2 dalam air tersebut sedikit, adanya perbedaan yang diperoleh antara air laut malam dan pagi disebabkan karena adanya pasang surut air laut yang memungkinkan kandungan polutan, kadar garam dan mikroorganisme yang terdapat dalam kedua air tersebut berbeda.
Golongan yang tidak tercemar termasuk didalammnya air kolam, air sungai dan air laut pagi, dimana metilen merah yang semula berwarna kuning berubah menjadi jernih atau tidak berwarna, hal ini berarti kandungan polutan dalam air tersebut masih kurang terutama pada air kolam yang merupakan air yang paling jernih diantara semuanya.




BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Dari hasil pengambilan sampel dan pengujian dengan menggunakan indikator Metil Merah pada 8 jenis air yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Dari kedelapan sampel yang digunakan, yang memiliki kualitas air yang paling bagus adalah air kolam, dimana air ini dapat merubah metilen merah menjadi jernih, dan yang tergolong sangat tercemar adalah air selokan yang ditandai berubahnya metilen merah yang semula berwarna kuning menjadi warna merah berarti kadar keasamannya meningkat dan CO2 nya meningkat.
2.      Untuk menguji kualitas air dapat dilakukan dengan cara sederhana dengan menggunakan botol dan metilen merah sebagai indikator.

V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini sebaiknya juga dilakukan pengukuran pH pada air.


DAFTAR PUSTAKA
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen (BOD) sebagai Indikator Menentukan Kualitas Perairan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Setiawan, H., 2011. PolusiDomestik. http://hasansetiawan.blogspot.com. Diakses pada 13 Mei 2013 pukul 19.21 WITA.

Soendjojo, D., 1990. Ekologi Lanjutan. Depdikbud, Universitas Terbuka, Jakarta.

Sugiharto, 1987. Pengelolaan air limbah. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Supriyanti, 2007. Pengaruh Polusi Domestik Terhadap Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suryani, 2011. Pencemaran Air. http://riasuryani.blogspot.com. Diakses pada 13 Mei 2013 pukul 19.35 WITA.

Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Whardana, W., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Yusuf, M., 2008. Pengertian dan Sumber Pencemaran Perairan. Gramedia, Jakarta.


Review Hadalabo Gokujyun Ultimate Moisturizing Lotion

Kali ini saya mau review hadalabo gokujyun ultimate moisturizing lotion untuk kulit kering dan normal. Hasil review ini setelah pemakaian 2 ...