LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN I
KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
SELASA, 19 MARET 2013
KELOMPOK :
5 (LIMA) B
ASISTEN :
ANWAR
: YULIANI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam
ilmu biologi, percobaan-percobaan yang dilakukan mencakup benda-benda hidup. Salah satu ciri yang membedakan
makhluk hidup dengan benda mati adalah tumbuh dan berkembang. Sehingga setiap
organisme di alam mengalami perkembangan dan pertumbuhan (Umar, 2013).
Pertumbuhan
adalah proses pertambahan ukuran suatu organisme yang irreversible (tidak dapat
kembali ke keadaan semula) karena adanya pembelahan sel, pembesaran sel, dapat
disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara
kuantitatif. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur
dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi
dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan (Pratiwi,
2007).
Setiap
organisme di alam akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan
meliputi tiga proses yaitu morfogenesis, diferensiasi, dan pertumbuhan. Akibat
dari pertumbuhan adalah pertambahan panjang, lebar, diameter dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan
berat suatu organisme (Umar, 2013).
Berdasarkan uraian diatas berarti
terdapat suatu hubungan antara panjang dan berat dimana pertambahan panjang
suatu organisme selalu akan diikuti oleh pertambahan berat organisme akibat
dari pertambahan volume tubuhnya. Hal ini melatar belakangi diadakannya
percobaan tentang korelasi antara berat dan panjang.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara
panjang dengan pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2. Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan
peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Maret 2013 pukul 15.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pertumbuhan dan Perkembangan
Semua organisme mengalami proses perubahan biologis.
Perubahan tersebut disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Berlangsungnya proses perubahan biologis dipengaruhi oleh
tersedianya faktor-faktor pendukung. Perubahan tanaman kecil menjadi tanaman
dewasa menghasilkan buah berawal dari satu sel zigot menjadi embrio, kemudian
menjadi satu individu yang mempunyai akar, batang dan daun. Demikian pula
hewan, tumbuh dari satu sel zigot menjadi embrio, kemudian berkembang menjadi
satu individu lengkap yang mempunyai organ-organ yang dimiliki, seperi kaki,
kepala dan tangan. Peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup
yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, tinggi) yang bersifat irreversibel disebut pertumbuhan
(Subardi, 2008).
Pada dasarnya pertumbuhan ada
3 macam yaitu (Umar, 2013) :
a. Pertumbuhan
allometrik yaitu variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian tubuh yang
membantu memberi bentuk organisme
b. Pertumbuhan
determinan yaitu pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah
mencapai ukuran tertentu. Ini umumnya merupakan ciri khas dari hewan
c. Pertumbuhan
intermediet yaitu pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih
hidup. Ini umumnya merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Sebagian besar tumbuhan tumbuh selama mereka masih hidup, suatu kondisi
yang dikenal sebagai pertumbuhan tidak terbatas (indeterminate growth). Sebagian besar hewan sebagai pembanding,
ditandai oleh pertumbuhan terbatas, maksudnya hewan akan berhenti tumbuh
setelah mencapai suatu ukuran tertentu. Sementara tumbuhan yang utuh umumnya
memperlihatkan pertumbuhan tidak terbatas, organ tumbuhan tertentu, seperti
daun dan bunga, memperlihatkan pertumbuhan yang terbatas (Campbell dkk., 2000).
Sedangkan perkembangan adalah proses
menuju dewasa. Indikator perkembangan tidak dapat diukur. Dengan demikian,
perkembangan bersifat kualitatif yaitu tidak dapat dinyatakan dengan angka (Handayani, 2012).
Secara umum pertumbuhan dan
pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil
pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan
jaringan meristem yang
akan terus membelah dan mengalami diferensiasi.
Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk
organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda yang terjadi pada
suatu organisme (Hamid, 2012).
Dalam melakukan
pertumbuhan dan perkembangan, pertambahan panjang tanaman seringkali diikuti
oleh pertambahan berat. Namun seringkali panjang individu tidak dapat menjamin
dari berat tubuh individu tersebut. Misalnya, individu yang lebih pendek
seharusnya memiliki berat yang kurang dibandingkan individu yang badannya
tinggi, namun dalam kenyataan tidak demikian. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu (Hadi, 2008) :
a.
