LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN VII
METODE SAMPLING BIOTIK UNTUK MENDUGA
POPULASI HEWAN BERGERAK
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
JUM’AT/ 19 APRIL 2013
KELOMPOK :
5 (LIMA) B
ASISTEN :
ANWAR
: YULIANI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kepadatan populasi satu jenis atau
kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per
unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan.
Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk
menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat.
Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung
dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang
terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam
bentuk persentase (Suin, 1989).
Populasi
adalah kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis yang mendiami suatu ruangan
khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik
individu dalam kelompok itu. Salah satu hal yang
berkaitan erat dengan populasi adalah jumlah atau yang biasa disebut kepadatan
populasi, yang menyatakan cacah individu di dalam satuan luas atau volume
tertentu. Untuk mengetahui jumlah atau kepadatan populasi dapat dilakukan
dengan banyak metode tergantung dengan keadaan sekitarnya. Salah satu metode
yang paling akurat untuk mengetahui kepadatan populasi di suatu wilayah adalah
dengan melakukan sensus. Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah lokasi
penelitian. Misalnya jika penghitungan sensus dengan lokasinya berada di hutan
terbuka dengan hewan liar seperti ular yang akan dihitung kerapatan
populasinya. Pergerakan hewan yang akan dihitung juga mempengaruhi keakuratan
sensus
(Soegianto, 1994).
Dalam
kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutlak suatu populasi
ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak
ialah dengan cara melalui
metode Capture-Reacapture dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan
melalui metode removal sampling yakni dengan menggunakan metode Zippin. Hal ini
melatar belakangi diadakannya percobaan tentang metode sampling biotik untuk
menduga populasi hewan bergerak.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1.
Untuk menduga atau mengetahui populasi dari suatu areal dengan menggunakan
metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
2.
Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling
organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan selama 2 hari. Pengambilan
dan penandaan sampel pertama dilakukan pada hari Juma’t, 19 April 2013 pukul 06.00 - 07.30 WITA, bertempat di danau
Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel kedua dan analisis data dilakukan
pada hari Sabtu, 20 April 2013 pukul 06.00 – 08.00 WITA, bertempat di danau Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi
ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok
lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu
ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta,1992).
Ukuran
populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa
populasi mempertahankan ukuran poulasi yang relatif konstan sedangkan pupolasi
lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu
eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan
tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran
dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami di alam (Naughton, 1973).
Untuk
mengetahui jumlah atau kepadatan populasi dapat dilakukan dengan banyak metode
tergantung dengan keadaan sekitarnya. Salah satu metode yang paling akurat
untuk mengetahui kepadatan populasi di suatu wilayah adalah dengan melakukan
sensus. Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah lokasi penelitian.
Misalnya jika penghitungan sensus dengan lokasinya berada di hutan terbuka
dengan hewan liar seperti ular yang akan dihitung kerapatan populasinya.
Pergerakan hewan yang akan dihitung juga mempengaruhi keakuratan sensus (Soegianto, 1994).
Bila jumlah
unsur populasi itu terlalu banyak, akan membutuhkan waktu dan biaya yang lebih untuk mengukurnya. Karakteristik
sampel disebut statistik dalam hal ini parameter dari statistic harus diperhatikan secara cermat. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori
sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam
populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased
sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah
sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi
untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang
dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut
galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan
antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus (Soegianto, 1994).
Sampel tak bias adalah sampel yang
ditarik berdasarkan probabilitas (probability sampling). Dalam
sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu
untuk dipilih. Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness),
maka sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita
mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita
memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sample
non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa
alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut
rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design) (Heddy, 1986).
Penarikan Sampel Secara Random sistematis (Systematic Random Sampling) Teknik ini merupakan pengembangan teknik sebelumnya
hanya bedanya teknik ini menggunakan urutan-urutan yang alami. Caranya ialah
pilih secara random dimulai dari antara ngka 1 dan integer yang terdekat
terhadap ratio sampling (N/n); kemudian pilih item-item dengan interval dari
integer yang terdekat terhadap ratio sampling.Keuntungan menggunakan sampel ini ialah peneliti menyederhanakan
proses penarikan sampel dan mudah dicek; dan menekan keanekaragaman
sampel.Kerugian ialah apabila interval berhubungan dengan pengurutan periodik
suatu populasi, maka akan terjadi keaneka-ragaman sampel (Priyono, 2008).
