Sunday, February 9, 2014

EKOLOGI UMUM: KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN I
KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT
NAMA                          : RISKY NURHIKMAYANI
NIM                               : H41112311
HARI/TANGGAL      : SELASA, 19 MARET 2013
KELOMPOK               : 5 (LIMA) B
ASISTEN                     : ANWAR
: YULIANI



LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam ilmu biologi, percobaan-percobaan yang dilakukan mencakup benda-benda hidup. Salah satu ciri yang membedakan makhluk hidup dengan benda mati adalah tumbuh dan berkembang. Sehingga setiap organisme di alam mengalami perkembangan dan pertumbuhan (Umar, 2013).
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran suatu organisme yang irreversible (tidak dapat kembali ke keadaan semula) karena adanya pembelahan sel, pembesaran sel, dapat disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan (Pratiwi, 2007).
            Setiap organisme di alam akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan meliputi tiga proses yaitu morfogenesis, diferensiasi, dan pertumbuhan. Akibat dari pertumbuhan adalah pertambahan panjang, lebar, diameter dan  dengan secara pasti akan diikuti pertambahan berat suatu organisme (Umar, 2013).
Berdasarkan uraian diatas berarti terdapat suatu hubungan antara panjang dan berat dimana pertambahan panjang suatu organisme selalu akan diikuti oleh pertambahan berat organisme akibat dari pertambahan volume tubuhnya. Hal ini melatar belakangi diadakannya percobaan tentang korelasi antara berat dan panjang.
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara panjang dengan pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2.      Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Maret 2013 pukul 15.00-17.00 WITA,  bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pertumbuhan dan Perkembangan
            Semua organisme mengalami proses perubahan biologis. Perubahan tersebut disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Berlangsungnya proses perubahan biologis dipengaruhi oleh tersedianya faktor-faktor pendukung. Perubahan tanaman kecil menjadi tanaman dewasa menghasilkan buah berawal dari satu sel zigot menjadi embrio, kemudian menjadi satu individu yang mempunyai akar, batang dan daun. Demikian pula hewan, tumbuh dari satu sel zigot menjadi embrio, kemudian berkembang menjadi satu individu lengkap yang mempunyai organ-organ yang dimiliki, seperi kaki, kepala dan tangan. Peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, tinggi) yang bersifat irreversibel disebut pertumbuhan (Subardi, 2008).
Pada dasarnya pertumbuhan  ada 3 macam yaitu (Umar,  2013) :
a.   Pertumbuhan allometrik yaitu variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian tubuh yang membantu memberi bentuk organisme
b.   Pertumbuhan determinan yaitu pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu. Ini umumnya merupakan ciri khas dari hewan
c.   Pertumbuhan intermediet yaitu pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup. Ini umumnya merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Sebagian besar tumbuhan tumbuh selama mereka masih hidup, suatu kondisi yang dikenal sebagai pertumbuhan tidak terbatas (indeterminate growth). Sebagian besar hewan sebagai pembanding, ditandai oleh pertumbuhan terbatas, maksudnya hewan akan berhenti tumbuh setelah mencapai suatu ukuran tertentu. Sementara tumbuhan yang utuh umumnya memperlihatkan pertumbuhan tidak terbatas, organ tumbuhan tertentu, seperti daun dan bunga, memperlihatkan pertumbuhan yang terbatas (Campbell dkk., 2000).
Sedangkan perkembangan adalah proses menuju dewasa. Indikator perkembangan tidak dapat diukur. Dengan demikian, perkembangan bersifat kualitatif yaitu tidak dapat dinyatakan dengan angka (Handayani, 2012).
Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda yang terjadi pada suatu organisme (Hamid, 2012).
Dalam melakukan pertumbuhan dan perkembangan, pertambahan panjang tanaman seringkali diikuti oleh pertambahan berat. Namun seringkali panjang individu tidak dapat menjamin dari berat tubuh individu tersebut. Misalnya, individu yang lebih pendek seharusnya memiliki berat yang kurang dibandingkan individu yang badannya tinggi, namun dalam kenyataan tidak demikian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu (Hadi, 2008) :
a.       Faktor internal
1.      Gen
Ukuran, bentuk, dan kecepatan tumbuh dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam kromosom. Gen-gen tersebut diariskan dari induk tumbuhan kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan mengatur pola dan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2.      Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani hormalin yang berarti penggiat. Hormon tumbuhan disebut fitohormon. Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan tumbuhan. Hormon juga dikenal sebagai zat tumbuh.
b.      Faktor eksternal
1.      Air dan Mineral
Tumbuhan memerlukan air dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air dan mineral diserap dari dalam tanah oleh akar. Air berfungsi sebagai pelarut dan untuk fotosintesis. Mineral seperti karbon, nitrogen, fosfat, kalsium, dan magnesium berguna sebagai bahan pembangun tubuh tumbuhan.
2.      Kelembapan
Kelembapan menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan rendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Keadaan ini dapat memacu laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
3.      Cahaya
Cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses ini menghasilkan makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh.
4.      Metagenesis
Siklus hidup tumbuhan memperlihatkan suatu pergiliran keturunan (metagenesis). Pergiliran keturunan meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit atau fase generatif merupakan tahap menghasilkan gamet haploid. Fase sporofit atau fase vegetatif merupakan tahap menghasilkan spora. Gametofit menghasilkan gamet haploid yang menyatu membentuk zigot.