Faktor internal
1. Gen
Ukuran, bentuk, dan kecepatan tumbuh
dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam kromosom. Gen-gen tersebut
diariskan dari induk tumbuhan kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan
mengatur pola dan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2. Hormon
Hormon
berasal dari bahasa Yunani hormalin yang berarti penggiat. Hormon tumbuhan disebut fitohormon. Hormon
merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan tumbuhan. Hormon juga
dikenal sebagai zat tumbuh.
b. Faktor
eksternal
1. Air dan Mineral
Tumbuhan
memerlukan air dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air dan
mineral diserap dari dalam tanah oleh akar. Air berfungsi sebagai pelarut dan
untuk fotosintesis. Mineral seperti karbon, nitrogen, fosfat, kalsium, dan
magnesium berguna sebagai bahan pembangun tubuh tumbuhan.
2. Kelembapan
Kelembapan
menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan rendah,
transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak.
Keadaan ini dapat memacu laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
3. Cahaya
Cahaya
matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses ini menghasilkan
makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh.
4. Metagenesis
Siklus hidup
tumbuhan memperlihatkan suatu pergiliran keturunan (metagenesis). Pergiliran
keturunan meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit atau fase
generatif merupakan tahap menghasilkan gamet haploid. Fase sporofit atau fase
vegetatif merupakan tahap menghasilkan spora. Gametofit menghasilkan gamet
haploid yang menyatu membentuk zigot.
II.2 Pengukuran
Untuk
mengukur panjang, lebar, diameter dan kedalaman lubang benda relatif kecil
dibutuhkan ketelitian yang cukup baik, dan yang lazim digunakan adalah jangka
sorong (vernir capiler) dengan nonius
ketelitian pengukuran hingga 0,05 mm. Selain itu juga dibutuhkan timbangan
dengan batas ketelitian 0,01 gram (berat). Skala pada jangka sorong biasanya
dinyatakan dalam 1/10 inchi, dalam hal ini biasanya menggunakan satuan mm. Pada
jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm skala nonius terdapat terdapat pada
bagian yang dapat disorongkan pada skal, memiliki ukuran 9 mm yang dibagi
menjadi 10 bagian. Pada jangka sorong yang dapat dibagi dengan skala 0,05 mm,
nonius mempunyai panjang 19 mm atau lebih yang dibagi menjadi 10 bagian dan
masing-masing dibagi dua lagi. Pada waktu melakukan pengukuran bila hasilnya
tidak tepat pada garis mm, kelebihannya dapat dibaca pada skala nonius (Umar,
2013).
II.3 Korelasi
Koefisien korelasi merupakan alat
statistic yang penting jika diterapkan pada situasi yang tepat. Harus diingat
bahwa koefisien korelasi semata-mata menunjukkan keberadaan dan ketidak
beradaan sebuah hubungan apakah positif atau negative antara dua variable. Hal
itu seyogyanya tidak disimpulkan bahwa ini berarti sebuah variable adalah
penyebab langsung dari yang lain. Bila koefisien korelasi semata-mata digunakan
sebagai penunjuk pada beberapa proses hubungan antara dua variable, maka akan
berguna bukannya menyesatkan. Ide koefisien korelasi dapat diperluas pada
setiap jumlah variable (Resosoedarmo, 1990).
Teknik korelasi merupakan teknik
analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan
kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel
memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel
yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan
dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita
dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi (Handayani, 2012).
Korelasi ialah
suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua proporsi yang
masing-masing proporsi mengandung 2 kriteria yang salah satu kriteria
disebutkan dalam kedua proporsi tersebut. Korelasi terbagi atas (Santoso, 2007)
:
1. Korelasi Positif
Misalkan
terdapat sebuah populasi yang anggotanya mengandung suatu kriteria P dan
beberapa anggota juga memiliki kriteria Q. Maka, pada populasi tersebut P
berkorelasi positif dengan Q jika proporsi Q dalam P bernilai lebih besar
daripada proporsi Q dalam non-P. Atau sebaliknya, proporsi P dalam Q lebih
besar dari proporsi P dalam non-Q.