Salah satu cara penarikan sampel dalam metode ini ialah misalnya
mengambil setiap nama ke 10 dari directori nomor telepon sehingga penarikan
responden akan mempunyai interval 10. Dalam kasus seperti ini, cara pemilihan
akan menjadi nonprobabilitas kecuali direktori telepon itu sudah dalam
bentuk random (Priyono, 2008).
Penentuan
besar kecilnya ukuran sampel tergantung pada antara lain, derajat Keseragaman
Populasi (degree of homogenity). Semakin tinggi tingkat homogenitas
populasi semakin kecil ukuran sampel yang boleh diambil, semakin rendah tingkat
homogenitas populasi semakin besar ukuran sampel yang harus diambil, Tingkat
Presisi yang diinginkan (level of precisions). Semakin tinggi tingkat
pesisi yang diinginkan peneliti, semakin besar sampel yang harus diambil
(Sugiana, 2008).
Untuk menghitung populasi hewan bergerak terdapat dua cara yakni secara langsung
dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan. Misalnya
untuk menghitung populasi rumput di suatu kebun dapat digunakan metode kuadrat
rumput, untuk hewan yang relatif mudah ditangkap dapat dilakukan dengan metode
CMR atau Capture- Mark- Recapture dalam bahasa indonesia adalah “ tangkap
tandai dan tangkap kembali” (Soegianto,
1994).
Capture, Mark, Release, Recapture (CMMR)
yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode
pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung
perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang
akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil
dapat dibuat dalam sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai
suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada
waktu yang khusus
(Hadisubroto, 1989).
Karakteristik dasar populasi adalah
besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara
penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti
berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk
tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil
populasi pada rumus Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak
biasanya digunakan metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhana
untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat
seperti ikan, burung dan mamalia kecil (Naughton, 1973).
Banyaknya
variabel yang diteliti dan rancangan analisis yang akan digunakan. Semakin
banyak variabel yang akan dianalisis, misalnya dengan menggunakan rancangan
analisis tabulasi silang atau uji chi-square of independen (uji
chi kuadrat), mengingat adanya persyaratan pengujian hubungan antarvariabel
yang tidak membolehkan adanya nilai frekuensi hasil penelitian < 1, maka
ukuran sampelnya harus besar serta alasan-alasan Peneliti (waktu, biaya,
tenaga, dan lain-lain) (Sugiana, 2008).
Model Peterson menangkap sejumlah
individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang
ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu
yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan (Penangkapan Ke 2 terhadap
sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah
diidentifikasi individu yang bertanda yang
berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil
penangkapan ke dua (Tarumingkeng, 1994).
Metode
Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran populasi
alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture-Recapture
sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode Removal Sampling
yang tidak melepaskan kembali hewan yang
telah disampling. Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin yang
dilakukan dengan cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali, kemudian
dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan
tidak dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat
diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, tinta cina, dan sweeping net.
III.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah serangga
yang terdapat pada areal yang akan diamati.
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang
dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Cara pengambilan sampel :
A. Metode
Lincoln-Peterson
a.
Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian dilakukan
penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Periode penangkapan 1).
b.
Dalam percobaan ini yang akan diperhatikan populasinya adalah serangga
sehingga penangkapan dilakukan dengan sweeping net.
c.
Pada daerah yang telah ditentukan, sweeping net diayunkan sebanyak 2 kali
dalam satu langkah dengan total keseluruhan langkah 5 langkah kedepan dan 5
langkah ke belakang. Penangkapan dilakukan sebanyak 2 kali.
d.
Serangga yang diperoleh kemudian ditandai dengan menggunakan tinta cina,
selanjutnya dilepaskan kembali dihabitatnya, catat jumlahnya sebagai M.
e.
Dalam selang 24 jam dilakukan penangkapan yang kedua dengan jumlah ulangan
penangkapan sesuai dengan jumlah ulangan penangkapan pada periode pertama. Serangga
yang ditangkap kemudian dikumpulkan dan dicatat jumlahnya sebagai n.
f.
