Sunday, February 9, 2014

EKOLOGI UMUM : INDEKS KEANEKARAGAMAN SERAGGA DI PADANG RUMPUT

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN IX
INDEKS KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI PADANG RUMPUT
NAMA                          : RISKY NURHIKMAYANI
NIM                               : H41112311
HARI/TANGGAL      : SELASA/ 9 APRIL 2013
KELOMPOK               : 5 (LIMA) B
ASISTEN                     : ANWAR
: YULIANI




LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
                Didalam suatu ekosistem terdapat berbagai jenis spsies yang hidup dilamannya yang menunjukkan adanya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan hidup organisme di bumi, yang berupa tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang dibangunnya menjadi lingkungan hidup. Dimana kita ketahui bahwa ekosistem adalah suatu sistem dialam yang terdapat hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya, juga dengan lingkungannya (Umar, 2013).
                Semakin banyak jenis yang dapat dijumpai pada suatu ekosistem maka semakin tinggi tingkat keanekaragaman hayatinya, semakin tinggi keanekaragaman hayati suatu tempat, semakin kompleks ekosistemnya. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem diperlukan suatu indeks keanekaragaman dalam suatu komunitas (Lakitan, 1994).
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau keterampilan dalam mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman. Mengingat keanekaragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih banyak di bandingkan dengan daerah temperatur dan daerah beriklim dingin. Untuk beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk mendukung indeks keanekaragaman suatu habitat atau komunitas tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan sama atau tidak pada pola pengurutan pengambilan sampel yang dilakukan secara aacak pada saat pengamatan di laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh Kennedy pada tahun 1997 (Umar, 2013).
            Untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman suatu komunitas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui keanekaragaman serangga di padang rumput dengan menggunakan indeks Kennedy.

I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1.      Menentukan indeks keanekaragaman serangga yang terdapat di padang rumput dengan menggunakan indeks Kennedy.
2.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dan cepat dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 April 2013, praktikum dalam laboratorium dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan  pengambilan sampel dilakukan pada pukul 06.00 - 07.30 WITA, bertempat di danau Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
              Indonesia merupakan salah satu negara “Mega Biodiversity” setelah Brazil. Tetapi dibandingkan dengan Brazil, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah disamping memiliki keanekragaman hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas). Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri (Azkinin, 2011).
              Di dalam suatu ekosistem terdapat beberapa komunitas. Dalam suatu komunitas yang terbentuk atas banyak spesies, beberapa diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran anggota lain dari komunitas itu. Suatu interaksi dapat terdiri atas beberapa bentuk yang berasal dari hubungan pisitif (berguna) sampai interaksi negative (berbahaya). Bilamana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjadi antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (intraspesifik). Perbandingan dapat terjadi dalam makanan atau ruang. Dalam hubungan persaingan antara dua spesies, ini dapat merupakan bentuk eksploitasi makanan yang tersedia dalam waktu singkat, atau merupakan gangguan bilamana organisme-organisme itu saling melukai dalam usahanya untuk mendapatkan makanan (Wolf, 1992)
                   Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya tetapi jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies an jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).
            Serangga adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai jumlah anggota yang terbesar. Hampir lebih dari 72 % anggota binatang termasuk kedalam golongan serangga. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun, dibandingkan dengan manusia yang kurang dari dua juta tahun. Selama kurun ini mereka telah mengalami perubahan evolusi dalam beberapa hal dan menyesuaikan kehidupan pada hampir setiap tipe habitat. Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang terbanyak anggotanya). Sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai penular (vektor) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak menyenangkan di mana kondisi fisik terus menerus menderita, kadangkala atau secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah kecil spesies yang berlimpah. Dalam lingkungan yang kunak, atau menyenangkan, jumlah spesies besar, namun tidak ada yang satupun yang berlimpah. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagian jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi lebih stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman. Keragaman yang besar mencirikan ketersediaan sejumlah besar ceruk (Oka. 1995).
            Menurut Michael (1994), indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yakni :
1.      Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies.
2.      Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu (jumlah individu, biomassa, penutup tanah, dsb) tersebar antara banyak spesies.
              Menurut Oka (1995), keanekaragaman spesies sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam akibat turut campur tangan manusia. Terdapat enam faktor ini saling berinteraksi untuk menetapkan keanekaragaman jenis dalam komunitas yang berbeda diantaranya :
1.      Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada komunitas muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.
2.      Heterogenesis ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin tinggi keragaman jenisnya.
3.      Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama yang ketersediaannya kurang, atau walaupun ketersediaannya cukup, namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.
4.      Pemasangan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemasangan terlalu tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman jenis.
5.      Kestabilan iklim, makin stabil, suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil, lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.
6.      Produktifitas, juga dapat menjadi syarat mutlak unuk keanekaragaman yang tinggi.


BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya yaitu pinset, botol sampel, dan Sweeping net.

III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu alkohol 70 % dan serangga.

III.3 Metode Kerja
            Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
A.    Cara pengambilan sampel :
1.      Lokasi dipilih pada padang rumput yang ada di sekitar kampus, kemudian lakukan penangkapan serangga dengan menggunakan sweeping net.
2.      Ayungkan ke kiri dan ke kekanan sweeping net di permukaan padang rumput, setiap melangkah 1 kali ayunkan, dilakukan 10 kali ayunan (10 langkah) kedepan lalu berbalik dan kembali sweeping net diayunkan sebanyak 10 kali (10 langkah).
3.      Sweeping net digulung agar serangga tidak lepas, kemudian serangga dimasukkan kedalam botol sampel kemudian botol diisi alkohol 70% yang berfungsi untuk membunuh sampel yang telah diperoleh.
4.      Lakukan penjaringan serangga dengan Sweeping net sebanyak 10 kali pada lokasi yang berbeda di padang rumput.
B.  Cara kerja di laboratorium :
1.      Sampel diambil dan dituangkan ke dalam wadah dan secara acak diambil satu persatu dengan pinset.
2.      Usahakan serangga yang tadi diambil satu per satu secara acak.
3.      Serangga no.1 diamati, kemudian pada lembar kerja berilah tanda + , kemudian serangga no.2 diambil dan diletakkan berdampingan dengan serangga no.1 dan amati. Jika serangga no.2 berbeda dengan no.1 beri tanda + pada lembar kerja, tetapi apabila sama, maka beri tanda 0  pada lembar kerja.
4.      Masukkan serangga no.1 kembali kedalam botol yang lain, kemudian lanjutkan pengamatan dengan mengambil sampel no.3, lakukan seperti point 7 sampai semua sampel teramati.
5.      Perhatikan bahwa tiap serangga yang diambil hanya dibandingkan dengan hewan sebelumnya.
6.      Setelah selesai pengamatan sampel, lakukan perhitungan indeks keanekaragaman atau indeks diversitas (LD) Kennedy :
 
7.      Lakukan pengamatan beberapa kali dan diambil harga rata-ratanya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
















































































































































Parameter Keanekaragaman :
< 0,5                = Keanekaragaman Rendah
0,5 – 0,7          = Keanekaragaman Sedang
0,7 - 1              = Keanekaragaman Tinggi

IV.2 Analisis Data
IV.2.1 Analisis Data Lokasi I
Total jumlah spesimen = 9
Total jumlah tanda +    = 9
ID K =
          =
          = 1 (tingkat keanekaragaman tinggi)
IV.2.2 Analisis Data Lokasi II
Total jumlah spesimen = 10
Total jumlah tanda +    = 8
ID K =
          =
          = 0,8 (tingkat keanekaragaman tinggi)