2. Korelasi Negatif dan Tidak Berkorelasi
Suatu korelasi
negatif atau malah tidak ada korelasi antara dua proporsi, jika merujuk pada
kasus pembelian dan iklan sabun, korelasi negatif terjadi jika proporsi dari
kriteria yang mengingat dan membeli sabun lebih kecil daripada proporsi yang
mengingat iklan dan tidak membeli sabun. Sedangkan kasus yang tidak berkolerasi
bisa terjadi jika kedua proporsi tersebut memiliki tingkat proporsi yang sama (equal).
Ketika berbicara mengenai korelasi,
biasanya orang (mahasiswa atau peneliti) akan berbicara mengenai korelasi
antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran interval bukan
kategorik. Sebenarnya pengertian korelasi juga dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala
pengukuran kategorik (Handayani, 2012).
Mencari korelasi antara dua
kategori seperti panjang dan berat sangatlah penting karena di dalam ilmu biologi perikanan, hubungan
panjang – berat ikan merupakan pengetahuan yang signifikan dipelajari, terutama
untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Hubungan
panjang - berat ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk
mengkonversi statistik hasil tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju –
laju mortalitasnya. Disamping itu diperlukan juga dalam mengatur perikanan,
yaitu menentukan selektifitas alat tangkap agar ikan – ikan yang tertangkap
hanya yang berukuran layak tangkap.
Hubungan panjang – berat ikan juga sangat penting artinya di dalam ilmu
dinamika populasi, misalnya dalam menghitung hasil tangkapan per rekrut ( yield
per recruit, Y/R ) dan biomasanya ( biomass per recruit, B/R ) (Manik, 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spidol,
kalkulator, jangka sorong (0,05 mm),
timbangan digital, kertas grafik, dan penggaris besi.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah
biji nangka Artocarpus
integra dan biji salak Salacca
edulis.
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang
dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.
Semua alat dan
bahan disiapkan terlebih dahulu.
2.
Kertas grafik
dibagi menjadi 15 bagian berbentuk kotak dengan spidol, panjang dibagi 5 bagian
dan lebar dibagi 3 bagian.
3.
Setiap kotak diberi
nomor mulai nomor 1 hingga 15.
4.
Biji Nangka Artocarpus
integra
diambil secara acak sebanyak 15 dan diletakkan pada kotak bernomor yang telah
dibuat di kertas grafik tadi.
5.
Masing-masing biji
kemudian diukur panjangnya dengan menggunakan jangka sorong, lalu hasilnya
dituliskan pada kotak (satuan cm) di kertas grafik sesuai dengan nomor kotak
dimana biji tersebut diambil.
6.
Biji yang sudah
diukur kemudian ditimbang satu per satu beratnya serta catat hasil perolehan
pada kotak.
7.
Biji diletakkan
kembali ke tempat semula.
8.
Data yang
diperoleh kemudian ditukar dengan kelompok 6 dengan percobaan biji salak Salacca edulis.
9.
Data yang diperoleh dari pengukuran panjang dan berat
biji nangka Artocarpus integra dan biji salak Salacca edulis dianalisis dengan menggunakan data dari dua kelompok
perhitungan masing-masing.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Tabel Data
A. Biji Nangka Artocarpus integra
No.
|
x (cm)
|
y (gram)
|
1
|
3,82 cm
|
5,52 gram
|
2
|
3,35 cm
|
4,80 gram
|
3
|
3,42 cm
|
4,22 gram
|
4
|
3,02 cm
|
4,24 gram
|
5
|
3,51 cm
|
5,14 gram
|
6
|
2,93 cm
|
3,86 gram
|
7
|
3,34 cm
|
4,46 gram
|
8
|
3,37 cm
|
4,76 gram
|
9
|
3,45 cm
|
5,80 gram
|
10
|
3,22 cm
|
5,50 gram
|
11
|
3,85 cm
|
6,56 gram
|
12
|
3,60 cm
|
4,36 gram
|
13
|
3,55 cm
|
4,28 gram
|
14
|
3,80 cm
|
5,74 gram
|
15
|
2,95 cm
|
3,18 gram
|
å
|
51,18 cm
|
72,42 gram
|
Rata-rata
|
3,41 cm
|
4,82 gram
|
Ket : x = panjang
biji (cm)
y =
massa biji (gram)
B. Biji Salak Salacca
edulis
No.
