LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN X
KEANEKARAGAMAN JENIS DALAM KOMUNITAS
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
SELASA/ 23 APRIL 2013
KELOMPOK :
5 (LIMA) B
ASISTEN :
ANWAR
: YULIANI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan terdapat banyak sekali
makhluk hidup yang beranekaragam. Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik
tingkatan dalam komunitas berdasarkan organisasi biologisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan
struktur komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang
tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan
spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jika
suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies
yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah (Umar, 2013).
Spesies atau
jenis memiliki pengertian individu yang mempunyai persamaan secara morfologis,
anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter
hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan
generasinya. Keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah keanekaragaman hayati
yang menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis (Sofyan,
2010).
Keanekaragaman
jenis memiliki pengertian berapa jumlah jenis tumbuhan yang terdapat di dalam
satu komunitas. Di alam, kita akan menemukan jenis populasi tumbuhan tertentu
sangat dominan, sedangkan jenis yang lain jarang. Untuk memudahkan pengukuran
tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dibuat hipotesa berdasarkan kerapatan
populasi di dalam komunitas. Misal, dua komunitas tumbuhan sama-sama memiliki 5
jenis tumbuhan dengan jumlah individu yang sama pula. Komunitas pertama, satu jenis
populasi sangat dominan, empat jenis yang lain sangat jarang. Ini berarti
tingkat keanekaragaman jenisnya rendah. Komunitas kedua, lima jenis populasi
memiliki kerapatan yang sama besar. Ini berarti tingkat keanekaragaman jenisnya
tinggi (Indriyanto, 2008).
Pengukuran
keanekaragaman jenis di alam sebenarnya sulit. Karena, saat sampel diperbanyak,
keanekaragaman jenis ikut meningkat pula. Metode perhitungan keanekaragaman
jenis yang populer digunakan oleh peneliti yakni indeks Simpson dan alfa. Setiap
metode statistik memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, dalam
penggunaan metode tersebut harus disertakan derajat kepercayaan dan simpangan
baku datanya (Indriyanto, 2008).
Untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman jenis suatu komunitas
maka dilakakukanlah percobaan ini untuk menentuka keanekaragaman jenis suatu
komunitas berdasarkan Indeks Simpson dan Indeks Shannon-Wiener.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan
dicapai pada percobaan ini adalah :
1.
Untuk mengetahui dan menentukan keanekaragaman jenis suatu komunitas dengan berdasarkan pada Indeks
Simpson dan Indeks Shannon-Wiener.
2.
Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling
organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung keanekaragaman jenis dalam
suatu komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 April
2013, praktikum dalam laboratorium
dilakukan pada pukul 14.00 - 18.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar dan pengambilan data dilakukan di Canopy, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam
suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan
pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu
komunitas. Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas
dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut.
Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan
tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau
kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup
lainnya (Chiristine, 2013).
Suatu
komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas
tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir
sama. Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit
spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman
jenisnya rendah. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi. Komunitas yang tua dan
stabil akan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi. Sedangkan suatu
komunitas yang sedang berkembang pada tingkat suksesi mempunyai jumlah jenis
rendah daripada komunitas yang sudah mencapai klimaks. Komunitas yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi lebih tidak mudah terganggu oleh pengaruh
lingkungan. Jadi dalam suatu komunitas dimana keanekaragamannya tinggi akan
terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi
dan niche yang lebih kompleks (Umar, 2013).
Keanekaragaman
kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang
ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin dan pegunungan tinggi. Sementara
itu, keanekaragaman yang tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum.
Hutan tropika adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang
tinggi. Sementara ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang mempunyai
keanekaragaman yang tinggi, seperti dicontohkan dengan hutan itu mempunyai
keanekaragaman yang tinggi itu stabil. Tetapi ada juga ahli yang berpendapat
sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak selalu berarti stabilitas. Kedua
pendapat ini ditopang oleh argumen-argumen
ekologi yang masuk akal, masing-masing ada benarnya dan ada kelemahannya
(Rososoedarmo, 1990).
Menurut
Pringgoseputro
(1998) tingkat keanekaragaman dibedakan menjadi :
1.
Keanekaragaman
gen adalah keanekaragaman yang menghasilkan individu-individu
dengan susunan genetik tidak sama dalam satu jenis. Ada ayam bangkok, ayam
pelung, ayam buras, ayam hutan, ayam bekisar, ayam kinatan, ayam katai, ayam
kampung, dan ayam cemara. Ada padi gogo, padi sedane, padi cempaka, padi rakim,
padi ketan, padi pelita, padi ciliwung, padi IR, dan lainnya. Ternyata dalam
jenis yang sama masih kita temukan banyak keragaman, baik dalam bentuk,
penampilan, maupun sifat-sifatnya. Berbagai contoh di atas merupakan bukti
terdapat keanekaragaman di dalam lingkup jenis. Seluruh warga sesuatu jenis
memiliki kerangka dasar komponen genetik yang sama. Akan tetapi setiap kerangka
dasartadi tersusun oleh ribuan faktor pengatur kebakaan.
