LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN VIII
POLA PENYEBARAN INDIVIDU DALAM POPULASI
NAMA :
RISKY NURHIKMAYANI
NIM :
H41112311
HARI/TANGGAL :
JUM’AT/ 19 APRIL 2013
KELOMPOK :
5 (LIMA) B
ASISTEN :
ANWAR
: YULIANI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Organisme di alam ini tidak bisa hidup
secara terpisah sendiri. Pada prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi
antra populasi yang ada. Misalnya dalam mencari luas minimum dan jumlah minimum
suatu area. Tentunya didalamnya terdapat suatu komunitas populasi-populasi
tersebut akan berhimpun kedalam kelompok membentuk komunitas (Lestari, 2011).
Pada luas minimum menggambarkan bentuk
vegetasi secara keseluruhan jenis tumbuhan. Dalam suatu luas terkecil yang
dapat mewakili vegetasi. Luas terkecil ini dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Bentuk vegetasi dalam
petak tersebut dapat memperlihatkan hubungan saling ketergantungan antara satu
dengan yang lainnya. Vegetasi terbentuk dari interaksi antar jenis tumbuhan. Untuk
mengetahui apakah penyebaran individu didalam suatu populasi dalam suatu
vegetasi dapat dilakukan pengamatan, dari hasil pengamatan teersebut akan
didapatkan bentuk penyebaran, diantaranya secara acak, merata, atau berkelompok
(Rasyid, 1993).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam
atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam
penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah
dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena
dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim,
terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
Informasi kepadatan populasi saja belum cukup untuk
memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang
ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kepadatan
yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran
spatialnya (tempat). Kepadatan populasi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh
pola penyebaran populasinya (Umar, 2013).
Untuk mengetahui bagaimana pola
penyebaran individu dalam populasi,
maka dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan pola
penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan indeks Morisita.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1. Untuk
menentukan pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan indeks
Morisita.
2. Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan
rumus-rumus sederhana dan cepat dalam memprediksi keadaan suatu populasi.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 19 April
2013, praktikum dalam laboratorium
dilakukan pada pukul 14.00 - 18.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar dan pengambilan data dilakukan di samping Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi didefinisikan sebagai kelompok
kolektif organisme. Organisme dan spesies yang sama (kelompok-kelompok lain di mana
individu-individu dapat bertukar informasi genetika) menduduki ruang atau
tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat milik
individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam arti
mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang
dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju
kematian, perbandingan umur, dan
kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada populasi (Odum,1993).
Pengetahuan
tentang populasi sebagai bagian dari pengetahuan ekologi telah berkembang
menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya telah berkembang menjadi
pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam perkembangannya pengetahuan itu
banyak mengembangkan kaidah-kaidah matematika terutama dalam pembahasan
kepadatan dan pertumbuhan populasi. Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu
sangat berguna untuk menentukan dan memprediksikan pertumbuhan populasi
organisme di masa yang akan datang. Penggunaan kaidah matematika itu tidak
hanya memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme
yang di pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika populasi
menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun
punah (Nurhidayah, 2011).
Populasi
cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca, arus air, faktor
kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam ekosistem yang mempunyai
keanekaragaman rendah atau dalam ekosistem yang menjadi sasaran
gangguan-gangguan luar yang tidak dapat diduga, sedangkan dalam ekosistem yang
mempunyai keanekaragaman tinggi, populasi cenderung dikendalikan secara biologi
dan seleksi alam. Faktor negatif ataupun positif bagi populasi adalah , ketidaktergantungan
pada kepadatan (density independent), apabila pengaruhnya tidak tergantung dari
besarnya populasi. Contohnya iklim sering kali, tetapi tidak berarti selalu.
Ketergantungan pada kepadatan (density dependent), apabila pengaruhnya pada
populasi merupakan fungsi dari kepadatan. Contohnya faktor biotik (persaingan,
parasit, dan sebagainya) tetapi tidak selalu (Odum,1993).
Penyebaran
populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran
populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan
atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran
populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri
dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor
fisik lainnya (Umar, 2013).
Menurut Umar (2013), penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat
terjadi melalui tiga pola yaitu :
- Emigrasi, yaitu pergerakan
individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal secara
permanen.
- Imigrasi, yaitu pergerakan
individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara permanen.
