LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN IX
INDEKS KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI PADANG RUMPUT
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
SELASA/ 9 APRIL 2013
KELOMPOK :
5 (LIMA) B
ASISTEN :
ANWAR
: YULIANI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Didalam suatu ekosistem terdapat berbagai jenis spsies yang hidup
dilamannya yang menunjukkan adanya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman
hayati merupakan kekayaan hidup organisme di bumi, yang berupa tumbuhan, hewan,
mikroorganisme, dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang
dibangunnya menjadi lingkungan hidup. Dimana kita ketahui bahwa ekosistem
adalah suatu sistem dialam yang terdapat hubungan timbal balik antara organisme
dengan organisme lainnya, juga dengan lingkungannya (Umar, 2013).
Semakin banyak jenis yang dapat dijumpai pada suatu
ekosistem maka semakin tinggi tingkat keanekaragaman hayatinya, semakin tinggi
keanekaragaman hayati suatu tempat, semakin kompleks ekosistemnya. Untuk
mengetahui keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem diperlukan suatu indeks
keanekaragaman dalam suatu komunitas (Lakitan, 1994).
Secara
umum dapat dikatakan bahwa untuk menentukan indeks keanekaragaman suatu
komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau keterampilan dalam
mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam melakukan
indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum
terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman
sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo atau kelas dan
hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman. Mengingat
keanekaragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih
banyak di bandingkan dengan daerah temperatur dan daerah beriklim dingin. Untuk
beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk mendukung indeks
keanekaragaman suatu habitat atau komunitas tanpa
harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan sama atau tidak pada pola
pengurutan pengambilan sampel yang dilakukan secara aacak pada saat pengamatan
di laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh
Kennedy pada tahun 1997 (Umar, 2013).
Untuk mengetahui bagaimana
keanekaragaman suatu komunitas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk
mengetahui keanekaragaman serangga di padang rumput dengan menggunakan indeks
Kennedy.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1. Menentukan
indeks keanekaragaman serangga yang terdapat di padang rumput dengan
menggunakan indeks Kennedy.
2. Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan
rumus-rumus sederhana dan cepat dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9
April 2013, praktikum dalam
laboratorium dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar dan pengambilan sampel dilakukan pada pukul 06.00 - 07.30 WITA, bertempat di danau
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu
negara “Mega Biodiversity” setelah Brazil. Tetapi
dibandingkan dengan Brazil, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya
adalah disamping memiliki keanekragaman hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai
areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan
peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan
langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas). Indonesia terletak di
daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan
dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya
keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem
yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau,
ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar,
ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem
ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri
(Azkinin, 2011).
Di
dalam suatu ekosistem terdapat beberapa komunitas. Dalam suatu komunitas yang terbentuk atas banyak
spesies, beberapa diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran
anggota lain dari komunitas itu. Suatu interaksi dapat terdiri atas beberapa
bentuk yang berasal dari hubungan pisitif (berguna) sampai interaksi negative
(berbahaya). Bilamana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama,
persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjadi antara
anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara
anggota spesies yang sama (intraspesifik). Perbandingan dapat terjadi dalam
makanan atau ruang. Dalam hubungan persaingan antara dua spesies, ini dapat
merupakan bentuk eksploitasi makanan yang tersedia dalam waktu singkat, atau
merupakan gangguan bilamana organisme-organisme itu saling melukai dalam
usahanya untuk mendapatkan makanan (Wolf, 1992)
Diantara banyak organisme yang membentuk
suatu komunitas, hanya spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang
nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari
organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya tetapi jumlah, ukuran,
produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya
dinyatakan oleh indeks keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan
digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau
kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi
tertentu berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam
daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam
komunitas karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam
sifat fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies an jumlah total
individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini
berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).
Serangga
adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai jumlah anggota yang
terbesar. Hampir lebih dari 72 % anggota binatang termasuk kedalam golongan
serangga. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun, dibandingkan
dengan manusia yang kurang dari dua juta tahun. Selama kurun ini mereka telah
mengalami perubahan evolusi dalam beberapa hal dan menyesuaikan kehidupan pada
hampir setiap tipe habitat. Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan
(serangga jenis ini yang terbanyak anggotanya). Sebagai parasitoid (hidup
secara parasit pada serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai
pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai
penular (vektor) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).
Komunitas yang
mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak menyenangkan di mana kondisi
fisik terus menerus menderita, kadangkala atau secara berkala, cenderung
terdiri atas sejumlah kecil spesies yang berlimpah. Dalam lingkungan yang
kunak, atau menyenangkan, jumlah spesies besar, namun tidak ada yang satupun
yang berlimpah. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagian jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik
sebagai indeks keanekaragaman. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah
penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila
komunitas menjadi lebih stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata
dalam keragaman. Keragaman yang besar mencirikan ketersediaan sejumlah besar
ceruk (Oka. 1995).