|
x (cm)
|
y (gram)
|
1
|
2,00 cm
|
5,56 gram
|
2
|
2,31 cm
|
5,98 gram
|
3
|
2,03 cm
|
6,78 gram
|
4
|
2,25 cm
|
5,30 gram
|
5
|
2,16 cm
|
5,70 gram
|
6
|
2,11 cm
|
5,38 gram
|
7
|
1,96 cm
|
5,18 gram
|
8
|
2,25 cm
|
6,84 gram
|
9
|
2,14 cm
|
6,40 gram
|
10
|
2,09 cm
|
5,58 gram
|
11
|
2,31 cm
|
6,14 gram
|
12
|
2,61 cm
|
7,60 gram
|
13
|
2,49 cm
|
6,12 gram
|
14
|
2,35 cm
|
7,50 gram
|
15
|
2,12 cm
|
5,34 gram
|
å
|
33,18 cm
|
91,40 gram
|
Rata-rata
|
2,21 cm
|
6,09 gram
|
Ket : x = panjang
biji (cm)
y = massa biji (gram)
IV.1.2 Analisis Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji
A. Analisis Data Hasil Pengukuran
dan Penimbangan Biji Nangka Artocarpus integra
No.
|
Xi
|
Xi2
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)2
|
Yi
|
Yi2
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)2
|
(Xi.Yi)
|
1
|
3,82
|
14,59
|
0,41
|
0,1681
|
5,52
|
30,47
|
0,70
|
0,4900
|
21,08
|
2
|
3,35
|
11,22
|
-0,06
|
0,0036
|
4,80
|
23,04
|
-0,02
|
0,0004
|
16,08
|
3
|
3,42
|
11,69
|
0,01
|
0,0001
|
4,22
|
17,80
|
-0,60
|
0,3600
|
14,43
|
4
|
3,02
|
9,12
|
-0,39
|
0,1521
|
4,24
|
17,97
|
-0,58
|
0,3364
|
12,80
|
5
|
3,51
|
12,32
|
0,10
|
0,0100
|
5,14
|
26,41
|
0,32
|
0,1024
|
18,04
|
6
|
2,93
|
8,58
|
-0,48
|
0,2304
|
3,86
|
14,89
|
-0,96
|
0,9216
|
11,30
|
7
|
3,34
|
11,15
|
-0,07
|
0,0049
|
4,46
|
19,89
|
-0,36
|
0,1296
|
14,89
|
8
|
3,37
|
11,35
|
-0,04
|
0,0016
|
4,76
|
22,65
|
-0,06
|
0,0036
|
16,04
|
9
|
3,45
|
11,90
|
0,04
|
0,0016
|
5,80
|
33,64
|
0,98
|
0,9604
|
20,01
|
10
|
3,22
|
10,36
|
-0,19
|
0,0361
|
5,50
|
30,25
|
0,68
|
0,4624
|
17,71
|
11
|
3,85
|
14,82
|
0,44
|
0,1936
|
6,56
|
43,03
|
1,74
|
3,0276
|
25,25
|
12
|
3,60
|
12,96
|
0,19
|
0,0361
|
4,36
|
19,00
|
-0,46
|
0,2116
|
15,69
|
13
|
3,55
|
12,60
|
0,14
|
0,0196
|
4,28
|
18,31
|
-0,54
|
0,2916
|
15,19
|
14
|
3,80
|
14,44
|
0,39
|
0,1521
|
5,74
|
32,94
|
0,92
|
0,8464
|
21,81
|
15
|
2,95
|
8,70
|
-0,46
|
0,2116
|
3,18
|
10,11
|
-1,64
|
2,6896
|
9,36
|
å
|
51,18
|
175,84
|
0,03
|
1,22
|
72,42
|
360,47
|
0,12
|
10,83
|
249,75
|
a.
