LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN II
KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
SELASA/ 2 APRIL 2013
KELOMPOK :
5 (LIMA) B
ASISTEN :
ANWAR
: YULIANI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting bagi
manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana makhluk
tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya (Wiwik, 2012)
Kelembaban
adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air dalam udara itu
berasal dari penguapan sedangkan penguapan itu sendiri adalah perubahan pase
cair menjadi fase uap air yang ringan dan akan naik ke atmosfir . Dalam
atmosfir senantiasa terdapat uap air dan kadar uap air ini selalu berubah-ubah
tergantung pada temperatur udara setempat. Meskipun uap air hanya merupakan
sebagian kecil saja dari semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya
tetapi merupakan komponen udara yang penting dari segi cuaca dan iklim. Data
klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban
relative (RH) (Mustanil, 2011).
Kelembaban merupakan salah satu
faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam karena merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi
aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical
dan horizontal. Kelembaban relatif dapat dihitung dengan menggunakan berbagai
metode dan instrumen. Ini adalah perhitungan untuk mengetahui berapa gram uap
air dapat diadakan pada suhu tertentu. Biasanya udara, hangat, kapasitas yang
semakin tinggi untuk menahan uap air. Setiap suhu tertentu memiliki batas
memegang air, dan jumlah aktual air diselenggarakan di udara pada saat
pengukuran dapat direpresentasikan dalam persentase (Umar, 2013).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1.
Untuk mengetahui
perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat / lokasi yang berbeda dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.
Untuk melatih
keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana
dalam mengukur kelembaban relatif udara.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 April 2013 pukul 15.00-18.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Pengambilan data di Laboratorium Biologi Dasar, Canopy Biologi, dan Pelataran MIPA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air diketahui
dapat berwujud padat, cair, atau gas. Air yang berbentuk gas disebut uap air.
Ketika kita berbicara mengenai kelembaban udara maka kita sesungguhnya kita
berbicara mengenai jumlah uap air. Ketika udara dikatakan “lembab”, itu berarti
udara mengandung banyak uap air (Bahri, 2012).
Kelembaban
udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap air ini penting
karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan menentukan
cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga ikut
mengatur suhu udara (Bahri, 2012).
Kelembapan
adalah konsentrasi uap air di udara. Angka
konsenrasi ini dapat diekspresikan dalam
kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut
higrometer. Sebuah humidistat
digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan
sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah
termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara
berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat
permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5%
pada 0 °C (Handoko, 1994).
Di
alam organisme tidak hanya beradaptasi terhadap lingkungan fisik dalam arti
tolenrasi saja, akan tetapi juga memamfaatkan periodesitas alami untuk mengatur
kegiatan dan memprogram kehidupannya. Misalnya di daratan iklim sedang,
kegiatan organisme disesuaikan dengan panjang hari (Soegiarto, 1990).
Pada
ekosistem, faktor-faktor tidak bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja
bersama-sama. Temperatur dan kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan
darat. Efek pembatas dari temperature bertambah hebat apabila kelembaban dalam
keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun rendah interaksi antara temperature dan
kelembaban seperti interaksi pada faktor lain yaitu tergantung kepada nilai
nisbi dan nilai mutlak dari setiap faktor
(Soegiarto, 1990).
Kelembaban adalah faktor ekologis
yang penting mempengaruhi aktifitas organisme dan membatasi penyebarannya
dengan keragaman harian, serta keragaman tegak dan mendatar. Kandungan uap air
itu sendiri atau bersama-sama dengan suhu merupakan faktor yang sangat penting
yang mempengaruhi ekologi mahluk-mahluk hidup daratan. Untuk mahluk-mahluk
hidup darat, kandungan uap air harus dianggap sebagai kelembaban dalam
astmosfir, air tanah untuk tanaman dan air minum untuk hewan-hewan. Banyak
hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia, isopoda, nematoda, sejumlah
serangga dan antropoda lainnya di temukan hanya pada habitat-habitat
atmosfernya jenuh dengan uap air (Michael, 1994).
Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran kelembaban
udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2) berat, pada benda-benda higroskopis,
serta (3) metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum
disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut
psikrometer (Gunarsih, 1990).
Menurut Bahri (2012) kelembapan udara menggambarkan kandungan uap air di
udara. Kandungan uap air di udara (atmosfer) dapat diukur berdasar beberapa cara:
1. Kelembapan mutlak menggambarkan kandungan uap air
dalam satu satuan massa udara.