- Migrasi, yaitu pergerakan
secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah populasi
lainnya secara periodik.
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat
atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi
populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling
mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi
(emigrasi dan imigrasi) (Naughton, 1990).
Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan
tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang
memelihara laju rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi
ynag tidak bermigrasi sering kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang
luar biasa atau melakukan semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik.
Orientasi dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian
dan teori-teori yang sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti
(Odum, 1993).
Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk
pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu
atau hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki
populasi (Odum, 1993).
Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme yang
terdiri atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau varietas,
ekotipe, atau satu unit taksonomi lain yang terdapat pada suatu tempat.
Populasi memiliki karakteristik yang khas untuk kelompok yang tidak dimiliki
oleh masing-masing dari anggotanya. Karakteristik ini antaralain adalah kepadatan,
natalitas (laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), potensi biotik,
penyebaran umur dan bentuk pertumbuhan (Resosoedarmo, 1990).
Natalitas dan mortalitas menentukan pertumbuhan populasi. Populasi tumbuh
apabila natalitas melebihi mortalitas. Dalam suatu daerah atau ekosistem,
pertumbuhan dipengaruhi oleh imigrasi dan emigrasi (Resosoedarmo, 1990).
Menurut Michael (1994), pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia
lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak
terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar
dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
1.
Penyebaran teratur atau seragam,
dimana individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas.
Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi
yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2.
Penyebaran secara acak (random),
dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam
tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan
homogen.
3.
Penyebaran berkelompok/berumpun
(clumped), dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan
sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di
alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Dari ketiga
kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati dan
merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai
lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif,
susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun
dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh
pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara
hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh
terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran
acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael,
1994).
Pola penyebaran
seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian
adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang
relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat
seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya
penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok
ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi local, perubahan
cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi seksual
untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi
social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi
atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu
(Heddy, 1986).
Ada beberapa
satuan pengukuran yang digunakan dalam menerangkan suatu populasi ataupun
komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan
merupakan jumlah individu per unit area atau unit volume. Dalam suatu tempat
tidak semuanya merupakan tempat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin
dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi
hewan tersebut. Kepadatan mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan
yang mendiami bagian tertentu (Soegianto, 1994).
Indeks
keanekaragaman dan dominansi digunakan untuk mengetahui pola penyebaran
individu dalam populasi. Indeks tersebut digunakan untuk memperoleh informasi
yang lebih rinci tentang pola penyebaran individu dalam populasi (Bengen,
2000).
Menurut Ludwig
dan Reynold (1988) kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan dominansi
spesies yaitu :
Mendekati 0 = indeks semakin
rendah atau dominansi oleh satu spesies.
Mendekati 1 = indeks besar atau
cenderung dominansi oleh beberapa spesies.
Pola penyebaran
dapat ditentukan dengan menggunakan
Indeks Morisita (Iბ). Indeks ini tidak dipengaruhi oleh luas stasiun pengambilan sampel dan
sangat baik untuk membandingkan pola pemencaran populasi.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini diantaranya pulpen, kertas, penggaris,
kalkulator, dan plot kayu berukuran 1 x 1 m.
III.2 Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah hewan dan tumbuhan yang terdapat di dalam
plot.
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang
dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
A. Cara pengambilan data :
1. Areal
yang akan diduga pola penyebaran individu populasinya ditentukan dimana dalam
hal ini areal yang dipilih adalah di samping Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
2. Plot
berukuran 1 x 1 m dilemparkan secara acak ke depan, ke belakang atau ke
samping.
3. Kemudian
hewan maupun tumbuhan yang berada di dalam areal plot diamati dan dicatat
jumlahnya berdasarkan jenis yang ada dalam petak sampel.
4. Pelemparan
dilakukan sebanyak 10 kali dimana pada tiap pelemparan hewan maupun tumbuhan di
dalam plot dihitung.
5. Data
yang diperoleh kemudian dihitung untuk dianalisis.
B. Cara kerja di laboratorium :
1. Data yang diperoleh kemudian dihitung dan dianalisis dengan menggunakan
indeks Morisita.