II.2 Pengukuran
            Untuk mengukur panjang, lebar, diameter dan kedalaman lubang benda relatif kecil dibutuhkan ketelitian yang cukup baik, dan yang lazim digunakan adalah jangka sorong (vernir capiler) dengan nonius ketelitian pengukuran hingga 0,05 mm. Selain itu juga dibutuhkan timbangan dengan batas ketelitian 0,01 gram (berat). Skala pada jangka sorong biasanya dinyatakan dalam 1/10 inchi, dalam hal ini biasanya menggunakan satuan mm. Pada jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm skala nonius terdapat terdapat pada bagian yang dapat disorongkan pada skal, memiliki ukuran 9 mm yang dibagi menjadi 10 bagian. Pada jangka sorong yang dapat dibagi dengan skala 0,05 mm, nonius mempunyai panjang 19 mm atau lebih yang dibagi menjadi 10 bagian dan masing-masing dibagi dua lagi. Pada waktu melakukan pengukuran bila hasilnya tidak tepat pada garis mm, kelebihannya dapat dibaca pada skala nonius (Umar, 2013).
           
II.3 Korelasi
Koefisien korelasi merupakan alat statistic yang penting jika diterapkan pada situasi yang tepat. Harus diingat bahwa koefisien korelasi semata-mata menunjukkan keberadaan dan ketidak beradaan sebuah hubungan apakah positif atau negative antara dua variable. Hal itu seyogyanya tidak disimpulkan bahwa ini berarti sebuah variable adalah penyebab langsung dari yang lain. Bila koefisien korelasi semata-mata digunakan sebagai penunjuk pada beberapa proses hubungan antara dua variable, maka akan berguna bukannya menyesatkan. Ide koefisien korelasi dapat diperluas pada setiap jumlah variable (Resosoedarmo, 1990).
Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi (Handayani, 2012).
Korelasi ialah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua proporsi yang masing-masing proporsi mengandung 2 kriteria yang salah satu kriteria disebutkan dalam kedua proporsi tersebut. Korelasi terbagi atas (Santoso, 2007) :
1.     Korelasi Positif
Misalkan terdapat sebuah populasi yang anggotanya mengandung suatu kriteria P dan beberapa anggota juga memiliki kriteria Q. Maka, pada populasi tersebut P berkorelasi positif dengan Q jika proporsi Q dalam P bernilai lebih besar daripada proporsi Q dalam non-P. Atau sebaliknya, proporsi P dalam Q lebih besar dari proporsi P dalam non-Q.
2.    Korelasi Negatif dan Tidak Berkorelasi
Suatu korelasi negatif atau malah tidak ada korelasi antara dua proporsi, jika merujuk pada kasus pembelian dan iklan sabun, korelasi negatif terjadi jika proporsi dari kriteria yang mengingat dan membeli sabun lebih kecil daripada proporsi yang mengingat iklan dan tidak membeli sabun. Sedangkan kasus yang tidak berkolerasi bisa terjadi jika kedua proporsi tersebut memiliki tingkat proporsi yang sama (equal).
Ketika berbicara mengenai korelasi, biasanya orang (mahasiswa atau peneliti) akan berbicara mengenai korelasi antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran interval bukan kategorik. Sebenarnya pengertian korelasi juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran kategorik (Handayani, 2012).
Mencari korelasi antara dua kategori seperti panjang dan berat sangatlah penting karena di dalam ilmu biologi perikanan, hubungan panjang – berat ikan merupakan pengetahuan yang signifikan dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Hubungan panjang - berat ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk mengkonversi statistik hasil tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju – laju mortalitasnya. Disamping itu diperlukan juga dalam mengatur perikanan, yaitu menentukan selektifitas alat tangkap agar ikan – ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Hubungan panjang – berat ikan juga sangat penting artinya di dalam ilmu dinamika populasi, misalnya dalam menghitung hasil tangkapan per rekrut ( yield per recruit, Y/R ) dan biomasanya ( biomass per recruit, B/R ) (Manik, 2009).


BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spidol, kalkulator,  jangka sorong (0,05 mm), timbangan digital, kertas grafik, dan penggaris besi.

III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah biji nangka Artocarpus integra dan biji salak Salacca edulis.

III.3 Metode Kerja
            Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.      Semua alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
2.      Kertas grafik dibagi menjadi 15 bagian berbentuk kotak dengan spidol, panjang dibagi 5 bagian dan lebar dibagi 3 bagian.
3.      Setiap kotak diberi nomor mulai nomor 1 hingga 15.
4.      Biji Nangka Artocarpus integra diambil secara acak sebanyak 15 dan diletakkan pada kotak bernomor yang telah dibuat di kertas grafik tadi.
5.      Masing-masing biji kemudian diukur panjangnya dengan menggunakan jangka sorong, lalu hasilnya dituliskan pada kotak (satuan cm) di kertas grafik sesuai dengan nomor kotak dimana biji tersebut diambil.
6.      Biji yang sudah diukur kemudian ditimbang satu per satu beratnya serta catat hasil perolehan pada kotak.
7.      Biji diletakkan kembali ke tempat semula.
8.      Data yang diperoleh kemudian ditukar dengan kelompok 6 dengan percobaan biji salak  Salacca edulis.
9.      Data yang diperoleh dari pengukuran panjang dan berat biji nangka Artocarpus integra dan biji salak  Salacca edulis dianalisis dengan menggunakan data dari dua kelompok perhitungan masing-masing.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Tabel Data
A. Biji Nangka Artocarpus integra
No.
x (cm)
y (gram)
1
3,82 cm
5,52 gram
2
3,35 cm
4,80 gram
3
3,42 cm
4,22 gram
4
3,02 cm
4,24 gram
5
3,51 cm
5,14 gram
6
2,93 cm
3,86 gram
7
3,34 cm
4,46 gram
8
3,37 cm
4,76 gram
9
3,45 cm
5,80 gram
10
3,22 cm
5,50 gram
11
3,85 cm
6,56 gram
12
3,60 cm
4,36 gram
13
3,55 cm
4,28 gram
14
3,80 cm
5,74 gram
15
2,95 cm
3,18 gram
å
51,18 cm
72,42 gram
Rata-rata
3,41 cm
4,82 gram
Ket :    x = panjang biji (cm)
            y = massa biji (gram)
B. Biji Salak Salacca edulis
No.
x (cm)
y (gram)
1
2,00 cm
5,56 gram
2
2,31 cm
5,98 gram
3
2,03 cm
6,78 gram
4
2,25 cm
5,30 gram
5
2,16 cm
5,70 gram
6
2,11 cm
5,38 gram
7
1,96 cm
5,18 gram
8
2,25 cm
6,84 gram
9
2,14 cm
6,40 gram
10
2,09 cm
5,58 gram
11
2,31 cm
6,14 gram
12
2,61 cm
7,60 gram
13
2,49 cm
6,12 gram
14
2,35 cm
7,50 gram
15
2,12 cm
5,34 gram
å
33,18 cm
91,40 gram
Rata-rata
2,21 cm
6,09 gram
Ket :    x = panjang biji (cm)
            y = massa biji (gram)