2.
Keanekaragaman
jenis adalah merupakan variasi organisme yang ada di bumi. Jenis
merupakan suatu organisme yang dapat dikenal dari bentuk atau penampilannya dan
merupakan gabungan individu yang mampu saling kawin di antara sesamanya secara
bebas (tetapi tidak dapat melakukannya dengan jenis lain), untuk menghasilkan
keturunan yang fertil (subur). Jenis itu terbentuk oleh kesesuaian kandungan
genetik yang mengatur sifat-sifat kebakaan dengan lingkungan tempat hidupnya.
Karena lingkungan tempat hidup jenis itu beranekaragam, jenis yang
dihasilkannya pasti akan beranekaragam pula. Proses terjadinya jenis, pada
umumnya berlangsung secara perlahanlahan dan dapat memakan waktu ribuan tahun, melalui
perubahan penyesuaian atau evolusi jenis lain yang sudah ada sebelumnya.
Selanjutnya, jenis yang terjadi ini juga mempunyai peluang untuk menjelmakan
jenis-jenis yang lain.
3.
Keanekaragaman
Ekosistem terjadi karena adanya interaksi antara jenis makhluk
hidup yang bervariasi dengan lingkungan yang beranekaragam. ekosistem merupakan
suatu satuan lingkungan, yang terdiri dari unsur-unsur biotik (jenis-jenis
makhluk hidup), faktor-faktor fisik (iklim, air, tanah), dan kimia (keasaman,
salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Aspek yang dapat
digunakan sebagai ciri keseluruhan ekosistem adalah energitika (taraf
trofik atau makanan: produsen, konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran
pelaksana taraf trofik) dan produktivitas (hasil keseluruhan ekosistem).
Ekosistem berasal dari kata oikos: rumah sendiri; systema: terdiri atas
bagian-bagian yang utuh atau saling memengaruhi. Suatu sistem yang dibentuk di
suatu daerah di mana komponen makhluk hidup dengan lingkungannya terdapat
hubungan timbal balik atau saling memengaruhi atau sebagai satu kesatuan yang
utuh. Dalam ekosistem terdapat komponen-komponen abiotik, produsen, konsumen,
dan pengurai. Ekosistem terdiri atas perpaduan berbagai jenis makhluk hidup
dengan berbagai macam kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang beranekaragam,
maka jika susunan komponen jenis dan susunan faktor fisik serta kimianya
berbeda, ekosistem yang dihasilkan akan berbeda pula.
Keanakaragaman
jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis
(interspesies) dalam satu marga. Keanekaragaman jenis lebih mudah diamati
daripada keanekaragaman gen. perbedaan antarspesies makhluk hidup dalamsatu
marga atau genus lebih mencolok shingga lebih mudah diamati daripada perbedaan
antarindividu dalam satu spesies. Misalnya nangka, keluwih, dan sukun ketiganya
termasuk dalam genus yang sama, yaitu Arthocarpus (Resosoedarmo, 1990).
Ada enam faktor
yang menentukan perubahan keanekaragaman jenis organisme dalam satu ekosistem
yaitu waktu, heterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, stabilitas lingkungan
dan produktivitas. Selama kurun waktu geologis akan terjadi perubahan keadaan
lingkungan yang mengakibatkan banyak individu yang tidak dapat mempertahankan
kehidupannya, tetapi ada juga kelompok-kelompok individu yang mampu bertahan
hidup terus dalam waktu relatif lama sebagai hasil proses evolusi. Evolusi
dapat diartikan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat
populasi spesies dari waktu ke waktu berikutnya (Heddy, 1986).
Konsep
komunitas cukup jelas, tetapi seringkali dalam penentuan batas dan pengenalan
batas komunitas tidak mudah. Meskipun demikian, komponen-komponen komunitas ini
mempunyai kemampuan untuk hidup dalam lingkungan yang sama di suatu tempat dan
untuk hidup saling bergantung yang satu terhadap yang lain. Komunitas mempunyai
derajat keterpaduan yang lebih tinggi dari pada individu-individu dan populasi
tumbuhan dan hewan yang menyusunnya. Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh
seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup di tempat
tersebut, dan kegiatan komunitas-komunitas ini bergantung pada penyesuaian diri
setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempat
tersebut (Odum, 1993).
Suatu nan
komunitas dapat mengkarakteristikakkan suatu unit lingkungan yang mempunyai
kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop.
Hamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir, dan unit lautan merupakan contoh
biotop. Di sisni biotop ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-biotop lain
dapat pula dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang alang-alang,
hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Heddy, 1986).
Keanekaragaman
atau kekayaan jenis dapat diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan indeks keanekaragaman.
Suatu tempat dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi bila memiliki
kekayaan jenis yang merata, misalnya suatu komunitas dengan 5 jenis burung yang
berjumlah 300 individu, dengan jumlah rata-rata 60 ekor per jenis. Sedang pada
komunitas lain terdapat 5 jenis burung dengan jumlah individu yang sama (300
ekor), tetapi rata-rata untuk keempat burung yang pertama hanya 15 ekor, sedang
jenis burung sisanya 240 ekor. Dari contoh tersebut komunitas yang memiliki
rata-rata 60 ekor per jenis burungnya dianggap lebih beranekaragam dibanding
dengan komunitas yang memiliki jumlah jenis yang tidak merata (Sofyan, 2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini diantaranya patok panjang 1 meter, tali, dan
penggaris.
III.2 Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah tumbuhan yang terdapat di dalam plot.
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang
dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
A. Cara pengambilan data :
1.
Areal yang akan diduga tingkat keanekaragamannya dipilih yaitu di Canopy.
2.
Petak sampel dalam areal tersebut dibuat dengan cara tali dibentangkan
sepanjang 30 m kemudian dalam ukuran 10 x 10 meter dibuat sebuah petak.
3.
Di dalam petak berukuran 10 x 10 m dengan menggunakan patok sebagai penanda
kemudian dibuat lagi petak berukuran 5 x 5m dan 1 x 1 m.
4.
Petak ukuran 10 x 10 m dibuat secara berselang seling lokasinya disepanjang
tali sampai ukuran tali 30 m terpenuhi (3 areal plot).
5.
Jumlah individu dan jenis pada setiap petak sampel dihitung dengan
ketentuan pada plot ukuran 10 x 10 m yang dihitung adalah jenis dan jumlah
pohon, plot ukuran 5 x 5 m yang dihitung
adalah jenis dan jumlah semak, dan plot ukuran 1 x 1 m yang dihitung adalah
jenis dan jumlah rumput.
B. Cara kerja di laboratorium :
1.
Data yang diperoleh kemudian
dihitung dan dianalisis dengan menggunakan indeks Simpson dan Indeks
Shannon-Wiener.
2.
Hasil yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam kategori yang ada kemudian diperhatikan berdasarkan
parameternya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Pengambilan Data
Tabel
Data Vegetasi dengan Menggunakan Metode Jalur Berpetak
No.
|
Nama Spesies
|
Family
|
Jumlah
|
1.
|
Pennisetum purpureum
|
36
|
|
2.
|
Cyperus rotundus
|
1
|
|
3.
|
Hedyotis corymbosa
|
1
|
|
4.
|
Artocarpus integra
|
1
|
|
5.
|
Averrhoa carambola
|
4
|
|
6.
|
Averrhoa bilimbi
|
1
|
|
7.
|
Leucaena
leucocephala
|
1
|
|
8.
|
Mimosa pudica
|
3
|
|
9.
|
Sida rhombifolia
|
6
|
|
10.
|
Salvia divinorum
|
3
|
|
11.
|
Lagerstroemia indica
|
1
|
|
12.
|
Gnetum gnemon
|
1
|
|
|
Total Individu
|
|
59
|
IV.
2 Analisis Data
IV.2.1 Indeks
Keanekaragaman dengan Menggunakan Indeks Shannon-Wiener
Keanekaragaman
dapat dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener ( Umar, 2013 ) dengan
rumus sebagai berikut :
Dimana :
H’ = Indeks Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu spesies I
N = Jumlah total
individu
Kriteria indeks keanekaragaman
dibagi dalam 3 kategori yaitu :
H’ < 1 = keanekaragaman
rendah
1 < H’ < 3 = keanekaragaman sedang
H’ > 3 = keanekaragaman tinggi
=
-
= -(-1,41)
=
1,41
1 < H’ < 3
Keanekaragaman di tempat tersebut sedang.
IV.2.2 Indeks Keanekaragaman
dengan Menggunakan Indeks Simpson
Keanekaragaman
dapat dihitung dengan menggunakan indeks Simpson (Umar, 2013) dengan rumus
sebagai berikut :
I=1
Dimana :
Ds = Indeks Simpson
ni = Jumlah individu spesies (i)
N = Jumlah total
individu
Kriteria indeks dominansi dibagi dalam 3
kategori yaitu :
0,01 - 0,30 = Dominansi
rendah
0,31 – 0,60 = Dominansi
sedang
0,61 – 1,0 = Dominansi
tinggi
I=1
=
(
)2
+ (
)
2+(
)
2+ (
)
2+ (
)
2+ (
)
2+ (
)
2+(
)
2+(
)
2+(
)
2 +(
)
2+ (
)
2
=
+
+
+
+
+
+
+
+
=
=
0,39
Nilai indeks berada
0,31 – 0,60 berarti dominansinya sedang.