2. Hasil yang diperoleh kemudian diuji kebenarannya dengan menggunakan tabel
X2.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Pengamatan
Tabel
Hasil Pengamatan
Plot
|
SPESIES
|
å
|
|||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
||
1.
|
7
|
47
|
3
|
6
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
-
|
76
|
2.
|
-
|
15
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
2
|
-
|
-
|
-
|
1
|
21
|
3.
|
7
|
36
|
-
|
5
|
-
|
2
|
-
|
4
|
18
|
3
|
-
|
-
|
75
|
4.
|
1
|
6
|
-
|
5
|
6
|
1
|
-
|
19
|
20
|
-
|
-
|
-
|
58
|
5.
|
1
|
-
|
-
|
6
|
10
|
-
|
8
|
-
|
7
|
-
|
-
|
-
|
32
|
6.
|
5
|
26
|
2
|
8
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
43
|
7.
|
2
|
15
|
4
|
4
|
3
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
29
|
8.
|
4
|
20
|
2
|
8
|
4
|
1
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
1
|
44
|
9.
|
4
|
10
|
2
|
-
|
2
|
-
|
8
|
-
|
-
|
6
|
1
|
-
|
33
|
10.
|
5
|
3
|
2
|
32
|
17
|
-
|
5
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
66
|
å
|
36
|
178
|
15
|
74
|
49
|
7
|
26
|
27
|
45
|
11
|
7
|
2
|
477
|
IV. 2 Analisis Data
Keterangan
:
n
= Jumlah plot.
N
= Jumlah total individu per plot.
åx2 = Kuadrat jumlah
spesies per plot.
Terdistribusi :
-
Acak, jika id = 0
-
Seragam, jika id < 1
-
Kelompok, jika id > 1
Untuk menguji
apakah pola penyebaran acak atau tidak
a.
Untuk spesies A
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
b.
Untuk spesies B
Id
> 1, Penyebaran spesies secara kelompok
c.
Untuk spesies C
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
d.
Untuk spesies D
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
e.
Untuk spesies E
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
f.
Untuk spesies F
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
g.
Untuk spesies G
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
h.
Untuk spesies H
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
i.
Untuk spesies I
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
j.
Untuk spesies J
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
k.
Untuk spesies K
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
l.
Untuk spesies L
Id
< 1, Penyebaran spesies secara seragam
Untuk menguji
apakah pola penyebaran acak atau tidak
Dari
tabel X2 dengan standarisasi pada selang kepercayaan 95% yaitu 3,325.
X2
hitung > X2 tabel.
460,8
> 3,325
Bentuk
penyebaran secara tidak acak.
IV.2 Pembahasan
Pola penyebaran adalah pergerakan
individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan
penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke
suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap pola penyebaran populasi
dalam suatu areal dalam hal ini yang diamati adalah pola penyebaran populasi di
samping Omega, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin dengan menggunakan indeks Morisita.
Percobaan dilakukan dengan
membedakan spesies-spesies yang ada pada areal tersebut dengan memberikan
simbol untuk tiap spesies. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dalam 10 kali
lemparan terdapat spesies A (Belalang Valanga
sp) sebanyak 36 dengan indeks Morisita sebesar 0,036 yang mana nilainya
menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies
B (Rumput Gajah Pennisetum purpureum)
sebanyak 178 dengan indeks Morisita sebesar 1,374 yang mana nilainya
menunjukkan lebih besar daripada 1 sehingga pola penyebarannya kelompok.
Spesies C (tumbuhan berdaun agak lebar mirip rumput) sebanyak 15 dengan indeks
Morisita sebesar -0,011 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1
sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies D (Rumput teki Cyperus rotundus) sebanyak 74 dengan
indeks Morisita sebesar 0,22 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil
daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies E (Tumbuhan berukuran
kecil) sebanyak 49 dengan indeks Morisita sebesar 0,084 yang mana nilainya
menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies
F (Semut Monomorium sp) sebanyak 7
dengan indeks Morisita sebesar -0,018 yang mana nilainya menunjukkan lebih
kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies G (Putri Malu Mimosa pudica) sebanyak 26 dengan indeks
Morisita sebesar 0,008 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1
sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies H (Tumbuhan berukuran kecil)
sebanyak 27 dengan indeks Morisita sebesar 0,011 yang mana nilainya menunjukkan
lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies J (Jangkrik
Liogrylus sp) sebanyak 11 dengan
indeks Morisita sebesar -0,015 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil
daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies K (Tumbuhan berukuran
kecil) sebanyak 7 dengan indeks Morisita sebesar -0,018 yang mana nilainya
menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies
L (Putri Malu Mimosa pudica) sebanyak
26 dengan indeks Morisita sebesar -0,02 yang mana nilainya menunjukkan lebih
kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam.