Panjang biji nangka Artocarpus
integra
-
Panjang biji rata-rata (X) :
3,41 cm
-
Panjang biji maksimum (X maks) :
3,85 cm
-
Panjang biji minimum (X min) :
2,93 cm
b.
Berat biji nangka Artocarpus integra
-
Berat biji rata-rata (Y) :
4,82 gram
-
Berat biji maksimum (Y maks) :
6,56 gram
-
Berat biji minimum (Y min) :
3,18 gram
c.
Simpangan baku (Standar)
-
Simpangan baku panjang :
-
Simpangan
baku berat :
d.
Banyaknya kelas
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3
log 15 = 4,88
Nilai banyak kelas yang diperoleh = 4,88 berarti ada 5 kelas.
e.
Interval Panjang dan Berat
-
Interval Panjang =
-
Interval Berat =
f.
Tabel Distribusi
-
Tabel Distribusi Panjang
Kelas
|
Kelas Distribusi
|
Frekuensi
|
A
|
2,93 – 3,11
|
3
|
B
|
3,12 – 3,30
|
1
|
C
|
3,31 – 3,49
|
5
|
D
|
3,50 – 3,68
|
3
|
E
|
3,69 – 3,85
|
3
|
-
Tabel Distribusi Berat
Kelas
|
Kelas Distribusi
|
Frekuensi
|
A
|
3,18 – 3,85
|
1
|
B
|
3,86 – 4,53
|
6
|
C
|
4,54 – 5,21
|
3
|
D
|
5,22 – 5,89
|
4
|
E
|
5,90 – 6,56
|
1
|
g.
Grafik Batang
-
Grafik Batang Panjang Biji Nangka Artocarpus
integra
-
Grafik Batang Berat Biji Nangka Artocarpus
integra
h.
Analisis Korelasi
i.
Uji
Hipotesis (t hitung)
t
hitung = 3,85
t
tabel = 2,160
t
hitung > t tabel = H0 ditolak H1 diterima.
B.
Analisis Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Salak Salacca edulis
No.
|
Xi
|
Xi2
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)2
|
Yi
|
Yi2
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)2
|
(Xi.Yi)
|
1
|
2,00
|
4,00
|
-0,21
|
0,0441
|
5,56
|
30,91
|
-0,53
|
0,2809
|
11,12
|
2
|
2,31
|
5,33
|
0,10
|
0,0100
|
5,98
|
35,76
|
-0,11
|
0,0121
|
13,81
|
3
|
2,03
|
4,12
|
-0,18
|
0,0324
|
6,78
|
45,96
|
0,69
|
0,4761
|
13,76
|
4
|
2,25
|
5,06
|
0,04
|
0,0016
|
5,30
|
28,09
|
-0,79
|
0,6241
|
11,92
|
5
|
2,16
|
4,66
|
-0,05
|
0,0025
|
5,70
|
32,49
|
-0,39
|
0,1521
|
12,31
|
6
|
2,11
|
4,45
|
-0,10
|
0,0100
|
5,38
|
28,94
|
-0,71
|
0,5041
|
11,35
|
7
|
1,96
|
3,84
|
-0,25
|
0,0625
|
5,18
|
26,83
|
-0,91
|
0,8281
|
10,15
|
8
|
2,25
|
5,06
|
0,04
|
0,0016
|
6,84
|
46,78
|
0,75
|
0,5625
|
15,39
|
9
|
2,14
|
4,57
|
-0,07
|
0,0049
|
6,40
|
40,96
|
0,31
|
0,0961
|
13,69
|
10
|
2,09
|
4,36
|
-0,12
|
0,0144
|
5,58
|
31,13
|
-0,51
|
0,2601
|
11,66
|
11
|
2,31
|
5,33
|
0,10
|
0,0100
|
6,14
|
37,69
|
0,05
|
0,0025
|
14,18
|
12
|
2,61
|
6,81
|
0,40
|
0,1600
|
7,60
|
57,76
|
1,51
|
2,2801
|
19,83
|
13
|
2,49
|
6,20
|
0,28
|
0,0784
|
6,12
|
37,45
|
0,03
|
0,0009
|
15,23
|
14
|
2,35
|
5,52
|
0,14
|
0,0196
|
7,50
|
56,25
|
1,41
|
1,9881
|
17,62
|
15
|
2,12
|
4,49
|
-0,09
|
0,0081
|
5,34
|
28,51
|
-0,75
|
0,5625
|
11,32
|
å
|
33,18
|
73,85
|
0,03
|
0,4601
|
91,40
|
265,51
|
0,05
|
8,6303
|
203,39
|
a.