IV.1.2 Analisis Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji
A.    Analisis Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Nangka Artocarpus integra
No.
Xi
Xi2
(Xi-X)
(Xi-X)2
Yi
Yi2
(Yi-Y)
(Yi-Y)2
(Xi.Yi)
1
3,82
14,59
0,41
0,1681
5,52
30,47
0,70
0,4900
21,08
2
3,35
11,22
-0,06
0,0036
4,80
23,04
-0,02
0,0004
16,08
3
3,42
11,69
0,01
0,0001
4,22
17,80
-0,60
0,3600
14,43
4
3,02
9,12
-0,39
0,1521
4,24
17,97
-0,58
0,3364
12,80
5
3,51
12,32
0,10
0,0100
5,14
26,41
0,32
0,1024
18,04
6
2,93
8,58
-0,48
0,2304
3,86
14,89
-0,96
0,9216
11,30
7
3,34
11,15
-0,07
0,0049
4,46
19,89
-0,36
0,1296
14,89
8
3,37
11,35
-0,04
0,0016
4,76
22,65
-0,06
0,0036
16,04
9
3,45
11,90
0,04
0,0016
5,80
33,64
0,98
0,9604
20,01
10
3,22
10,36
-0,19
0,0361
5,50
30,25
0,68
0,4624
17,71
11
3,85
14,82
0,44
0,1936
6,56
43,03
1,74
3,0276
25,25
12
3,60
12,96
0,19
0,0361
4,36
19,00
-0,46
0,2116
15,69
13
3,55
12,60
0,14
0,0196
4,28
18,31
-0,54
0,2916
15,19
14
3,80
14,44
0,39
0,1521
5,74
32,94
0,92
0,8464
21,81
15
2,95
8,70
-0,46
0,2116
3,18
10,11
-1,64
2,6896
9,36
å
51,18
175,84
0,03
1,22
72,42
360,47
0,12
10,83
249,75
a.      Panjang biji nangka Artocarpus integra
-        Panjang biji rata-rata (X)                     : 3,41 cm
-        Panjang biji maksimum (X maks)       : 3,85 cm
-        Panjang biji minimum (X min)            : 2,93 cm

b.      Berat biji nangka Artocarpus integra
-        Berat biji rata-rata (Y)                         : 4,82 gram
-        Berat biji maksimum (Y maks)            : 6,56 gram
-        Berat biji minimum (Y min)                : 3,18 gram
c.       Simpangan baku (Standar)
-        Simpangan baku panjang        :
   
-        Simpangan baku berat             :
                 