Hasil yang diperoleh kamudian diuji dengan rumus X2
yang dibandingkan dengan tabel X2, dimana hasil dari perhitungan X2
diperoleh sebesar 460,8 sedangkan X2 tabel berdasarkan tabel chi square ini
hanya 3,325. standarisasi
pada selang kepercayaan 95%. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa t hitung lebih
besar daripada t tabel sehingga dapat
disimpulkan bentuk penyebarannya tidak secara acak melainkan seperti yang dapat
kita lihat pada indeks penyebaran morisita bahwa data 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
dan 10 menunjukkan pola penyebaran yang seragam sedangkan data nomor 2 lebih
besar dari 1 sehingga berpola berkelompok.
Faktor penyebaran populasi
dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari
predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik
lainnya. Dari pengamatan yang dilakukan di samping Omega
diketahui bahwa sebagian besar pola penyebaran populasinya secara seragam hal
ini disebabkan karena adanya persaingan yang keras diantara individu dalam
populasi sehingga menuntut adanya pembagian wilayah yang sama. Sedangkan untuk
data nomor 2 yaitu rumput gajah Pennisetum
purpureum memiliki pola penyebaran mengelompok yang disebabkan oleh
kabutuhan yang sama akan faktor lingkungan, sebagaimana yang dapat dilihat pada
data pengamatan dimana pada plot 5 sama sekali tidak terdapat adanya rumput
gajah Pennisetum purpureum sedangkan
jumlahnya di plot yang lain banyak, hal ini dikarenakan faktor nutrisi, dimana
derah yang banyak ditumbuhi rumput gajah Pennisetum
purpureum memiliki banyak unsur-unsur hara yang diperlukan oleh rumput
tersebut sedangkan pada plot lima tidak memiliki unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh rumput gajah Pennisetum purpureum.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pengujian dengan
menggunakan Morisita, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pola
penyebaran populasi di areal samping Omega penyebarannya tidak secara acak
namun secara homogen dan mengelompok dibuktikan dari uji dengan rumus X2 yang dibandingkan dengan
tabel X2, dimana hasil dari perhitungan X2 diperoleh
sebesar 460,8 sedangkan X2 tabel berdasarkan tabel chi square ini hanya 3,325. standarisasi pada selang
kepercayaan 95%. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa t hitung lebih besar
daripada t tabel sehingga dapat
disimpulkan bentuk penyebarannya tidak secara acak.
2. Metode
sampling dengan menggunkan plot yang kemudian dianalisis menggunakan indeks
Morisita merupakan salah satu metode untuk menduga pola penyebaran individu
dalam suatu populasi.
V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini sebaiknya dalam percobaan
ini digunakan alat hand counter untuk memudahkan praktikan untuk menghitung
spesies yang jumlahnya banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D. G.,
2000. Pengenalan
dan Pengolahan Ekosistem Mangrove.
Penerbit PKSPL-IPB, Bogor.
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali,
Jakarta.
Lestari, M. A., 2011. Pola Penyebaran Individu dalam
Populasi. http://marwahadinda2010.wordpress.com.
Diakses pada hari Minggu 19 April 2012 pukul 17.00 WITA.
Ludwig, J.A. and
Reynold, J.F. 1988. Statistical Ecology A
Prime on Methods and Computing. John Wiley & Sons, Inc. United States
of America.
Michael, P. E.,
1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Naughton, S., 1990.
Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Nurhidayah, E.,
2011. Pengambilan Sampel Pada Populasi. http://evynurhida
yah.wordpress.com. Diakses pada hari Minggu 19
April 2012 pukul 16.21 WITA.
Odum, H. , 1993. Ekologi
Sistem Suatu Pengantar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rasyid, 1993. Ekologi Tanaman.
UMM Press, Malang.
Resosoedarmo, S., 1984.
Pengantar Ekologi. PT Remaka Rosdakarya,
Bandung.
Soegianto, A., 1994. Ekologi
Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.