Panjang biji salak
-
Panjang biji rata-rata (X) :
2,21 cm
-
Panjang biji maksimum (X maks) :
2,61 cm
-
Panjang biji minimum (X min) :
1,96 cm
b.
Berat biji salak
-
Berat biji rata-rata (Y) :
6,09 gram
-
Berat biji maksimum (Y maks) :
7,60 gram
-
Berat biji minimum (Y min) :
5,18 gram
c.
Simpangan baku (Standar)
-
Simpangan baku panjang :
-
Simpangan
baku berat :
d.
Banyaknya kelas
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3
log 15 = 4,88
Nilai banyak kelas yang diperoleh = 4,88 berarti ada 5 kelas.
e.
Interval Panjang dan Berat
-
Interval Panjang =
-
Interval Berat =
f.
Tabel Distribusi
-
Tabel Distribusi Panjang
Kelas
|
Kelas Distribusi
|
Frekuensi
|
A
|
1,96 – 2,09
|
4
|
B
|
2,10 – 2,23
|
4
|
C
|
2,24 – 2,37
|
5
|
D
|
2,38 – 2,51
|
1
|
E
|
2,52 – 2,61
|
1
|
-
Tabel Distribusi Berat
Kelas
|
Kelas Distribusi
|
Frekuensi
|
A
|
5,18 – 5,66
|
6
|
B
|
5,67 – 6,15
|
4
|
C
|
6,16 – 6,64
|
1
|
D
|
6,65 – 7,13
|
2
|
E
|
7,14 – 7,60
|
1
|
g.
Grafik Batang
-
Grafik Batang Panjang Biji Salak Salacca
edulis
-
Grafik Batang Berat Biji Salak Salacca
edulis
h.
Analisis Korelasi
i.
Uji
Hipotesis (t hitung)
t
hitung = 2,77
t
tabel = 2,160
t
hitung > t tabel = H0 ditolak H1 diterima.
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan korelasi antara
panjang dan berat, digunakan dua jenis biji yaitu biji nangka Artocarpus integra dan biji salak Salacca edulis. Telah kita ketahui, bahwa pertumbuhan
adalah peningkatan ukuran suatu organisme sebagai akibat dari pertambahan sel,
pembelahan sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks intraselulernya. Akibat dari pertumbuhan ini adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar, diameter, dan dengan
secara pasti akan diikuti pertambahan berat organisme.
Dari data hasil percobaan pengukuran panjang dan berat
biji nangka Artocarpus
integra diperoleh data panjang biji rata-rata 3,41 cm dengan panjang biji
maksimum sebesar 3,85 cm dan panjang biji minimun sebesar 2,93 cm sedangkan
berat biji rata-rata 4,82 gram dengan berat maksimum sebesar 6,56 gram dan
berat biji minimum sebesar 3,18 gram. Data-data yang diperoleh kemudian
dianalisis sehingga diperoleh hasil berupa simpangan baku panjang sebesar 0,29
dan simpangan baku berat sebesar 0,77. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
simpangan baku berat lebih besar daripada simpangan baku panjang, hal ini
menunjukkan bahwa biji nangka Artocarpus integra, beratnya lebih bervariasi daripada panjangnya.
Selain itu interval berat nilainya juga lebih besar dari pada interval panjang,
yaitu 0,67 sedangkan interval panjang sebesar 0,18, hal ini menunjukkan bahwa
dalam pengukuran berat kelas distribusinya lebih luas daripada pengukuran
panjang karena ditambah dengan 0,67. Sehingga dalam satu kelas distribusi
rentang nilai untuk berat biji lebih besar daripada panjang biji yang membuat
dalam satu kelas distribusi terdapat banyak variasi.