2. Kelembapan Spesifik, menggambarkan perbandingan massa uap air yang ada di udara dengan satu
satuan massa udara. Contoh : Kelembapan spesifik udara = 12 g. kg-1
3. Tekanan Uap Air, menggambarkan
tekanan vertikal uap air dalam udara
Bila kandungan uap air terus meningkat maka udara akan jenuh uap air dan
disebut tekanan uap air jenuh.
Bila kandungan uap air terus meningkat maka udara akan jenuh uap air dan
disebut tekanan uap air jenuh.
4. Kelembapan Relatif / Nisbi, menggambarkan perbandingan jumlah uap air di udara (kel aktual) dengan
jumlah uap air maksimum di udara (kel potensial).
Bila kelembaban aktual dinyatakan dlm tekanan uap aktual (ea) dan kel potensial dinyatakan dlm tekanan uap jenuh (es), maka Kelembapan Relatif Udara = ea / es x 100 % . Tekanan uap jenuh (es) bergantung pada suhu, bila suhu naik, es akan meningkat dan sebaliknya, sehingga pada ea yang tetap maka kelembapan relatif akan menurun bila suhu meningkat. Bila nilai ea = es maka kelembapan relatif = 100 % dan suhu dimana tercapai nilai ea = es disebut suhu titik embun (dew point temperature).
Bila kelembaban aktual dinyatakan dlm tekanan uap aktual (ea) dan kel potensial dinyatakan dlm tekanan uap jenuh (es), maka Kelembapan Relatif Udara = ea / es x 100 % . Tekanan uap jenuh (es) bergantung pada suhu, bila suhu naik, es akan meningkat dan sebaliknya, sehingga pada ea yang tetap maka kelembapan relatif akan menurun bila suhu meningkat. Bila nilai ea = es maka kelembapan relatif = 100 % dan suhu dimana tercapai nilai ea = es disebut suhu titik embun (dew point temperature).
5. Defisit Tekanan Uap, menggambarkan selisih antara tekanan uap jenuh dengan tekanan uap aktual (es
-ea).
6. Sebaran Kelembapan Udara
a.
Sebaran menurut Waktu
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada
polasebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari.
Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan
meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di
udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian
sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari
pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi
& pola suhu pada perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda
yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun.
b. Sebaran Menurut Tempat
Kelembapan nisbi menurut tempat
tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap
air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat
ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya.
7. Kelembapan Dan Aktivitas Organisme.
Kelembaban tanaman dipengaruhi
oleh permukaan daun dimana daun yang permukaannya lebar unruk mempercepat
proses transpirasi. Kelembapan relatif udara dapat mendukung berkembangnya
pertumbuhan penyakit tanaman. Contoh : Perkembangan spora Exobasidium
vexans (penyakit cacar teh). Fase Pertumbuhan Kelembapan Relatif Udara (%) yaitu
pelepasan spora, perkecambahan spora dan pertumbuhan. Hama Tanaman merupakan
faktor pembatas penyebaran serangga karena berpengaruh terhadap pertumbuhan,
perkembangan dan keaktifan serangga.
Kelembaban
udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan
kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara
udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan
larutan, maka air dari larutan larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi
keseimbangan antara potensi air dengan potensi air larutan. Potensi air udara
berhubungan dengan kelembaban relatif udara tersebut (Lakitan, 2002).
Dalam kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu kelembaban
mutlak, kelembaban specifik dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakkan dalam
gram/ m, kelembaban specifik merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara yang
dinyatakkan dalam gram/ kilogram, sedangkan kelembaban relatif
merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah
maksimum uap air yang kandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakkan
dalam persen ( % ) (Gunarsih, 1990).
Kelembaban
relatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang terkandung
di dalam campuran air-udara dalam fasa gas Kelembaban relatif dari suatu
campuran udara air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air
dalam campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut. Perhitungan
kelembaban relatif ini merupakan salah satu data yang dibutuhkan (selain suhu,
curah hujan, dan observasi visual terhadap vegetasi) untuk melihat seberapa
kering areal perkebunan sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat potensi
kebakaran lahan (Santoso, 2007).