IV.3 Pembahasan
Keanekaragaman adalah keseluruhan
variasi makhluk hidup , baik bentuk, penampilan, jumlah dan sifat, dibedakan atas tiga tingkatan yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman jenis
merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas berdasarkan organisasi
bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitasnya. Suatu
komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas
tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir
sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya
sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah. Untuk mengukur keanekaragaman jenis dalam suatu
komunitas digunakan indeks Simpson dan Indeks Shannon-Wielner. Indeks Simpson
menunjukkan tingkat dominansi dalam suatu komunitas sedangkan Indeks
Shannon-Wielner menunjukkan tingkat keanekaragaman dalam suatu komunitas.
Seperti yang kita ketahui bahwa semakin tinggi tingkat dominansi maka semakin
sedikit keanekaragamannya sehingga kedua indeks ini saling bertolak belakang,
sehingga memudahkan untuk mengetahui dan mengidentifikasi keanekaragaman jenis
dalam suatu komunitas.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di
Canopy diperoleh 12 jenis tanaman yang terbagi ke dalam 10 family dan dengan
jumlah total 59 individu. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Indeks Shannon Wiener dan
diperoleh hasil sebesar 1,41 yang berarti hasil yang ditunjukkan berada
diantara satu dan tiga, sehingga menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman di
Canopy sedang. Kemudian dat yang diperoleh juga dianalisis dengan menggunakan
Indeks Simpson untuk melihat dominansinya. Hasil yang diperoleh setelah
melakukan analisis dengan indeks Simpson adalah sebesar 0,39 yang menunjukkan
tingkat dominansi dalam komunitas tersebut sedang. Dari analisis melalui kedua
indeks ini, dapat diketahui bahwa keanekaragaman dan dominansi di ekosistem
Canopy tergolong sedang, hal ini sudah sesuai dengan teori dimana ketika
dominansinya sedang maka keanekaragamannya juga sedang karena tidak ada spesies
yang mendominansi areal tersebut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut adalah penyebaran spesies, dominansi,
faktor pembatas, kompetisi, dan adanya predator. Pada komunitas di Canopy
diketahui bahwa tumbuhan bisa berkembang dikarenakan faktor lingkungan yang
mendukung dan tidak adanya predator sehingga beberapa spesies dapat menyebar
dalam areal tersebut. Selain itu melaui analisis indeks Simpson dapat diketahui
bahwa sangat sedikit jenis spesies yang mendominansi tempat tersebut karena
dominansinya sedang sehingga menyebabkan tingkat keanekaragamannya juga sedang,
karena apabila dominansi tinggi maka keanekaragaman rendah, begitupun
sebaliknya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pengujian dengan
menggunakan Morisita, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Keanekaragaman jenis dalam komunitas di Canopy
berdasarkan indeks Shannon Wiener adalah sebesar 1,41 yang menunjukkan bahwa
keanekaragaman di tempat tersebut tergolong sedang dan tingkat dominansinya
berdasarkan indeks Simpson sebesar 0,39 yang menunjukkan bahwa tingkat
dominansinya sedang.
2. Teknik sampling yang dapat digunakan untuk menentukan
keanekaragaman jenis dalam komunitas adalah dengan menggunakan metode jalur
berpetak yang kemudian dianalisis dengan menggunkan indeks Shannon Wiener dan
indeks Simpson.
V.2 Saran
Saran
mengenai percobaan ini sebaiknya dalam percobaan ini digunakan meteran dan juga
sebaiknya identifikasi terhadap tanaman yang diamati dilakukan di lokasi
pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Chiristine. 2013. Tingkat Keanekaragaman dalam
Kehidupan. http://www.sentra-edukasi.com. Diakses pada
Sabtu tanggal 27 April 2013 pukul 12.45 WITA.
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.
Indriyanto. 2008. Ekologi
Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.
Odum, H., 1993. Ekologi Sistem Suatu Pengantar.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pringgoseputro, S., 1998. Ekologi
Umum. UGM Press, Yogyakarta.
Resosoedarmo, S., 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Sofyan, A. C., 2010. Tingkat Keanekaragaman Dalam
Kehidupan. http://www. sentra-edukasi.com. Diakses
pada hari Sabtu tanggal 27 April 2013 pukul 12.30 WITA.
Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.