Menurut
Michael (1994), indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan
kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2
komponen yakni :
1. Jumlah
spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies.
2. Kesamaan
spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu (jumlah
individu, biomassa, penutup tanah, dsb) tersebar antara banyak spesies.
Menurut Oka (1995), keanekaragaman
spesies sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan
terhadap sistem alam akibat turut campur tangan manusia. Terdapat enam faktor
ini saling berinteraksi untuk menetapkan keanekaragaman jenis dalam komunitas
yang berbeda diantaranya :
1. Waktu,
keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas tua yang
sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada komunitas muda
yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek atau
hanya sampai puluhan generasi.
2. Heterogenesis
ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas
flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin tinggi keragaman jenisnya.
3. Kompetisi,
terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama yang
ketersediaannya kurang, atau walaupun ketersediaannya cukup, namun persaingan
tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut,
yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.
4. Pemasangan,
yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah
daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan
sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemasangan terlalu
tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman jenis.
5. Kestabilan
iklim, makin stabil, suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu lingkungan
tersebut. Lingkungan yang stabil, lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.
6. Produktifitas,
juga dapat menjadi syarat mutlak unuk keanekaragaman yang tinggi.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini diantaranya yaitu pinset, botol sampel, dan
Sweeping net.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu alkohol 70 % dan serangga.
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang
dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
A. Cara pengambilan sampel :
1. Lokasi
dipilih pada padang rumput yang ada di sekitar kampus, kemudian lakukan
penangkapan serangga dengan menggunakan sweeping net.
2. Ayungkan
ke kiri dan ke kekanan sweeping net di permukaan padang rumput, setiap
melangkah 1 kali ayunkan, dilakukan 10 kali ayunan (10 langkah) kedepan lalu
berbalik dan kembali sweeping net diayunkan sebanyak 10 kali (10 langkah).
3. Sweeping
net digulung agar serangga tidak lepas, kemudian serangga dimasukkan kedalam
botol sampel kemudian botol diisi alkohol 70% yang berfungsi untuk membunuh
sampel yang telah diperoleh.
4. Lakukan
penjaringan serangga dengan Sweeping net sebanyak 10 kali pada lokasi yang
berbeda di padang rumput.
B. Cara kerja di laboratorium :
1. Sampel diambil dan
dituangkan ke dalam wadah dan secara acak diambil satu persatu dengan pinset.
2. Usahakan
serangga yang tadi diambil satu per satu secara acak.
3. Serangga
no.1 diamati, kemudian pada lembar kerja berilah tanda + , kemudian serangga
no.2 diambil dan diletakkan berdampingan dengan serangga no.1 dan amati. Jika
serangga no.2 berbeda dengan no.1 beri tanda + pada lembar kerja, tetapi
apabila sama, maka beri tanda 0 pada
lembar kerja.
4. Masukkan
serangga no.1 kembali kedalam botol yang lain, kemudian lanjutkan pengamatan
dengan mengambil sampel no.3, lakukan seperti point 7 sampai semua sampel
teramati.
5. Perhatikan
bahwa tiap serangga yang diambil hanya dibandingkan dengan hewan sebelumnya.
6. Setelah
selesai pengamatan sampel, lakukan perhitungan indeks keanekaragaman atau
indeks diversitas (LD) Kennedy :
7. Lakukan
pengamatan beberapa kali dan diambil harga rata-ratanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Parameter Keanekaragaman :
< 0,5 = Keanekaragaman Rendah
0,5 – 0,7 = Keanekaragaman Sedang
0,7 - 1 = Keanekaragaman Tinggi
IV.2
Analisis Data
IV.2.1 Analisis Data Lokasi I
Total jumlah spesimen = 9
Total jumlah tanda + = 9
ID K =
=
= 1 (tingkat
keanekaragaman tinggi)
IV.2.2 Analisis Data Lokasi II
Total jumlah spesimen = 10
Total jumlah tanda + = 8
ID K =
=
= 0,8 (tingkat
keanekaragaman tinggi)
IV.2 Pembahasan
Keanekaragaman
merupakan kekayaan hidup organisme di bumi, berupa tumbuhan, hewan,
mikroorganisme, dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang
dibangunnya menjadi lingkungan hidup. Jadi, keanekaragaman hayati harus dilihat
dari tiga tingkatan yaitu tingkat variasi
genetik, variasi spesies, dan variasi habitat atau ekosistem. Pada percobaan
ini dilakukan analisis terhadap serangga dalam sebuah ekositem padang rumput
pada dua lokasi yang berbeda untuk mengetahui tingkat keanekaragaman serangga
tersebut.
Pada percobaan ini
dilakukan penangkapan serangga dengan menggunakan sweeping net dengan cara
mengayunkan sweeping net sabanyak 10 kali (10 langkah) kemudian berbalik dan
mengayunkannya lagi sebanyak 10 kali (10 langkah). Penangkapan ini dilakukan pada
dua lokasi yang berbeda yang telah ditentukan.