d.      Banyaknya kelas
Banyak kelas        = 1 + 3,3 log n
                             = 1 + 3,3 log 15 = 4,88
Nilai banyak kelas yang diperoleh = 4,88 berarti ada 5 kelas.
e.       Interval Panjang dan Berat
-       Interval Panjang          =
-       Interval Berat              =
f.       Tabel Distribusi
-        Tabel Distribusi Panjang
Kelas
Kelas Distribusi
Frekuensi
A
2,93 – 3,11
3
B
3,12 – 3,30
1
C
3,31 – 3,49
5
D
3,50 – 3,68
3
E
3,69 – 3,85
3
-        Tabel Distribusi Berat
Kelas
Kelas Distribusi
Frekuensi
A
3,18 – 3,85
1
B
3,86 – 4,53
6
C
4,54 – 5,21
3
D
5,22 – 5,89
4
E
5,90 – 6,56
1
g.      Grafik Batang
-        Grafik Batang Panjang Biji Nangka Artocarpus integra
-        Grafik Batang Berat Biji Nangka Artocarpus integra
h.      Analisis Korelasi
i.        Uji Hipotesis (t hitung)
t hitung = 3,85
t tabel = 2,160
t hitung > t tabel = H0 ditolak H1 diterima.
B.     Analisis Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Salak Salacca edulis
No.
Xi
Xi2
(Xi-X)
(Xi-X)2
Yi
Yi2
(Yi-Y)
(Yi-Y)2
(Xi.Yi)
1
2,00
4,00
-0,21
0,0441
5,56
30,91
-0,53
0,2809
11,12
2
2,31
5,33
0,10
0,0100
5,98
35,76
-0,11
0,0121
13,81
3
2,03
4,12
-0,18
0,0324
6,78
45,96
0,69
0,4761
13,76
4
2,25
5,06
0,04
0,0016
5,30
28,09
-0,79
0,6241
11,92
5
2,16
4,66
-0,05
0,0025
5,70
32,49
-0,39
0,1521
12,31
6
2,11
4,45
-0,10
0,0100
5,38
28,94
-0,71
0,5041
11,35
7
1,96
3,84
-0,25
0,0625
5,18
26,83
-0,91
0,8281
10,15
8
2,25
5,06
0,04
0,0016
6,84
46,78
0,75
0,5625
15,39
9
2,14
4,57
-0,07
0,0049
6,40
40,96
0,31
0,0961
13,69
10
2,09
4,36
-0,12
0,0144
5,58
31,13
-0,51
0,2601
11,66
11
2,31
5,33
0,10
0,0100
6,14
37,69
0,05
0,0025
14,18
12
2,61
6,81
0,40
0,1600
7,60
57,76
1,51
2,2801
19,83
13
2,49
6,20
0,28
0,0784
6,12
37,45
0,03
0,0009
15,23
14
2,35
5,52
0,14
0,0196
7,50
56,25
1,41
1,9881
17,62
15
2,12
4,49
-0,09
0,0081
5,34
28,51
-0,75
0,5625
11,32
å
33,18
73,85
0,03
0,4601
91,40
265,51
0,05
8,6303
203,39
a.       Panjang biji salak
-        Panjang biji rata-rata (X)                     : 2,21 cm
-        Panjang biji maksimum (X maks)       : 2,61 cm
-        Panjang biji minimum (X min)            : 1,96 cm
b.      Berat biji salak
-        Berat biji rata-rata (Y)                         : 6,09 gram
-        Berat biji maksimum (Y maks)            : 7,60 gram
-        Berat biji minimum (Y min)                : 5,18 gram
c.       Simpangan baku (Standar)
-        Simpangan baku panjang        :
   
-        Simpangan baku berat             :
                 
d.     Banyaknya kelas
Banyak kelas        = 1 + 3,3 log n
                             = 1 + 3,3 log 15 = 4,88
Nilai banyak kelas yang diperoleh = 4,88 berarti ada 5 kelas.
e.       Interval Panjang dan Berat
-       Interval Panjang          =
-       Interval Berat              =
f.       Tabel Distribusi
-        Tabel Distribusi Panjang
Kelas
Kelas Distribusi
Frekuensi
A
1,96 – 2,09
4
B
2,10 – 2,23
4
C
2,24 – 2,37
5
D
2,38 – 2,51
1
E
2,52 – 2,61
1
-        Tabel Distribusi Berat
Kelas
Kelas Distribusi
Frekuensi
A
5,18 – 5,66
6
B
5,67 – 6,15
4
C
6,16 – 6,64
1
D
6,65 – 7,13
2
E
7,14 – 7,60
1