IV.2 Pembahasan
Keanekaragaman merupakan kekayaan hidup organisme di bumi, berupa tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang dibangunnya menjadi lingkungan hidup. Jadi, keanekaragaman hayati harus dilihat dari tiga  tingkatan yaitu tingkat variasi genetik, variasi spesies, dan variasi habitat atau ekosistem. Pada percobaan ini dilakukan analisis terhadap serangga dalam sebuah ekositem padang rumput pada dua lokasi yang berbeda untuk mengetahui tingkat keanekaragaman serangga tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan penangkapan serangga dengan menggunakan sweeping net dengan cara mengayunkan sweeping net sabanyak 10 kali (10 langkah) kemudian berbalik dan mengayunkannya lagi sebanyak 10 kali (10 langkah). Penangkapan ini dilakukan pada dua lokasi yang berbeda yang telah ditentukan.
Dari hasil pengkapan dengan menggunakan sweeping net pada lokasi I diperoleh serangga atau spesimen sebanyak 9, dengan jumlah + sebanyak 9 yang berarti jumlah + sama dengan jumlah spesimen. Sedangkan Dari hasil pengkapan dengan menggunakan sweeping net pada lokasi II diperoleh serangga atau spesimen sebanyak 10, dengan jumlah + hanya 8. Untuk mengetahui apakah serangga yang kita peroleh termasuk golongan tingkat keanekaragaman tinggi, sedang atau rendah, maka kita perlu menggunakan indeks Kennedy.
Serangga yang kita peroleh dari penangkapan tersebut dan telah diuji dengan menggunakan indeks Kennedy, dimana pada lokasi I diperoleh indeks Keneddy sebesar 1 yang menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi. Pada lokasi II diperoleh indeks Keneddy sebesar 0,8 yang juga menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi. Dari hasil yang diperoleh dimana menunjukkan bahwa pada kedua lokasi tersebut keanekaragaman serangganya masih tinggi. Namun, kebenaran data ini masih belum akurat diakibatkan karena beberapa faktor, diantaranya waktu pengambilan sampel dan cara pengambilan sampel. Faktor waktu yang dimaksud adalah dimana pengambilan sampel dilakukan dimana matahari telah terbut jadi sebagian serangga telah terbang untuk pergi mencari makan sehingga sampel yang diperoleh belum bisa mewakili tingkat keanekaragaman dari tempat tersebut. Selanjutnya dari cara pengambilan sampel, dimana sewaktu pengambilan sampel, pengayunan sweeping net kebanyakan berada pada bagian atas rumput sehingga serangga atau sampel yang masuk ke dalam sweeping net adalah serangga yang terbang sehingga sampel tersebut belum bisa mewakili keanekaragaman tempat tersebut. Selain itu jumlah spesimen yang sedikit belum bisa mewakili dari tingkat keanekaragaman tempat tersebut.
Namun berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat simpulkan bahwa lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut sudah cukup stabil, artinya lingkungan tempat pengambilan sampel belum terpengaruh oleh hal-hal yang bisa membuat populasi serangga di tempat itu berkurang, pencemaran yang terjadi di danau Unhas belum memberi pengaruh yang cukup berarti pada serangga yang berada disekitar danau. Keanekaragaman organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut adalah faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat, stabil atau sesuai dengan komunitas bersangkutan.
Dengan keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau memperbesar jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya. Tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti populasi dari serangga akan berkurang begitu pula dengan keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya pencemaran lingkungan, aktivitas manusia yang dapat mempersempit habitat serangga tersebut serta makanan yang tersedia mulai berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi sehingga serangga banyak yang melakukan emigrasi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa indeks keanekaragaman serangga di padang rumput tepatnya di sekitar danau, dikategorikan tinggi karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan serangga mampu beradaptasi karena lokasi pengamatan itu yang memiliki padang rumput yang subur.



BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Dari hasil pengambilan sampel dan pengujian dengan menggunakan Indeks Keneddy, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Dari hasil pengambilan sampel pada dua lokasi yang berbeda diperoleh Indeks Keneddy pada lokasi I sebesar 1 yang menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi dan pada lokasi II diperoleh Indeks Keneddy sebesar 0,8 yang menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
2.      Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara acak pada lokasi yang berbeda yang kemudian dianalisis dengan Indeks Keneddy yang membantu dalam menunjukkan parameter tingkat keanekaragaman hayati pada suatu lokasi.

V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini sebaiknya pengambilan sampel dilakukan labih awal agar data atau sampel yang diperoleh dapat mewakili dari keanekaragaman yang terdapat pada lokasi tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Azkinin, G., 2011. Keanekaragaman Hayati di Indonesia. http://edukasi-pustaka.blogspot.com/2011/12/keanekaragaman-hayati-di-indonesia. html. Diakses pada tanggal 12 April 2013 pukul 06.00 WITA.

Lakitan, B., 1994. Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia, Jakarta.

Oka, I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di indonesia. Universitas Gadja Mada-Press, Yokyakarta.

Putra, N.S., 1994. Serangga di sekitar kita. Kanisius, Yokyakarta.

Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.


Wolf, L., 1992. Ekologi Umum.  Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Review Hadalabo Gokujyun Ultimate Moisturizing Lotion

Kali ini saya mau review hadalabo gokujyun ultimate moisturizing lotion untuk kulit kering dan normal. Hasil review ini setelah pemakaian 2 ...