Berdasarkan tabel distribusi
panjang dan berat biji nangka Artocarpus
integra, dapat dilihat adanya fluktuasi yang disebabkan tidak meratanya
penyebaran dalam data kelas-kelas tersebut. Contohnya di dalam tabel distribusi
panjang, untuk rentang nilai 3,31 - 3,49 cm frekuensinya 5 sedangkan untuk
rentang nilai 3,12 - 3,49 cm frekuensinya hanya 1. Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi penyebaran panjang pada biji nangka Artocarpus integra belum merata, demikian pula halnya untuk berat
pada biji nangka Artocarpus integra.
Dari semua data yang diperoleh
kemudian dianalisis korelasinya lalu diuji hipotesisnya menggunakan t hitung.
Setelah biji nangka Artocarpus integra
dianalisis, diperoleh nilai analisis korelasinya sebesar 0,73 dan t hitung
sebesar 3,85 yang berarti
bahwa nilai t hitung lebih besar nilai t tabel yang mempunyai nilai 2,160. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi
diterima sehingga pada biji nangka Artocarpus integra terdapat
korelasi antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga,
korelasi tersebut bersifat positif dan signifikan yang berarti pertambahan
panjang biji diikuti oleh pertambahan berat atau dengan kata lain, berat biji
dipengaruhi oleh ukuran panjangnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan
melihat perbandingan-perbandingan antara berat dan panjangnya dimana biji yang
lebih panjang tentu akan memiliki berat yang lebih besar daripada biji yang
lebih pendek karena disebabkan adanya pertambahan ukuran yang berpengaruh atau
signifikan dengan pertambahan beratnya.
Data hasil percobaan pengukuran
panjang dan berat biji salak Salacca
edulis diperoleh data panjang biji rata-rata 2,21 cm dengan panjang biji
maksimum sebesar 2,61 cm dan panjang biji minimun sebesar 1,96 cm sedangkan
berat biji rata-rata 6,09 gram dengan berat maksimum sebesar 7,60 gram dan
berat biji minimum sebesar 5,18 gram. Dari data tersebut bila dibandingkan
dengan data pada pengukuran dan penimbangan biji nangka Artocarpus integra, biji salak Salacca
edulis ukurannya lebih pendek karena panjang rata-ratanya hanya 2,21 cm
sedangkan panjang rata-rata pada biji nangka Artocarpus integra adalah 3,41 cm. Namun dari data hasil
penimbangan biji diperoleh bahwa berat rata-rata biji salak Salacca edulis lebih besar daripada biji
nangka Artocarpus integra, yakni 6,09
gram sedangkan biji nangka berat rata-ratanya 4,42 gram. Dengan membandingkan
kedua data dapat diketahui bahwa panjang suatu biji tidak dengan serta merta
mempengaruhi berat dari biji, dimana dapat dilihat bahwa biji salak Salacca edulis yang ukurannya lebih
kecil daripada biji nangka Artocarpus
integra mempunyai berat yang lebih besar daripada biji nangka Artocarpus integra, berarti ada
faktor-faktor luar yang mempengaruhi hal ini seperti halnya masalah kerapatan.
Biji salak Salacca edulis lebih rapat
daripada biji nangka Artocarpus integra
sehingga biji salak Salacca edulis
lebih berat daripada biji nangka
Artocarpus integra.
Data-data yang diperoleh
kemudian dianalisis sehingga diperoleh hasil berupa simpangan baku panjang
sebesar 0,18 dan simpangan baku berat sebesar 0,78. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa simpangan baku berat lebih besar daripada simpangan baku panjang,
hal ini menunjukkan bahwa biji salak Salacca edulis, beratnya lebih bervariasi daripada panjangnya.