g.      Grafik Batang
-        Grafik Batang Panjang Biji Salak Salacca edulis
-        Grafik Batang Berat Biji Salak Salacca edulis
h.      Analisis Korelasi
i.        Uji Hipotesis (t hitung)
t hitung = 2,77
t tabel = 2,160
t hitung > t tabel = H0 ditolak H1 diterima.
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan korelasi antara panjang dan berat, digunakan dua jenis biji yaitu biji nangka Artocarpus integra dan biji salak Salacca edulis. Telah kita ketahui, bahwa pertumbuhan adalah peningkatan ukuran suatu organisme sebagai akibat dari pertambahan sel, pembelahan sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks intraselulernya. Akibat dari pertumbuhan ini adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar, diameter, dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan berat organisme.
Dari data hasil percobaan pengukuran panjang dan berat biji nangka Artocarpus integra diperoleh data panjang biji rata-rata 3,41 cm dengan panjang biji maksimum sebesar 3,85 cm dan panjang biji minimun sebesar 2,93 cm sedangkan berat biji rata-rata 4,82 gram dengan berat maksimum sebesar 6,56 gram dan berat biji minimum sebesar 3,18 gram. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga diperoleh hasil berupa simpangan baku panjang sebesar 0,29 dan simpangan baku berat sebesar 0,77. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa simpangan baku berat lebih besar daripada simpangan baku panjang, hal ini menunjukkan bahwa biji nangka Artocarpus integra, beratnya lebih bervariasi daripada panjangnya. Selain itu interval berat nilainya juga lebih besar dari pada interval panjang, yaitu 0,67 sedangkan interval panjang sebesar 0,18, hal ini menunjukkan bahwa dalam pengukuran berat kelas distribusinya lebih luas daripada pengukuran panjang karena ditambah dengan 0,67. Sehingga dalam satu kelas distribusi rentang nilai untuk berat biji lebih besar daripada panjang biji yang membuat dalam satu kelas distribusi terdapat banyak variasi.
Berdasarkan tabel distribusi panjang dan berat biji nangka Artocarpus integra, dapat dilihat adanya fluktuasi yang disebabkan tidak meratanya penyebaran dalam data kelas-kelas tersebut. Contohnya di dalam tabel distribusi panjang, untuk rentang nilai 3,31 - 3,49 cm frekuensinya 5 sedangkan untuk rentang nilai 3,12 - 3,49 cm frekuensinya hanya 1. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi penyebaran panjang pada biji nangka Artocarpus integra belum merata, demikian pula halnya untuk berat pada biji nangka Artocarpus integra.
Dari semua data yang diperoleh kemudian dianalisis korelasinya lalu diuji hipotesisnya menggunakan t hitung. Setelah biji nangka Artocarpus integra dianalisis, diperoleh nilai analisis korelasinya sebesar 0,73 dan t hitung sebesar 3,85 yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar nilai t tabel yang mempunyai nilai 2,160. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima sehingga pada biji nangka Artocarpus integra terdapat korelasi antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi tersebut bersifat positif dan signifikan yang berarti pertambahan panjang biji diikuti oleh pertambahan berat atau dengan kata lain, berat biji dipengaruhi oleh ukuran panjangnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat perbandingan-perbandingan antara berat dan panjangnya dimana biji yang lebih panjang tentu akan memiliki berat yang lebih besar daripada biji yang lebih pendek karena disebabkan adanya pertambahan ukuran yang berpengaruh atau signifikan dengan pertambahan beratnya.
  Data hasil percobaan pengukuran panjang dan berat biji salak Salacca edulis diperoleh data panjang biji rata-rata 2,21 cm dengan panjang biji maksimum sebesar 2,61 cm dan panjang biji minimun sebesar 1,96 cm sedangkan berat biji rata-rata 6,09 gram dengan berat maksimum sebesar 7,60 gram dan berat biji minimum sebesar 5,18 gram. Dari data tersebut bila dibandingkan dengan data pada pengukuran dan penimbangan biji nangka Artocarpus integra, biji salak Salacca edulis ukurannya lebih pendek karena panjang rata-ratanya hanya 2,21 cm sedangkan panjang rata-rata pada biji nangka Artocarpus integra adalah 3,41 cm. Namun dari data hasil penimbangan biji diperoleh bahwa berat rata-rata biji salak Salacca edulis lebih besar daripada biji nangka Artocarpus integra, yakni 6,09 gram sedangkan biji nangka berat rata-ratanya 4,42 gram. Dengan membandingkan kedua data dapat diketahui bahwa panjang suatu biji tidak dengan serta merta mempengaruhi berat dari biji, dimana dapat dilihat bahwa biji salak Salacca edulis yang ukurannya lebih kecil daripada biji nangka Artocarpus integra mempunyai berat yang lebih besar daripada biji nangka Artocarpus integra, berarti ada faktor-faktor luar yang mempengaruhi hal ini seperti halnya masalah kerapatan. Biji salak Salacca edulis lebih rapat daripada biji nangka Artocarpus integra sehingga biji salak Salacca edulis lebih berat daripada biji nangka Artocarpus integra.
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga diperoleh hasil berupa simpangan baku panjang sebesar 0,18 dan simpangan baku berat sebesar 0,78. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa simpangan baku berat lebih besar daripada simpangan baku panjang, hal ini menunjukkan bahwa biji salak Salacca edulis, beratnya lebih bervariasi daripada panjangnya. Selain itu interval berat nilainya juga lebih besar dari pada interval panjang, yaitu 0,48 sedangkan interval panjang sebesar 0,13, hal ini menunjukkan bahwa dalam pengukuran berat kelas distribusinya lebih luas daripada pengukuran panjang karena ditambah dengan 0,48. Sehingga dalam satu kelas distribusi rentang nilai untuk berat biji lebih besar daripada panjang biji yang membuat dalam satu kelas distribusi terdapat banyak variasi.
Dari semua data yang diperoleh kemudian dianalisis korelasinya lalu diuji hipotesisnya menggunakan t hitung. Setelah biji salak Salacca edulis dianalisis, diperoleh nilai analisis korelasinya sebesar 0,61 dan t hitung sebesar 2,77. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima sehinggaa pada biji salak Salacca edulis juga terdapat korelasi antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi bersifat positif dan menunjukkan  yang menunjukkan pertambahan panjang biji signifikan oleh pertambahan berat atau dengan kata lain, berat biji dipengaruhi oleh ukuran panjangnya.
Variasi antara panjang dan berat pada biji-biji nangka Artocarpus integra dan biji salak Salacca edulis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan sel, struktur dari biji tersebut, kerapuhan, dan adanya masa dormansi atau masa istirahat pada tumbuhan. Apabila suatu biji, sel-selnya padat tentu diameter dari sel tersebut besar dan akan menambah berat dari biji tersebut. Begitupun dengan struktur dari biji, apabila strukturnya baik akan mempengaruhi pertumbuhan biji tersebut. Suatu sel apabila selnya terlalu rapuh tentu akan mempengaruhi pertambahan ukuran dari sel tersebut.


BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1.      Terdapat korelasi antara panjang biji dan berat biji, dibuktikan dengan hasil pengukuran dan penimbangan biji nangka Artocarpus integra dan Salacca edulis diperoleh korelasi bersifat positif dan signifikan yang berarti pertambahan panjang biji diikuti oleh pertambahan berat atau dengan kata lain, berat biji dipengaruhi oleh ukuran panjangnya, artinya terdapat hubungan antara pertambahan panjang dan berat  biji. Apabila dikaitkan dengan teori, pertumbuhan adalah proses pertambahan volume, ukuran yang mengakibatkan terjadinya pertambahan berat, teori tersebut tidak mutlak benar karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi  yaitu, materi yang terkandung di dalamnya, kepadatan sel, struktur sel, dan kerapuhan. Hal ini dibuktikan dari biji nangka yang lebih panjang dari biji salak namun berat rata-rata biji salak lebih berat daripada biji nangka.
2.      Alat-alat yang digunakan untuk mengukur korelasi antara panjang dan berat, jangka sorong untuk pertambahan panjang, sedangkan untuk mengukur pertambahan berat adalah neraca digital.
V.2 Saran

          Saran mengenai percobaan ini sebaiknya peralatan laboratorium dilengkapi lagi agar pembagian alat ke masing-masing kelompok terdistribusi dengan baik sehingga waktu mengerjakan praktikum lebih efektif.


DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J.B., Mitchell., 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hadi, S., 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan. http://www.indokristi.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 05.30 WITA.

Hamid, F., 2012. Perkembangan. http://www.fauziahamid.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 05.10 WITA.
Handayani, F., 2012. Korelasi antara Panjang dan Berat. http://rirafitri.blogspot. com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 05.45 WITA.

Manik, N., 2009. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang Decapterus russeli dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara. http://eprints.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 06.37 WITA.

Pratiwi, R. A, dkk., 2007. Biologi Pertumbuhan dan Perkembangan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Resosoedarmo, S., 1990. Pengantar Ekologi. Remaja Rosdikarya, Bandung.

Santoso,  2007. Kolerasi. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 05.18 WITA.

Subardi, 2008. Biologi. Penerbit CV Usaha Makmur, Jakarta.


Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Review Hadalabo Gokujyun Ultimate Moisturizing Lotion

Kali ini saya mau review hadalabo gokujyun ultimate moisturizing lotion untuk kulit kering dan normal. Hasil review ini setelah pemakaian 2 ...