Dari hasil
pengkapan dengan menggunakan sweeping net pada lokasi I diperoleh serangga atau
spesimen sebanyak 9, dengan jumlah + sebanyak 9 yang berarti jumlah + sama
dengan jumlah spesimen. Sedangkan Dari hasil pengkapan dengan menggunakan
sweeping net pada lokasi II diperoleh serangga atau spesimen sebanyak 10,
dengan jumlah + hanya 8. Untuk mengetahui apakah serangga yang kita peroleh
termasuk golongan tingkat keanekaragaman tinggi, sedang atau rendah, maka kita
perlu menggunakan indeks Kennedy.
Serangga yang kita
peroleh dari penangkapan tersebut dan telah diuji dengan menggunakan indeks
Kennedy, dimana pada lokasi I diperoleh indeks Keneddy sebesar 1 yang
menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi. Pada lokasi II diperoleh indeks
Keneddy sebesar 0,8 yang juga menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Dari hasil yang diperoleh dimana menunjukkan bahwa pada kedua lokasi tersebut
keanekaragaman serangganya masih tinggi. Namun, kebenaran data ini masih belum
akurat diakibatkan karena beberapa faktor, diantaranya waktu pengambilan sampel
dan cara pengambilan sampel. Faktor waktu yang dimaksud adalah dimana
pengambilan sampel dilakukan dimana matahari telah terbut jadi sebagian
serangga telah terbang untuk pergi mencari makan sehingga sampel yang diperoleh
belum bisa mewakili tingkat keanekaragaman dari tempat tersebut. Selanjutnya
dari cara pengambilan sampel, dimana sewaktu pengambilan sampel, pengayunan
sweeping net kebanyakan berada pada bagian atas rumput sehingga serangga atau
sampel yang masuk ke dalam sweeping net adalah serangga yang terbang sehingga
sampel tersebut belum bisa mewakili keanekaragaman tempat tersebut. Selain itu
jumlah spesimen yang sedikit belum bisa mewakili dari tingkat keanekaragaman
tempat tersebut.
Namun berdasarkan
hasil yang diperoleh tersebut dapat simpulkan bahwa lingkungan tempat
pengambilan sampel tersebut sudah cukup stabil, artinya lingkungan tempat
pengambilan sampel belum terpengaruh oleh hal-hal yang bisa membuat populasi
serangga di tempat itu berkurang, pencemaran yang terjadi di danau Unhas belum
memberi pengaruh yang cukup berarti pada serangga yang berada disekitar danau.
Keanekaragaman organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor
tersebut adalah faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil,
yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah
penting dari segi ekologi karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila
habitat, stabil atau sesuai dengan komunitas bersangkutan.
Dengan keadaan lingkungan yang relatif
stabil, serangga masih dapat menambah atau memperbesar jumlah populasinya serta
memperbanyak variasi individunya. Tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat
nanti populasi dari serangga akan berkurang begitu pula dengan
keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya pencemaran
lingkungan, aktivitas manusia yang dapat mempersempit habitat serangga tersebut
serta makanan yang tersedia mulai berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara
serangga menjadi tinggi sehingga serangga banyak yang melakukan emigrasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa indeks keanekaragaman
serangga di padang rumput tepatnya di sekitar danau, dikategorikan tinggi
karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan serangga mampu beradaptasi karena
lokasi pengamatan itu yang memiliki padang rumput yang subur.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengambilan sampel
dan pengujian dengan menggunakan Indeks Keneddy, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Dari hasil pengambilan sampel pada dua
lokasi yang berbeda diperoleh Indeks Keneddy pada lokasi I sebesar 1 yang
menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi dan pada lokasi II diperoleh
Indeks Keneddy sebesar 0,8 yang menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
2.
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah secara acak pada lokasi yang berbeda yang kemudian dianalisis
dengan Indeks Keneddy yang membantu dalam menunjukkan parameter tingkat
keanekaragaman hayati pada suatu lokasi.
V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini sebaiknya pengambilan sampel
dilakukan labih awal agar data atau sampel yang diperoleh dapat mewakili dari
keanekaragaman yang terdapat pada lokasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Azkinin, G., 2011. Keanekaragaman Hayati di Indonesia. http://edukasi-pustaka.blogspot.com/2011/12/keanekaragaman-hayati-di-indonesia.
html. Diakses pada tanggal
12 April 2013 pukul 06.00 WITA.
Lakitan, B., 1994. Ekologi.
PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Michael,
P. E., 1994. Metode Ekologi untuk
Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Oka,
I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu
dan Implementasinya di indonesia. Universitas Gadja Mada-Press, Yokyakarta.
Putra,
N.S., 1994. Serangga di sekitar kita.
Kanisius, Yokyakarta.
Umar,
R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Wolf,
L., 1992. Ekologi Umum. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.