Serangga yang diperoleh kemudian diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya
serangga yang bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua, catat jumlahnya
sebagai R.
B.
Metode Zippin
a.
Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian dilakukan
penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Periode penangkapan 1).
b.
Dalam percobaan ini yang akan diperhatikan populasinya adalah serangga
sehingga penangkapan dilakukan dengan sweeping net.
c.
Pada daerah yang telah ditentukan, sweeping net diayunkan sebanyak 2 kali
dalam satu langkah dengan total keseluruhan langkah 5 langkah kedepan dan 5
langkah ke belakang. Penangkapan dilakukan sebanyak 1 kali.
d.
Serangga yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel sebagai
nilai n1. Pada metode ini tidak dilakukan pelepasan hewan kembali.
e.
Dalam selang 24 jam dilakukan penangkapan yang kedua dengan jumlah ulangan
penangkapan sesuai dengan jumlah ulangan penangkapan pada periode pertama. Serangga
yang ditangkap kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang
kedua serta dicatat jumlahnya sebagai n2.
2. Cara Analisis Data :
A. Metode
Lincoln-Peterson
a.
Serangga yang diperoleh kemudian dihitung dengan
ketentuan M adalah jumlah individu yang ditangkap pada penangkapan pertama dan
ditandai, n adalah jumlah individu tertangkap pada penangkapan kedua baik yang
bertanda maupun tidak, dan R adalah individu yang bertanda yang tertangkap pada
penangkapan kedua.
b.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode Lincoln-Peterson.
B. Metode Zippin
a.
Serangga yang terdapat di dalam botol sampel 1 dan 2
kemudian dihitung sebagai nilai untuk n1 dan n2.
b.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode Zippin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Hasil Pengamatan Metode
Lincoln-Peterson
Tabel
1 Data Hasil Pengamatan Metode Lincoln-Peterson
No.
|
Parameter
|
Jumlah (n)
|
1.
|
M
|
24
|
2.
|
n
|
18
|
3.
|
R
|
0
|
Keterangan :
M = Jumlah individu tertangkap pada
penangkapan pertama yang ditandai.
n = Jumlah individu tertangkap pada
penangkapan ke II (bertanda dan tidak bertanda).
R = Jumlah individu bertanda yang
tertangkap pada penangkapan kedua.
IV.1.2 Hasil Pengamatan
Metode Zippin
Tabel
1 Data Hasil Pengamatan Metode Lincoln-Peterson
No.
|
Parameter
|
Jumlah (n)
|
1.
|
n1
|
18
|
2.
|
n2
|
12
|
Keterangan :
n1 = Jumlah hewan yang
tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada penangkapan pertama.
n2 = Jumlah hewan yang
tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada penangkapan kedua.
IV. 2 Analisis Data
IV.2.1 Analisis Data Metode
Lincoln-Peterson
a. Jumlah Total Individu
b. Kesalahan Baku
c. Selang Kepercayaan
N (t) (SE) t = (dfa)
Selang kepercayaan tidak ada karena
data menunjukkan nilai tak hingga.
Dimana df = derajat bebas (tabel
distribusi f)
a =
tingkat signifikansi (0,05 atau 0,01)
IV.2.2 Analisis Data Metode Zippin
a. Jumlah Total Individu
b. Kesalahan Baku
c. Selang Kepercayaan
N (t) (SE) t = (dfa)
54 (1,67) (32,82)
54 54,809
Selang kepercayaan berada pada nilai 54
+ 54,809 = 108,809 dan 54 – 54,809 =0,809.
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini
digunakan dua metode sampling, yang pertama metode Capture Recapture melalui
Metode Linclon Peterson dan yang kedua metode removal sampling melalui metode
Zippin. Pada Metode Lincoln Peterson dilakukan dengan cara menangkap serangga
kemudian serangga yang ditangkap pada penangkapan pertama kemudian ditandai.
Serangga yang diperoleh pada penangkapan pertama sebanyak 24 yang kemudian
ditandai dan setelah itu serangga tersebut dilepaskan kembali, dalam selang
satu hari, kemudian dilakukan penangkapan ulang pada areal tempat penangkapan
serangga yang pertama, hasilnya diperoleh serangga sebanyak 18 ekor namun
diantara serangga ini tidak ada satupun serangga yang bertanda pada penangkapan
pertama yang kembali ditangkap pada penangkapan yang kedua. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode Lincoln Peterson, hasil yang
diperoleh dimana nilainya sama dengan tak terhingga karena R=0, pembagi nol
menyebabkan hasil yang diperoleh tidak berhingga.