Selain itu interval berat nilainya juga lebih besar dari pada interval panjang,
yaitu 0,48 sedangkan interval panjang sebesar 0,13, hal ini menunjukkan bahwa
dalam pengukuran berat kelas distribusinya lebih luas daripada pengukuran panjang
karena ditambah dengan 0,48. Sehingga dalam satu kelas distribusi rentang nilai
untuk berat biji lebih besar daripada panjang biji yang membuat dalam satu
kelas distribusi terdapat banyak variasi.
Dari semua data yang diperoleh
kemudian dianalisis korelasinya lalu diuji hipotesisnya menggunakan t hitung.
Setelah biji salak Salacca edulis
dianalisis, diperoleh nilai analisis korelasinya sebesar 0,61 dan t hitung
sebesar 2,77. Hal
ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima sehinggaa pada biji salak Salacca edulis juga terdapat korelasi antara pertambahan panjang dengan
pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi bersifat positif dan menunjukkan yang menunjukkan
pertambahan panjang biji signifikan oleh pertambahan berat atau dengan kata
lain, berat biji dipengaruhi oleh ukuran panjangnya.
Variasi
antara panjang dan berat pada biji-biji nangka Artocarpus integra
dan biji salak Salacca edulis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
kepadatan sel, struktur dari biji tersebut, kerapuhan, dan adanya masa dormansi
atau masa istirahat pada tumbuhan. Apabila suatu biji, sel-selnya padat tentu
diameter dari sel tersebut besar dan akan menambah berat dari biji tersebut.
Begitupun dengan struktur dari biji, apabila strukturnya baik akan mempengaruhi
pertumbuhan biji tersebut. Suatu sel apabila selnya terlalu rapuh tentu akan
mempengaruhi pertambahan ukuran dari sel tersebut.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat
disimpulkan :
1.
Terdapat korelasi antara panjang biji dan berat biji, dibuktikan dengan
hasil pengukuran dan penimbangan biji nangka Artocarpus integra dan Salacca
edulis diperoleh korelasi bersifat positif dan signifikan
yang berarti pertambahan panjang biji diikuti oleh pertambahan berat atau
dengan kata lain, berat biji dipengaruhi oleh ukuran panjangnya, artinya terdapat hubungan antara pertambahan
panjang dan berat biji. Apabila
dikaitkan dengan teori, pertumbuhan adalah proses pertambahan volume, ukuran
yang mengakibatkan terjadinya pertambahan berat, teori tersebut tidak mutlak
benar karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu, materi yang terkandung di dalamnya,
kepadatan sel, struktur sel, dan kerapuhan. Hal ini dibuktikan dari biji
nangka yang lebih panjang dari biji salak namun berat rata-rata biji salak
lebih berat daripada biji nangka.
2.
Alat-alat yang digunakan
untuk mengukur korelasi
antara panjang dan berat, jangka
sorong
untuk pertambahan panjang,
sedangkan untuk mengukur pertambahan berat adalah neraca digital.
V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini
sebaiknya peralatan laboratorium
dilengkapi lagi agar pembagian alat ke masing-masing kelompok terdistribusi
dengan baik sehingga waktu mengerjakan praktikum lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
N. A., Reece, J.B., Mitchell.,
2004. Biologi
Edisi Kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hadi,
S., 2008. Pertumbuhan
dan Perkembangan. http://www.indokristi.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 05.30 WITA.
Hamid, F., 2012. Perkembangan. http://www.fauziahamid.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 05.10 WITA.
Handayani, F., 2012.
Korelasi antara Panjang dan Berat. http://rirafitri.blogspot. com. Diakses pada tanggal 20
Maret 2013 pukul 05.45 WITA.
Manik, N., 2009. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi
Ikan Layang Decapterus russeli dari Perairan Sekitar Teluk Likupang
Sulawesi Utara. http://eprints.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013
pukul 06.37 WITA.
Pratiwi,
R. A, dkk., 2007. Biologi
Pertumbuhan dan Perkembangan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Resosoedarmo,
S., 1990. Pengantar
Ekologi. Remaja Rosdikarya, Bandung.
Santoso, 2007. Kolerasi. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 pukul 05.18 WITA.
Subardi, 2008. Biologi. Penerbit CV Usaha Makmur,
Jakarta.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun Praktikum
Ekologi Umum.
Jurusan
Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.