Cara yang lebih
praktis yaitu dengan menggunakan 2 termometer, yang basah dan kering. Prinsipnya
semakin kering udara, maka air semakin mudah menguap.karena penguapan butuh
kalor maka akan menurunkan suhu pada thermometer basah. Sedangkan termometer
kering mengukur suhu aktual udara. Akibatnya jika perbedaan suhu antara
keduanya semakin besar, maka artinya kelembaban relatif udara semakin rendah.
Sebaliknya jika suhu termometer basah dan thermometer kering sama, artinya
udara berada pada kondisi lembab jenuh (Santoso, 2007).
Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam
lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga diakui sebagai
bagian yang paling penting dari iklim. Interaksi antara temperature dengan
kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada
nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Sehingga temperatur memberikan
efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan
kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat
rendah, daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja. Demikian juga,
kelembaban memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan temperature
ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek laindari asas mengenai factor
interaksi (Odum, 1994).
Menurut Umar
(2013) tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada
beberapa faktor yaitu:
a. Suhu
b. Tekanan udara
c. Pergerakan angin
d. Kuantitas dan kualitas
penyinaran
e. Vegetasi
f. Ketersediaan air di
suatu tempat (air, tanah, perairan).
Pada ekosistem,
factor-faktor tidak bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersam-sama.
Temperatur dan kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek
pembatas dari temperature bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan
ekstrim, yaitu tinggi maupun rendah interaksi antara temperature dan kelembaban
seperti interaksi pada factor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan
nilai mutlak dari setiap factor (Suryati, 2007).
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang
hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari
permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi
matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses
kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara.
Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan
berkurang (Benjamin, 1994).
Suhu
menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin
panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki
oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik
itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut
(Santoso, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Sling
Psychrometer, Hand Sprayer, karet gelang, dan tabel kelembaban relatif udara.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah kapas
dan air.
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang
dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.
Pertama alat Sling
Psychrometer diambil dari tempatnya, kemudian
tarik keluar
thermometer kering dan basah dari kotak skala pada alat tersebut.
2.
Setelah itu salah satu
ujung termometer dimana terdapat
sumbu yang menghubungkan antara kotak/tempat
pembasahan dengan ujung thermometer basah harus diperhatikan. Kalau sumbu tidak
tersambung/terbalut dengan salah satu ujung termometer, terlebih dahulu sumbu tersebut disambungkan pada ujung
thermometer basah.
3.
Sumbu
tersebut dibasahi dengan air secukupnya, kemudian
tutup kotaknya.
4.
Langkah berikutnya adalah termometer
basah dan kering diayunkan dengan cara memutar
mutarnya di udara seperti baling baling.
5.
Setelah pemutaran dilakukan
pengamatan/pembacaan setiap 3 menit
pengayunan pada thermometer basah dan kering (catat pada lembar kerja anda),
jumlah pengamatan sesuai sebanyak 3 kali,
dengan interval waktu setiap pengamatan kurang lebih 2 menit.
6.
Dibuat tabel hasil pembacaan pada
setiap lokasi pengamatan yang berbeda.
7.
Untuk pembacaan kelembaban relatif
udara dapat dilakukan dengan mendempetkan hasil pembacaan skala termometer basah dan
kering pada skala yang terdapat pada Sling Psychrometer tersebut.
8.
Langkah pertama sampai terakhir diulangi untuk pengukuran pada tempat yang
berbeda seperti di Canopy dan Pelataran MIPA.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
Tabel Pengamatan menggunakan
Sling Psychrometer
Tempat
|
No.
|
Termometr
Basah 0C
|
Termometer
Kering 0C
|
KR
%
|
Pelataran MIPA
|
1
2
3
|
18
15
14
|
32
30
26
|
19
15
29
|
Rata-rata
|
|
15,6
|
29,3
|
21
|
Canopy
|
1
2
3
|
27
26
25
|
28
26
27
|
94
100
91
|
Rata-rata
|
|
26
|
27
|
95
|
Dalam Ruangan
|
1
2
3
|
28
29
28,5
|
30,3
31
32
|
71
87
73
|
Rata-rata
|
|
28,5
|
31,1
|
77
|
IV.2 Pembahasan
Percobaan
kelembaban relatif udara dilakukan pada tiga tempat yang berbeda yakni di dalam
laboratorium, pelataran MIPA dan Canopy. Untuk mengukur kelembaban relatif
udara dari ketiga tempat tersebut, pengukuran dilakukan dengan mengunakan
alat yakni sling psychrometer dimana alat ini terdiri dari termometer basah dan
termometer kering. Pengukuran dengan alat ini untuk membandingkan kelembaban
ditiga tempat berbeda tersebut. Pengukuran dengan menggunakan termometer
dilakukan dengan cara memutar-mutar sling Pscycrometer selama 3 menit setelah
itu hasil yang diperoleh lalu dicatat kemudian simpan alat selama 2 menit untuk
dinormalkan kemudian putal lagi.
Hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Percobaan dalam laboratorium
Pada percobaan yang dilakukan dalam laboratorium kelembaban relatifnya sangat lumayan
yakni 77%. Hal ini diakibatkan karena dalam ruangan suhunya relatif tetap serta
tidak adanya pergerakan angin juga penyinaran matahari tidak langsung, sehingga
banyak terdapat uap air disini. Namun, angka ini belum setinggi kelembaban
relatif udara di Canopy, hal ini dikarenakan tidak adanya vegetasi dan
pergerakan angin dalam ruangan kurang sehingga kelembaban udaranya juga rendah.
2. Percobaan di Canopy (dibawah
pohon)
Pada
percobaan pengukuran kelembaban udara yang dilakukan di Canopy dengan
menggunakan alat Sling Psycrhometer dimana diperoleh bahwa kelembaban
relatifnya sebesar 95%. Angka ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada
ditempat-tempat lain, hal ini terjadi karena vegetasi yang ada di Canopy tinggi
sehingga kelembaban relatif udara di Canopy juga tinggi. Sehingga salah satu
faktor yang menyebabkan tingginya kelembaban udara disuatu tempat dipengaruhi
oleh jenis vegetasinya. Apabila vegetasi pepohonannya tinggi maka kelembabab
udaranya juga tinggi.
3. Percobaan di pelataran MIPA
(tempat terbuka)
Percobaan yang dilakukan dipelataran MIPA dapat dilihat bahwa kelembaban
relatifnya sebesar 21%. Angka ini menunjukkan bahwa kelembaban relatif di
Pelataran MIPA rendah, ini mungkin saja terjadi karena pada saat percobaan
dilakukan cuaca tidak menentu serta suhunya yang tidak stabil sehingga
menyebabkan perbedaan pada kelembaban relatif ditempat ini.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa kelembaban relatif udara disuatu
tempat sangat dipengaruhi oleh suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas
dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketesediaan air pada suatu tempat.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian kelembaban
udara ditiga tempat berbeda dengan menggunakan Sling
Pcycrometer, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kelembaban
udara disuatu tempat tidak sama dengan tempat lain dimana kelembaban relatif di
dalam ruangan sebesar 77%, di Canopy 95% dan di pelataran MIPA 21%, hal dikarenakan
oleh kelembaban relatif udara pada suatu
tempat dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, tekanan udara, pergerakan
angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketersediaan air
disuatu tempat.
2.
Kelembaban
relatif udara dapat diukur dengan menggunakan sling Psychrometer dengan cara mendempetkan hasil
pembacaan skala termometer basah dan kering pada skala yang terdapat pada Sling
Psychrometer.
V.2 Saran
Saran
mengenai percobaan ini sebaiknya peralatan pada percobaan ini perlu
diperbanyak dan sebaiknya pihak
laboratorium mengganti alat-alat laboratorium yang telah rusak dan menambah
alat-alat yang akan digunakan agar pelaksanaan praktikum lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, A. R. S., 2012. Kelembaban
Relatif Udara pada Tempat Berbeda. http://andirizkiqhiqi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 03.20 WITA.
Gunarsih A. K., 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.
Handoko,
1994. Klimatologi Dasar: Landasan
Pemahaman Fisika
Atmosfer dan Unsur-Unsur
Iklim. PT Dunia
Pustaka Jaya, Jakarta.
Lakitan, 2002. Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Michael, 1994. Metode
Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Mustanil, A., 2011. Kelembaban Udara. http://blogamrulmustanil. blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 03.06 WITA.
Odum, E., 1994. Dasar-Dasar
Ekologi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Santoso,
A., 2007. Kolerasi. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 16 Maret 2012
pukul 03.15 WITA.
Soegiarto, 1990. Pengantar
Ekologi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Suryati, 2007. Pengantar Ekologi.
PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jurusan
Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Wiwik, 2012. Laporan Praktikum Kelembaban Udara. http://mimmusa-pudica.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 03.00 WITA.