Dapat
disimpulkan bahwa lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut terjadi
migrasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya dorongan
mencari makanan, menghindari predator, atau mungkin karena terbawa angin atau
air karena pada saat penangkapan hari kedua tidak ada serangga yang ditandai
(penangkapan pertama). Peristiwa ini terjadi karena kemungkinan besar serangga
tersebut dimakan oleh predator, dan terjadi migrasi akibat adanya beberapa
factor di atas. Hal ini juga didukung oleh karena pada
sore hari sebelum hari penangkapan serangga yang kedua terjadi hujan yang
sangat deras sehingga mengakibatkan kacaunya data yang diperoleh selain itu
areal yang diamati berada pada areal terbuka tanpa daerah penutup seperti
adanya pohon, sehingga air hujan langsung turun mengenai areal tempat percobaan
ini yang kemungkinan besar menyebabkan tanda pada tubuh serangga tersebut
hilang akibat dari air hujan, hal ini karena tinta yang digunakan mudah luntur
oleh air. Hal lainnya dikarenakan serangga yang ditangkap sebagian besar
berukuran sangat kecil sehingga sangat sulit kemungkinan tertangkapnya kembali
sangat sulit, dan areal tersebut kemungkinan bukan merupakan habitat dari
serangga itu sehingga pada penangkapan yang kedua tidak diperoleh kembail
serangga yang bertanda.
Metode Capture
recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga populasi alami. Hal ini
disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture recapture pada
kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan seperti halnya yang terjadi didalam
percobaan dimana nilai yang diperoleh tidak mampu untuk menduga secara valid
populasi hewan di areal tersebut.
Metode lainnya
yang digunakan dalam percobaan ini adalah melalui metode Zippin dimana melaui
metode ini dilakukan penangkapan pada serangga yang tidak dilepaskan kembali (n1),
kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan
juga tidak dilepaskan kembali (n2). Dari hasil yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan meggunakan metode Zippin dimana diperoleh jumlah
individu sebanyak 54 dengan standart error sebesar 32,82 dan selang kepercayaan
antara 0,8 – 108,8.
Hal-hal
yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan kesalahan pada percobaan adalah
cara penangkapan serangga, luas area, kondisi lingkungan dan suhu sekitar
lingkungan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengambilan sampel
dan pengujian dengan menggunakan Metode Lincoln
Peterson dan Metode Zippin, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Berdasarkan Metode Lincoln Peterson
diperoleh jumlah populasi yang tidak terbatas sedangkan dengan menggunakan
Metode Zippin diperoleh jumlah populasi sebesar 54. Hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan
kesalahan pada percobaan adalah cara penangkapan serangga, luas area, kondisi
lingkungan dan suhu sekitar lingkungan.
2.
Teknik-teknik sampling organisme diantaranya termasuk metode Lincoln
peterson dan metode Zippin yang mana data yang diperoleh nantinya akan
dimasukkan kedalam rumus-rumus sederhana untuk menganalisis populasinya.
V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini sebaiknya tinta yang
digunakan merupakan tinta yang tidak mudah luntur ketika terkena air.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisubroto,
T., 1989. Ekologi
Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Heddy, S., 1986. Pengantar
Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.
Naughhton, 1973. Ekologi
Umum edisi Ke 2. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Proyono, 2008. Ekologi Kuantitatif. http://www.scribd.com. Diakses
pada hari Minggu tanggal 21 April 2012 pukul 20.21 WITA.
Soegianto, A., 1994. Ekologi
Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Soetjipta, 1992. Dasar-dasar
Ekologi Hewan. DeptDikBud DIKTI, Jakarta.
Sugiana, 2008. Populasi dan metode Sampling. http://dankfsugiana.wordpress.
com. Diakses pada hari Minggu tanggal 21 April 2012 pukul 20.15 WITA.
Suin, N. M., 1989. Ekologi
Hewan Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.
Tarumingkeng, R.
C., 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jurusan
Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.